Kana Kanayong,
Kanayong karunrung tepo’
Karunrung tepo’,
Karunrung Ta’layu’ layu’
Terjemahan bebasnya:
kata katamu,
katamu belukar patah
belukar patah,
yang layu melambai
Kelanjutannya lupa, mestinya tiga bait. Daeng Nassa menggubah nasihat berbahasa Makassar menjadi lagu, ia pembina Pramuka kami semasa SD di PPSP IKIP Ujungpandang (sekarang Makassar).
“Tallu na sekre ji, sekre ji mingka tallu lalanna.” Papar Daeng Nassa dalam bahasa Makassar.
Pramuka Siaga angkatan kami tidak semua paham bahasa Makassar, sebagian bengong.
Melihat wajah polos anak-anak SD binaannya tertegun, Daeng Nassa yang sepantaran ayah kami, tetapi lebih suka dipanggil Kakak (Daeng), melanjutkan menjelaskan.
“Tiga tetapi sebenarnya satu. Satu tetapi mengandung tiga hal yang tidak terpisahkan. Lagu “Karunrung Tepok” hanya berisi satu, yaitu perkataan. Lisan maupun tulisan.”
“Dua lagi apa Daeng?” Tanya Puguh.
Ayah Puguh tentara angkatan darat aktif yang sedang bertugas di Makassar. Ibu dan Ayahnya berasal dari Jawa. Kelak, Puguh mengikuti jalur pengabdian ayahnya dengan masuk tentara. Sekitar sepuluh tahun lalu mendengar kabar ia sedang bertugas dalam kontingen pasukan perdamaian di Lebanon, pangkatnya ketika itu Mayor TNI-AD.
“Tiga hal yang selalu satu rangkaian, niat, perkataan, dan perbuatan. Kalau ada yang salah dengan perkataan atau perbuatanmu, periksa dan luruskan kembali niatmu. Ketiganya harus kalian jaga, selalu satu dalam hidup.”
Tidak akan lupa nama pembina Pramuka semasa SD yang mengajarkan lagu “Karunrung Tepo” yang enggan dipanggil bapak, kakak atau kanda. Maunya Daeng.
“Ka nakke tau mangkasarakka, singkammaji Daeng, Bapak, Kakak, Kanda.” (Saya orang Makassar, sama saja kalau kalian panggil Daeng, Kakak, Bapak, atau Kanda).
Kami yang terbiasa memanggil ‘Daeng’ pada tukang becak, pedagang bakso, penjual es mambo, dan tukang kebun sekolah, merasa derajat Daeng Nassa terdegradasi bila memanggil Daeng. Di hati kami pembina Pramuka sejajar guru kedudukannya.
Selain Daeng Nassa, juga ada 5 orang kakak-kakak pembina dari Pramuka mahasiswa IKIP. Dua orang di antaranya perempuan. Kami punya enam orang kakak pembina Pramuka termasuk Daeng Nassa yang paling senior.
Kakak-kakak pembina yang lain mengajarkan baris-berbaris, arti simbol-simbol TKK (Tanda Kecakapan Khusus) berikut ujian meraihnya, simpul dan ikatan, mendirikan tenda, dan keterampilan lain-yang disadur dari buku kepanduan Robert Baden-Powell.
Daeng Nassa khusus mengajarkan kearifan dan budaya Makassar. Meski keterampilan kepanduan bersifat universal, tanpa Daeng Nassa, Pramuka Siaga SD kami tidak akan memiliki karakter khas Makassar.
Bagaimana menangkap belut, menjalin tali, maccala’ juku mujaber dan kanjilo (menangkap ikan mujair dan lele) di rawa-rawa dekat sekolah. Membuat mata pancing dari peniti, menambal dan menjahit baju yang sobek, berkebun dan banyak lagi yang tidak ada dalam buku panduan resmi Pramuka kami saat itu.
Pramuka Siaga SD PPSP IKIP sedang mengikuti ujian meraih TKK, Ujungpandang, 1984.Menjelang tamat SD, semua regu wajib ikut PERSAMI (perkemahan sabtu minggu) perkemahan terakhir sebelum tamat. Regu kami, regu Kelinci, mulai merasa aneh mengapa selalu ada becak yang terparkir di kantor GUDEP (Gugus Depan) Pramuka, setiap hari jum’at sore, jadwal kegiatan Pramuka, becak itu di sana. Hingga hari Sabtu malam menjelang acara api unggun, becaknya masih terparkir rapi.
Saat acara malam api unggun, usai makan malam dan bernyanyi riang gembira, termasuk menyanyikan lagu “Karunrung Tepo”, bergiliran satu persatu kakak-kakak pembina menyampaikan ucapan perpisahan.
Teman-teman puteri mulai sesenggukan menangis, kami yang laki-laki juga ada yang nangis.
Daeng Nassa paling akhir berdiri depan api unggun berpamitan dan membuat kami terperangah. Becak itu miliknya. Bila tidak sedang membina kami di Pramuka, Daeng Nassa menarik becak.
Malam itu runtuh penilaian anak-anak SD yang memandang rendah tukang becak. Mendadak kami tidak malu mengaku sebagai anak-anak seorang pengayuh becak yang arif, tidak mau lagi berteriak lancang saat memanggil Daeng becak.
Entah, ide siapa yang merekrut Daeng Nassa menjadi pembina Pramuka. Bisa Kepala Sekolah, bisa inisiatif kakak pembina lainnya. Siapapun, terima kasih.