Aksi hacker yang meretas sistem admin Twitter akhirnya terungkap. Ternyata mengincar sekira 130 akun selebriti dan tokoh ternama, hanya 45 yang berhasil.
Hal ini diungkap Twitter dalam keterangannya pekan kemarin, dari 130 akun yang ditarget itu, banyak nama selebriti dan tokoh ternama yang sudah mendapatkan centang biru. Namun hanya 45 akun yang berhasil mereka ambil alih.
“Sebanyak 45 akun telah berhasil diambil alih hacker. Mereka mengatur ulang kata sandi, masuk ke dalam akun, dan kemudian mengirimkan cuitan. Dari seluruh akun, ada sekitar delapan yang berhasil mereka curi data detilnya,” ujar Twitter.
Namun begitu, kata Twitter, delapan akun yang dicuri datanya bukanlah akun yang memiliki centang biru, alias bukan akun dari selebriti atau tokoh ternama seperti Elon Musk, Joe Biden, Bill Gates, ataupun Jeff Bezos.
“Mereka berhasil mengambil seluruh detail dari akun tersebut, kemudian mendownloadnya. Ini termasuk data arsip dan direct message (DM),” katanya.
Peretasan Twitter tersebut menyita perhatian banyak orang di seluruh dunia. Perusahaan global cybersecurity Kaspersky pun memandang, kasus itu menunjukkan fakta bahwa kita hidup di sebuah era di mana orang dengan keterampilan komputer pun dapat terpikat ke dalam perangkap scammers, dan bahkan akun yang paling aman dapat diretas.
“Sebagai estimasi kami, hanya dalam waktu dua jam setidaknya sudah sebanyak 367 pengguna melakukan transfer sekitar USD 120 ribu (sekitar Rp1,7 miliar) secara total kepada para aktor ancaman ini,” tulis Kaspersky dalam pernyataan resminya.
Keamanan siber merupakan salah satu prioritas utama dari semua platform media sosial guna mencegah sebanyak mungkin serangan setiap hari. Namun, situs web atau perangkat lunak tidak sepenuhnya kebal terhadap bug, juga sekali lagi tidak ada faktor manusia yang kebal terhadap kesalahan.
Twitter pun mengakui kelalaian mereka. Bahkan mereka mengaku malu dan kecewa, serta menyampaikan permintaan maafnya.
“Kami malu, kami kecewa. Dan lebih dari apapun, kami meminta maaf,” ujar Twitter yang akan bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengidentifikasi peretas yang telah mengacak-acak sistem admin mereka.