Pagi Rabu, 29 Oktober 2025, di jantung Kota Makassar, mentari mulai mengintip dari balik gedung-gedung tinggi. Namun, di sudut Kecamatan Makassar, tepatnya di SD Inpres Monginsidi, ada pagi yang sedikit berbeda. Bukan upacara bendera atau hiruk pikuk biasa, melainkan kedatangan Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, yang akrab disapa Appi, tanpa seremonial yang mencolok. Kedatangannya bukanlah untuk pidato, melainkan untuk sebuah misi: menyelami langsung realitas pendidikan di tingkat dasar, realitas yang seringkali luput dari pandangan mata.
Menyentuh Realita di Balik Dinding Sekolah
Langkah Wali Kota Appi perlahan menelusuri koridor lantai satu, kemudian naik ke lantai dua. Matanya menyapu setiap sudut ruangan, telinganya menyimak setiap bisikan, dan tangannya sesekali menyentuh permukaan. Dari balik gema tawa anak-anak yang polos, Appi menemukan guratan-guratan realita yang memprihatinkan. Dinding-dinding kelas yang seharusnya kokoh, kini memperlihatkan retakan-retakan panjang, seolah merekam jejak waktu yang terlupakan. Deretan kursi belajar, yang semestinya menjadi sandaran nyaman bagi para penimba ilmu, banyak yang usang, tak layak pakai, bahkan ada yang tak mencukupi jumlah siswa.
āBagaimana anak-anak belajar jika harus berdesakan atau bahkan tak punya kursi yang layak?ā gumam Appi, dengan nada prihatin. Di beberapa sudut, ia menemukan tumpukan kardus dan lemari rusak yang tak semestinya ada di lingkungan belajar. Pemandangan ini bukan sekadar kerusakan fisik, melainkan cermin dari tantangan besar yang dihadapi pendidikan dasar di kota metropolitan seperti Makassar.
Dari Kantin Hingga Perpustakaan: Potret Nyata Kebutuhan
Perjalanan inspeksi berlanjut. Wali Kota Appi tak luput menyambangi kantin sekolah. Bukan hanya soal rasa, tapi kebersihan dan higienitas menjadi fokus utamanya. Ia memeriksa Menu Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program unggulan Pemkot Makassar untuk memastikan asupan nutrisi anak-anak terpenuhi. Segelas susu yang dibagikan seminggu sekali turut ia cicipi, demi menjamin kualitasnya. Ia juga mengapresiasi kebiasaan siswa membawa tumbler sendiri, menunjukkan kesadaran akan lingkungan.
Namun, di ruang guru, perpustakaan, hingga toilet, Appi kembali dihadapkan pada pekerjaan rumah. Ruang-ruang ini, yang seharusnya menjadi oase bagi pendidik dan peserta didik, menunjukkan tanda-tanda butuh pembenahan serius. Kebersihan toilet yang kurang optimal, penataan perpustakaan yang belum maksimal, semua menjadi catatan penting. Ia pun langsung memberikan arahan tentang edukasi kebersihan, dari pemisahan sampah organik dan non-organik, hingga pentingnya menjaga lingkungan sekolah sebagai rumah kedua.
Investasi Masa Depan Anak Makassar: Komitmen dan Harapan
Kunjungan tanpa seremoni ini memiliki makna yang jauh lebih dalam. Ini adalah manifestasi dari komitmen Pemerintah Kota Makassar terhadap investasi masa depan anak-anaknya. Anak-anak SD Inpres Monginsidi, seperti ribuan anak lainnya di Makassar, adalah bibit-bibit unggul yang akan menentukan wajah kota ini di masa mendatang. Mencegah mereka belajar di kondisi yang tidak layak, apalagi sampai harus membawa kursi sendiri dari rumah atau mengonsumsi makanan tidak sehat, adalah prioritas utama.
Mengakhiri sidak, Wali Kota Munafri mengumpulkan para guru. Dalam suasana yang cair namun serius, ia menegaskan kembali komitmen Pemkot Makassar untuk melakukan perbaikan fasilitas secara bertahap. Ini bukan sekadar janji manis, melainkan sebuah rencana aksi nyata untuk memastikan setiap anak Makassar mendapatkan haknya untuk belajar di lingkungan yang nyaman, aman, dan optimal. Dengan infrastruktur yang memadai, dibarengi program gizi yang baik, diharapkan SD Inpres Monginsidi dapat melahirkan generasi cerdas, berakhlak mulia, dan penuh percaya diri, siap menjadi penerus estafet pembangunan di kota Anging Mammiri.
Kunjungan Wali Kota Munafri Arifuddin ke SD Inpres Monginsidi adalah sebuah pengingat bahwa di balik megahnya pembangunan kota, perhatian terhadap pendidikan dasar, terutama kondisi fisik sekolah, tak boleh diabaikan. Ini adalah langkah nyata menuju perbaikan, sebuah bisikan harapan yang kini menanti realisasi. Setiap retakan dinding yang diperbaiki, setiap kursi usang yang diganti, adalah investasi tak ternilai untuk masa depan Makassar yang lebih cerah, dimulai dari bilik-bilik kelas sekolah dasar.

























