Makassar, Wartakita.id – Setahun lebih setelah Presiden Joko Widodo meresmikan Rumah Sakit (RS) Kemenkes Makassar (Jumat, 6 September 2024), fasilitas kesehatan publik bertaraf internasional yang pertama dan terbesar di Kawasan Indonesia Timur (KTI), redaktur berkesempatan mengunjungi dan ‘menikmati’ fasilitas internasional di rumah sakit ini (31/10/2025) saat menemani kerabat dekat yang dirawat di ICU (intensive care unit).
Pemilihan lokasi strategis di Kawasan Center Point of Indonesia (CPI), Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, menunjukkan kesungguhan memposisikan rumah sakit ini berkelas internasional. Pemandangan pantai Losari saat senja dan mesjid 1000 kubah yang kini menjadi ikon kota Makassar, ‘memanjakan’ mata pasien dan kerabatnya.

Rumah sakit vertikal dengan 11 lantai ini dirancang khusus untuk menjadi hub (pusat) layanan kesehatan rujukan nasional, terutama untuk penyakit katastropik seperti otak, jantung, dan kanker (OJK).
Pembangunan fasilitas megah ini bertujuan utama untuk mengurangi ketergantungan masyarakat Indonesia pada pengobatan di luar negeri, seperti Malaysia atau Singapura, sekaligus menghentikan “kebocoran” devisa negara.
Acara peresmian dihadiri ribuan warga, pejabat daerah, dan tokoh nasional. Presiden Jokowi, didampingi Ibu Iriana Jokowi, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Penjabat Gubernur Sulsel Prof Zudan Arif Fakrulloh, serta Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto (Danny Pomanto), menekan tombol sirine dan menandatangani prasasti sebagai tanda dimulainya operasional rumah sakit.
“Ini rumah sakit terbesar yang dibangun Kemenkes di Indonesia. Dengan peralatan supermodern, warga kita, utamanya di Indonesia Timur, tak perlu lagi ke luar negeri. Ini komitmen untuk kesetaraan akses kesehatan,” ujar Jokowi dalam sambutannya, seperti dikutip dari situs resmi Sekretariat Presiden.
Mengurai Devisa Rp 180 Triliun yang “Hilang”
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyoroti fakta miris bahwa Indonesia kehilangan devisa hingga Rp 180 triliun per tahun akibat banyaknya Warga Negara Indonesia (WNI) yang memilih berobat ke luar negeri.
“Uang kita, devisa kita, lari ke Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Amerika, Eropa. Rp 180 triliun per tahun. Dengan adanya rumah sakit super modern seperti ini di Makassar, kita ingin uang itu tetap berputar di dalam negeri,” tegas Presiden.
RS Kemenkes Makassar, atau dikenal sebagai RS Vertikal Makassar, dibangun oleh PT PP (Persero) Tbk sejak 2022 dengan total anggaran APBN lebih dari Rp 2 triliun. Anggaran fantastis ini terbagi atas Rp 1,56 triliun untuk konstruksi gedung dan Rp 520 miliar untuk pengadaan alat kesehatan (alkes) canggih.
Strukturnya mencakup empat tower yang menjulang setinggi 12 lantai dengan total kapasitas 920 tempat tidur. Desain interiornya dirancang modern, memberikan kenyamanan setara hotel bintang lima, lengkap dengan ruang rawat inap ber-AC, kamar mandi pribadi, dan area hijau yang luas.
Teknologi Cyclotron Pertama dan Fokus Layanan OJK
Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, RS ini tidak hanya besar secara fisik, tetapi juga unggul dalam teknologi. Fasilitas unggulan meliputi Cathlab untuk kateterisasi jantung, MRI dan CT Scan dengan spesifikasi tertinggi, serta ruang operasi digital (digital operating theatre).
Namun, yang menjadi primadona adalah fasilitas cyclotron (siklotron). Ini adalah cyclotron pertama yang dioperasikan di rumah sakit milik Kemenkes. Alat ini berfungsi untuk memproduksi radioisotop atau radiofarmaka yang esensial untuk diagnosis presisi tinggi (seperti PET Scan) dan terapi pengobatan kanker.
“Selama ini kita impor (radioisotop). Dengan adanya alat ini di Makassar, kita bisa produksi sendiri. Ini revolusioner untuk penanganan kanker di Indonesia Timur,” jelas Menkes Budi.
Fokus utama rumah sakit ini adalah pada spesialisasi Otak, Jantung, dan Kanker (OJK). Kehadirannya menjadikan RS Kemenkes Makassar sebagai pusat rujukan utama bagi 17 provinsi di wilayah timur, mencakup seluruh pulau Sulawesi, Maluku, Papua, hingga Nusa Tenggara Timur.
Berkah bagi Sulsel: Dari BPJS hingga MICE

Penjabat Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh, menyebut peresmian ini sebagai berkah luar biasa bagi Sulsel dan Indonesia Timur. Ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memastikan aksesibilitas bagi semua kalangan.
“Ini berkah bagi Sulsel dan Indonesia Timur. Fasilitas lengkap dan modern, dan yang terpenting, siap melayani pasien BPJS secara gratis bagi yang tidak mampu. Ini adalah wujud nyata keadilan sosial,” kata Prof Zudan.
Bagi masyarakat di KTI, RS ini adalah jawaban atas masalah kesenjangan akses kesehatan yang kronis. Sebelumnya, pasien kritis atau kasus OJK yang kompleks sering kali harus dirujuk ke RSCM Jakarta atau rumah sakit besar lainnya di Pulau Jawa.
“Rujukan ke Jakarta itu biayanya sangat tinggi. Bukan cuma biaya rumah sakit, tapi tiket pesawat, biaya hidup keluarga yang menunggu di sana. Itu berat,” ujar seorang warga Makassar yang hadir di lokasi peresmian.
Kini, dengan dukungan konektivitas seperti jalan tol Trans-Sulawesi dan penerbangan yang terpusat di Bandara Sultan Hasanuddin, proses berobat menjadi lebih cepat dan jauh lebih terjangkau.
Wali Kota Makassar, Danny Pomanto, melihat dampak yang lebih luas. Menurutnya, RS ini akan memperkuat posisi Makassar sebagai kota MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan festival.
“Ini bukan sekadar rumah sakit. Ini akan menjadi ‘pusat layanan kesehatan OJK’ yang akan menarik orang datang ke Makassar. Ini akan menggerakkan ekonomi hotel, restoran, dan transportasi. Sinergi yang luar biasa,” tutur Danny.
Operasional RS Kemenkes Makassar akan dimulai secara bertahap, diawali dengan pembukaan layanan poliklinik umum dan Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan target operasional penuh pada akhir tahun 2024.

























