KAIRO — Imam besar Al-Azhar mengutuk kasus pemenggalan seorang guru bahasa Prancis. Ia mengatakan, menghina agama atas nama kebebasan berbicara adalah ajakan untuk membenci.
Pidato yang ditulis oleh Sheikh Ahmed al-Tayeb dari institusi Islam Sunni Mesir yang bergengsi ini dibacakan di Capitol Square Roma. Surat dibacakan di depan pertemuan para pemimpin Kristen, Yahudi dan Buddha, termasuk Paus Francis dan Kepala Rabbi Prancis Haim Korsia.
Mereka berkumpul untuk menandatangani seruan bersama atas nama perdamaian.
“Sebagai seorang Muslim dan Syekh Al-Azhar, saya menyatakan Islam, ajaran dan Nabi-nya tidak bersalah dari kejahatan teroris yang jahat ini,” kata Tayeb dalam pidatonya, mengacu pada pemenggalan kepala guru bahasa Prancis Samuel Paty pada Jumat (16/10) lalu, dilansir di Al Arabiya, Rabu (21/10).
Pada saat yang sama, ia juga menekankan menghina agama dan menyerang simbol suci di bawah panji kebebasan berekspresi adalah standar ganda intelektual. Hal tersebut dinilai sama dengan undangan terbuka untuk kebencian.
Seorang guru bernama Paty, diserang dan dibunuh oleh seseorang yang berasal dari Chechnya, yang berusia 18 tahun. Guru berusia 47 tahun ini dibunuh saat dalam perjalanan pulang dari SMP tempat dia mengajar, Conflans-Sainte-Honorine, dekat Paris.
Paty sebelumnya diketahui menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya yang membuat marah seorang ayah. Wali murid ini lantas memimpin kampanye daring guna melawan guru itu. Hasil penyelidikan mengungkapkan hal ini berhubungan dengan pembunuh tersebut.
Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov, mengunggah gambar tubuh sang guru yang telah dipenggal di Twitter, sebelum dia ditembak mati oleh polisi.
“Teroris tidak berbicara untuk agama Nabi Muhammad, sama seperti teroris di Selandia Baru yang membunuh Muslim di masjid tidak berbicara untuk agama Yesus,” lanjut Tayeb.
Polisi telah menangkap 16 orang, termasuk seorang “radikal Islam” dan empat anggota keluarga Anzorov. Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin, mengatakan sosok radikal dan ayah wali murid sebelumnya telah mengeluarkan “fatwa” terhadap guru tersebut, Senin (19/10).
Al-Azhar merupakan salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di dunia. Pada bulan September lalu, mereka juga mengutuk keputusan majalah satir Prancis Charlie Hebdo mencetak ulang kartun Nabi Muhammad, ketika persidangan atas serangan teror 2015 di kantornya di Paris dibuka.
Pada Februari 2019, Paus Francis dan Sheikh Ahmed al-Tayeb menandatangani dokumen tentang “persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia”. Dokumen tersebut mengutuk ekstremisme agama yang mendukung teroris.
Cuitan Pelaku Pemenggalan
Pria yang menurut polisi pelaku kasus pemenggalan guru di Paris, pada Jumat lalu telah mengunggah tweetnya terhadap Arab Saudi di sebuah utas Twitter dengan akun @tchetchene_270.
Seorang pria Rusia berusia 18 tahun asal Chechnya, Abdullakh Anzorov telah memenggal kepala guru Samuel Paty yang berusia 47 tahun di luar sekolahnya di Conflans-Sainte-Honorine, barat laut Paris. Beberapa menit setelah pembunuhan tersebut, Anzorov kemudian mengunggah foto kepala Paty yang dipenggal di akunnya @tchetchene_270 yang kemudian ditangguhkan oleh Twitter.
Tak lama setelah unggahan gambar tersebut, polisi Prancis menghadapi Anzorov lalu membunuhnya setelah dia menembak dengan senapan angin. Pada 13 September, English Al Arabiya menerima tangkapan layar dari utas tweet di mana akun yang sama telah diidentifikasi oleh polisi Prancis sebagai milik Anzorov. Dia mengunggah tweet melawan Arab Saudi dan kepemimpinannya, sebelum utas itu dihapus.
“Utas ketidakpercayaan negara Arab Saudi, para pemimpinnya, dan semua yang mendukung mereka,” cuit Anzorov, dilansir di English Al Arabiya, Rabu (21/10).
Dalam tweet pertama dari utas tersebut, Anzorov melampirkan foto Raja Arab Saudi, Fahd dengan Ratu Elizabeth II dan Ratu Elizabeth dari Inggris tahun 1987. Dengan menggunakan Wayback Machine, alat digital yang mengarsipkan cuplikan dari internet, English Al Arabiya dapat memverifikasi awal utas menggunakan tweet dari tanggapan pengguna lain ke Anzorov.
“Di antara orang murtad yang dilakukan oleh pemerintah Saudi adalah partisipasinya dalam pendirian berhala yang disembah di luar Allah. Di antara berhala ini ada: PBB, Unesco, WTO, Dewan Negara-negara Teluk, Liga Dunia Arab,” ujar @tchetchene_270.
Terlihat dalam utasnya ada rasa kebenciannya terhadap orang yang menurutnya kafir dan munafik Islam. Beberapa pengguna Twitter menanggapi utasnya.
“Takut pada Allah dan pelajari apa yang Allah katakan dan Rasulullah SAW lakukan dan katakan,” tulis pengguna twitter Mehdi Issa menggunakan nama pengguna @FRAPPAZ69.
Tangkapan layar akun Anzorov yang diambil oleh akun JihadiThreatMonitor menunjukkan bahwa @ tchetchene_270 dibuat pada bulan Juni dan memiliki 129 pengikut dan mengikuti 40 akun.
Beberapa waktu setelah 13 September dan sebelum 16 Oktober, Anzorov menghapus utasnya di Arab Saudi. Tweet terakhir yang diketahui Anzorov kirim adalah foto kepala Paty.
“Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dari Abdullah, Hamba Allah, Untuk Macron, pemimpin orang-orang kafir, saya mengeksekusi salah satu anjing neraka anda yang berani meremehkan Nabi Muhammad SAW,” tulis Anzorov.
Sang guru, Paty telah menjadi sasaran ancaman daring karena telah menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad di kelas. Ribuan orang berkumpul di Paris untuk memberi penghormatan setelah kematiannya.
Arab Saudi adalah salah satu yang pertama mengutuk serangan hari Jumat dengan Kementerian Luar Negeri Kerajaan menulisnya dalam sebuah tweet. “Mengutuk dan mengecam serangan penikaman teroris yang terjadi di pinggiran ibu kota Prancis, Paris yang merenggut nyawa seorang warga negara Prancis,” tulis pemerintah Arab Saudi.
Liga Dunia Muslim yang berbasis di Mekah juga mengutuk serangan itu, menyebutnya sebagai insiden teroris. Juru bicara kedutaan Rusia di Paris, Sergei Parinov mengatakan Anzorov dan keluarganya tiba di Prancis ketika Anzorov berusia enam tahun dan meminta suaka. Selain itu, Anzorov diberi izin tinggal awal tahun ini dan tidak memiliki kontak dengan kedutaan Rusia.