Meskipun menghadapi tantangan perlambatan ekonomi global, sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) menunjukkan stabilitas dan pertumbuhan positif. Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulsel Subar) melaporkan bahwa kinerja sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank (IKNB) tetap solid hingga Agustus 2024.
Pertumbuhan ini didukung oleh kebijakan moneter yang dilonggarkan oleh Bank Indonesia (BI), terutama melalui penurunan suku bunga. Hal ini memberikan ruang bagi perbankan dan lembaga keuangan untuk memperluas penyaluran kredit, yang pada akhirnya mendorong aktivitas ekonomi di wilayah tersebut.
Menurut laporan OJK, sektor perbankan di Sulampua mengalami peningkatan signifikan. Total aset tumbuh sebesar 5,65 persen menjadi Rp534 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat sebesar 5,55 persen, mencapai Rp339 triliun. Di sisi lain, penyaluran kredit menunjukkan pertumbuhan yang kuat sebesar 8,79 persen, mencapai Rp424 triliun. Tingkat intermediasi Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 124,97 persen, dengan Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di level aman, yaitu 2,55 persen.
Pasar modal di wilayah Sulampua juga menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat. Single Investor Identification (SID) pada Juli 2024 tercatat tumbuh 38,39 persen secara year on year (yoy), dengan total mencapai 904.514 SID. Investasi di pasar modal sebagian besar masih didominasi oleh reksadana, yang menunjukkan porsi pertumbuhan tertinggi di antara instrumen investasi lainnya.
Sektor industri keuangan non-bank (IKNB) turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah ini. Total piutang perusahaan pembiayaan tumbuh sebesar 13,30 persen menjadi Rp42,70 triliun. Selain itu, pembiayaan modal ventura meningkat sebesar 5,27 persen menjadi Rp692 miliar, sementara pergadaian mencatatkan pertumbuhan piutang sebesar 58,96 persen menjadi Rp16,48 triliun. Fintech peer-to-peer lending juga mencatatkan peningkatan yang signifikan dengan total outstanding pinjaman tumbuh 56,55 persen menjadi Rp4,12 triliun, sementara tingkat wanprestasi tetap terjaga di angka 1,46 persen.
Pertumbuhan stabil di berbagai sektor ini membuktikan bahwa sektor keuangan di Sulampua masih tangguh menghadapi dinamika ekonomi global.