Sandiwara dan parodi politik baru-baru ini mengingatkan kuliah Azas Perancangan dan Perencanaan Arsitektur I, di Universitas Hasanuddin tahun 1993, yang membahas ruang secara filosofis.
“Lima belas menit saya minta waktu sebagai permintaan maaf terlambat datang mengajar.” Katanya sebelum mulai. Memanjang hingga 60 menit tanpa ada satupun di antara kami yang mau beranjak.
“Ruang yang kalian rancang, kalian bangun asalnya selembar kertas putih yang diberi titik. Titik yang kemudian ditarik menjadi garis, lalu garis terhubung membentuk bidang, dan bidang-bidang yang dihubungkan membentuk ruang tiga dimensi.” Kata dosen yang mau saja memberi kuliah di koridor plaza gossip fakultas Teknik Unhas, untuk mahasiswanya yang sisa berlima dan sudah bersiap pulang karena beliau datang terlambat.
Berpikir itu sendiri sebuah ruang, termasuk ideologi, pemahaman akan Tuhan, konsep, marketing, politik, semua yang memiliki volume (panjang, lebar dan tinggi atau dalam) lepas dari apakah bersatuan jelas yang terukur atau tidak, selama bervolume maka ruang.
Spin off, buzzing isu, pencitraan, membangun opini, juga sebuah ruang.
Bila memahami keadaan dengan perspektif keruangan, maka ada banyak parodi yang menghibur. Tentu tidak berhenti di lelucon, ruang etik tetap harus menegakkan etika atau ruangnya runtuh sendiri tanpa perlu diruntuhkan, bila isinya etika itu sendiri sudah hilang.
Memahami ruang sejak dari titik hingga berupa sebuah ruang, mengantar pada pemahaman bahwa ruang dan dimensi tempat bergelut sehari-hari adalah ciptaan. Ada ruang ciptaan diri sendiri atau manusia lain, dan ada ruang ciptaan sang Pencipta. Memahami perbedaan ruang tanpa harus memaksa orang lain masuk ke dalam ruang yang kita bangun, atau tanpa mengejek ruang orang lain apalagi sampai menjajah ruang orang lain. Irisan atau persinggungan antar ruang bukanlah ruang konflik tapi ruang dialog.
Konflik pada dasarnya konflik antar ruang atau perebutan ruang.
Dibalik semuanya hanya ada satu titik, di mana tidak ada perbedaan tafsiran dan pemahaman, kecuali informasi murni bahwa semua ruang ciptaan berasal dari satu titik.