Gangguan Ormas Hambat Industri Mebel, HIMKI: “Vietnam Sudah Bersih, Kita Masih Berjuang”
Industri mebel Indonesia menghadapi tantangan besar yang bukan hanya soal persaingan global atau kualitas produk, tetapi juga faktor eksternal yang menghambat pertumbuhan. Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengungkapkan bahwa aktivitas organisasi masyarakat (ormas) menjadi salah satu kendala utama yang membuat Indonesia sulit bersaing dengan Vietnam.
Dalam gelaran Indonesia International Furniture Expo 2025 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/3/2025), Abdul menegaskan bahwa ormas sering kali mengganggu industri mebel skala besar. Menurutnya, kondisi di Indonesia berbanding terbalik dengan Vietnam yang telah lebih kondusif bagi industri.
“Kami sedang berjuang menghadapi negara yang sudah bersih dari hal-hal seperti ini. Vietnam bisa tumbuh pesat, sementara kita masih menghadapi masalah yang sama,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Abdul meminta pemerintah untuk mengambil langkah tegas dalam menertibkan aktivitas ormas yang dinilai menghambat investasi dan pertumbuhan industri.
“Ini tugas pemerintah. Kalau kita mau maju, harus dibersihkan,” katanya.
Vietnam Melaju, Indonesia Tertinggal
Vietnam kini menjadi salah satu pemain utama dalam ekspor mebel dunia, dengan nilai ekspor mencapai 20 juta dolar AS. Keberhasilan ini tak lepas dari kondisi yang lebih kondusif untuk investasi, serta kebijakan ekonomi yang mendukung industri.
Dalam satu dekade terakhir, sebanyak 630 perusahaan mebel dari China telah merelokasi bisnis mereka ke Vietnam. Selain itu, negara tersebut telah lebih dulu menjalin perjanjian Free Trade Agreement (FTA) dengan Amerika Serikat dan Eropa selama 20 tahun terakhir, membuat produk mereka lebih mudah memasuki pasar internasional.
“Kita belum punya FTA dengan AS dan Eropa. Ini salah satu faktor kekuatan Vietnam, sementara kita masih kesulitan menembus pasar AS,” tambah Abdul.
Investor Mengeluh: Ormas Jadi Batu Sandungan
Tak hanya HIMKI, keresahan serupa juga disuarakan oleh Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI), Sanny Iskandar. Dalam acara Dialog Industri Nasional di Kementerian Perindustrian (6/2/2025), ia menyampaikan bahwa aktivitas ormas di kawasan industri telah menyebabkan kerugian hingga ratusan triliun rupiah, baik dari dana yang dikeluarkan investor maupun investasi yang batal masuk ke Indonesia.
“Kalau dihitung semuanya, bukan cuma dana yang keluar, tapi juga yang enggak jadi masuk. Itu bisa ratusan triliun rupiah,” ujarnya.
Sanny menyoroti bahwa pemerintah telah berupaya menarik investasi asing dengan berbagai insentif. Namun, begitu investor mulai beroperasi, mereka kerap menghadapi tekanan dari ormas yang meminta “jatah” dalam berbagai aspek operasional, mulai dari transportasi, katering, hingga tenaga kerja.
“Investor sudah pusing mencari pasar dan bersaing secara global. Sekarang mereka harus menghadapi gangguan keamanan seperti ini,” katanya.
Tak jarang, ormas menuntut agar pekerjaan diberikan kepada putra daerah tanpa melalui proses tender yang transparan. Bahkan, dalam beberapa kasus, kelompok yang mengatasnamakan putra daerah sebenarnya berasal dari luar daerah tersebut.
“Kalau seperti ini, gimana investornya enggak mundur?” lanjutnya.
Tantangan di Berbagai Kawasan Industri
Fenomena gangguan ormas ini disebut hampir merata di berbagai kawasan industri, mulai dari Karawang, Bekasi, Jawa Timur, hingga Batam. Investor yang sudah menghadapi berbagai tantangan—seperti pembiayaan, pembelian mesin, dan persaingan pasar global—harus pula berhadapan dengan persoalan keamanan yang tak kunjung terselesaikan.
Keadaan ini tentu berdampak besar pada daya saing industri nasional. Jika tidak segera diatasi, Indonesia bisa semakin tertinggal dari Vietnam dan negara-negara lain dalam persaingan global. HIMKI dan HKI berharap pemerintah mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan ini dan menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
Lalu, bagaimana langkah pemerintah selanjutnya? Akankah regulasi yang lebih tegas diterapkan untuk melindungi industri dan investasi di tanah air?