Coretan di bawah ini dibuat sekitar akhir tahun 2018. Bagian dari proses kreatif mereka-reka fungsi karakter masing-masing tokoh fiksi di salah satu draf tulisan yang juga fiksi, dengan alur cerita mengikuti “Heroes Journey” milik Joseph Campbell (penulis buku: “Hero with the thousands face”).
Sedemikian muskil tujuan yang harus diraih oleh karakter utama dalam naskah fiksi tersebut, hingga membutuhkan setidaknya empat belas karakter agar berhasil menempuh perjalanan dengan selamat.
Plot yang juga digunakan beberapa film seperti Avenger, X-Team, Star Wars, sampai Joker dan Maleficent. Plot yang juga dialami oleh semua tokoh-tokoh di dunia nyata yang namanya dicatat sejarah maupun tidak. Plot yang akrab dengan kehidupan pribadi tiap-tiap manusia, yang di indonesia menjadi judul lagu dangdut, “Jatuh Bangun”.
Draf itu sengaja tidak selesai, terlanjur terpesona dengan pemahaman Rumi;
“Kesenyapan adalah bahasa Tuhan, selain dari itu hanyalah terjemahan yang buruk”.
Namun siang tadi, catatan di atas terpikir kembali.
Baginda Nabi Muhammad, hanya membutuhkan empat orang sahabat dengan kompetensi khas masing-masing. Lima, dengan Beliau SAW. sendiri yang merangkum keempat karakter para sahabat, Abu Bakar yang selalu berkata dan bersikap benar. Umar bin Khattab dengan akidah tanpa area abu-abu, tergambar jelas dalam sikap tegas hitam dan putih. Usman bin Affan hartawan yang dermawan, dan Ali bin Abu Thalib yang cerdik cendekia. Sementara Nabi Isa A.S. membutuhkan 12 murid, dan tokoh fiksi dalam naskah kami membutuhkan 13 kompetensi untuk menggerakkan peradaban ke arah yang lebih baik.
Oh iya. Hampir lupa, tulisan itu juga belum akan selesai karena penulisnya sendiri belum memiliki ketiga belas kompetensi dan karakter seperti coretan di atas, atau minimal telah menemui tiga belas manusia lain dengan karakter serupa.
Tiga belas karakter dan kompetensi di atas, yang akan menjadi sebuah tim sebelumnya harus memenuhi 5K (atau 5C dalam bahasa Inggris, menurut John Spence) lima kemampuan yang bisa menjadi indikator bahwa seseorang berbakat untuk tugas spesifik: 1. Kompetensi.; 2. Karakter.; 3. Kolaborasi.; 4. Komunikasi.; 5. Komitmen.
5K, 4 sahabat, 12 murid, atau 13 karakter, sebenarnya sama saja, tergantung tugas yang harus dituntaskan, benar mau selesaikan masalah atau tidak. Suka-suka yang akan menyusun tim, dan ketersediaan sumber daya yang sering kali tidak pernah sinkron dengan tuntutan meraih tujuan. Kalau semuanya sudah siap sedia, namanya upacara, bukan perjuangan.
Ketiga belas karakter di atas penggabungan dari teori kepemimpinan dan pengalaman penulis sebagai anggota tim dan ketua tim, juga bayangan keseruan berusaha meraih sebuah tujuan dengan tim ‘ajaib’.
-
Orang yang selalu pertama.
Dalam bidang ilmu pengetahuan dan penelitian disebut inovator dan inventor, dalam ketentaraan disebut infantri, dalam era kolonial disebut pionir.
-
Maskot dan simbol.
Bisa berupa benar-benar simbol atau gambar yang mengandung nilai-nilai filosofis, tapi lebih baik bila berupa seseorang yang merupakan simbol hidup. Karakter yang hidup dengan nilai-nilai pegangan orang banyak (anggota tim ke-13), agar sifat pendobrak dan agresif dari kawannya yang selalu ingin menjadi pertama dinetralkan dan jernih dengan kehadiran sosok ini.
-
Orang yang selalu bertanya-tanya dan keheranan, sebenarnya apa yang sedang terjadi.
Berbeda dengan si pemikir (anggota tim ke-7), sosok ini tidak kagum atau heran dengan sehebat apa pun perjuangan ‘dia yang selalu pertama’. Juga tidak heran dengan dia yang hidupnya seluruh untuk penegakan nilai penuh integritas. Dia selalu heran dan bertanya-tanya tentang hal-hal di balik permukaan. Berusaha menemukan gambar besar dari setiap keadaan dan kejadian. Konsep, ide cemerlang, visi jauh ke depan lahir darinya.
-
Si pemberani.
Bukan berani Celeng, seruduk pantang berbelok walau mentok. Sosok ini mengenal betul niat, tujuan, dan cara yang ditempuh kawan-kawannya, sebagai sesuatu yang pantas dibela mati-matian.
-
Penggigit Zombie.
Di media sosial dikenal dengan nama buzzer, operasi daratnya disebut infiltrasi. Akan selalu ada orang-orang yang menganggap solusi sebagai masalah, agar kawan-kawannya yang lain fokus selesaikan tugas, dia yang menyingkirkan para zombie pengganggu. Karena tidak semua buzzer, infiltrator dan penetrator buruk. Tugasnya hanya menggigit zombie yang tidak berotak, sisanya lagi dengan dialog.
-
Dia yang selalu beruntung.
Tidak ada kebetulan, yang ada keberuntungan. Atau sebut saja seseorang yang entah bagaimana caranya memiliki semacam malaikat pelindung. Dia bukan seseorang yang kepergiannya terasa lebih manfaat ketimbang keberadaannya. Dia orang yang selalu pas-pasan. Pas butuh duit ada duit yang pas. Pas lapar saat ada makanan. Kehadirannya seorang diri bisa menolak kesialan atau sebut saja takdir buruk seluruh anggota tim.
-
Pemikir.
Dia yang bergelut dengan hal-hal ril. Jagonya ‘ilmu bukti dan fakta’. Seseorang yang mampu menerjemahkan jawaban hasil pencarian dia yang selalu bertanya keheranan sebenarnya ada apa. Menerjemahkan visi menjadi misi, menjadi road-map, menjadi rencana pendek, jangka menengah, dan panjang. Jika ‘dia yang selalu bertanya sebenarnya ada apa’ adalah seorang empu, gurunya guru, maka sang pemikir adalah guru.
Tadinya pos ke-7, milik ahli persenjataan. Sengaja dihilangkan, ‘transporter’ sebagai gantinya. Semua alasan dan sebab peperangan di muka bumi tidak pernah masuk akal, kecuali bagi yang mendapat keuntungan yang hanya sebagian kecil. Perang untuk orang banyak hanya menghasilkan kerugian nyata.
-
Pengrajin dan tukang.
Tanpanya, apa yang dihasilkan sang pemikir hanya hidup di dalam lembar-lembar kertas. Mereka yang menerjemahkan kata-kata jadi gambar kemudian menjadi benda nyata. Membuat buah pikiran menjadi menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi karakter dan infrastruktur yang akan mengubah nasib bersama menjadi lebih baik.
-
Pemasok.
Kunci kemenangan Rusia atas invasi Nazi, putusnya suplai logistik tentara Nazi. Tanpa pasokan kebutuhan (bukan keinginan) tidak ada yang bisa diselesaikan oleh anggota tim lain.
-
Transporter.
Apalah artinya ketersediaan informasi, logistik, alat, dan bahan bila tanpa penghantar yang tepat masa.
-
Medis.
Seberuntung-beruntungnya ‘dia yang selalu beruntung’, tetap akan ada kondisi ketika untung tak dapat diraih, dan malang tak dapat ditolak. Selain soal kesehatan fisik, ia juga bertugas menjaga kesehatan jiwa seluruh anggota tim, berikut ekosistem dan lingkungan hidup.
-
Seniman.
Keindahan dalam kesenian adalah bentuk tertinggi upaya manusia menerjemahkan harapan-harapan baik ke dalam bentuk nyata yang bisa memberikan cakrawala dan nuansa rasa berikut makna. Tanpa seniman yang berkesenian, seluruh tim terancam kaku dan mekanis tanpa jiwa.
-
Orang banyak.
Orang banyak bukan domba gembalaan. Orang banyak di sini tidak terkurung dalam lingkaran tegas seperti dalam gambar di atas. Orang banyaklah yang menyediakan tiga belas orang untuk bergerak bersama dengan cita-cita dan harapan bersama dalam lingkaran siklus dan sirkulasi alami. Semua ini dari, untuk, dan bersama mereka.
-
Pemimpin.
Implementasi tentu tidak sesederhana menuliskan. Apa lagi jika dikait-kaitkan dengan euforia pembentukan kabinet yang akan bertugas selama lima tahun kemudian.
Konsep ini hanya bisa berjalan pada ekosistem nir-kepentingan lain, kecuali kepentingan orang banyak. Terlalu sederhana untuk menyelesaikan persoalan teknis nan kompleks orang banyak dalam republik ini. Namun, masih cukup rumit agar draf itu bisa kami selesaikan.