Wartakita.id, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II (Q2) 2025 yang mencapai 5,12% secara year-on-year (yoy). Capaian ini melampaui konsensus dan revisi target APBN, menandakan resiliensi ekonomi nasional di tengah gejolak global.
Realisasi ini menjadi sinyal positif, melengkapi pertumbuhan Semester I 2025 yang tercatat 4,99% (c-to-c). Pertumbuhan Q2 2025, yang merupakan tertinggi sejak 2023, didorong oleh konsumsi domestik selama periode libur Lebaran serta lonjakan ekspor jasa yang mencapai 10,67%.
Memasuki Semester II 2025, proyeksi ekonomi diprediksi tetap stabil di angka 4,9% hingga 5,1% (yoy). Optimisme ini didukung oleh stimulus fiskal pemerintah senilai Rp200 triliun yang digelontorkan melalui Himbara dan percepatan program padat karya Kementerian PUPR.
Di balik angka-angka solid ini, analisis redaksi menyoroti dua faktor kunci yang menjadi sorotan pasar dan analis: gebrakan fiskal Menteri Keuangan baru Purbaya Yudhi Sadewa dan efisiensi warisan infrastruktur dari era Basuki Hadimuljono.
Fenomena ‘Purbaya Effect’: Respon Pasar Terhadap Fiskal Tegas
Dilantik pada 21 Oktober 2025, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa segera menerapkan serangkaian kebijakan yang oleh publik dijuluki sebagai “gaya koboi”. Gebrakan ini viral di media sosial X dengan tagar #PurbayaEffect, yang telah dicuitkan 1,2 juta kali.
Gebrakan Awal Purbaya
Langkah awal Purbaya berfokus pada realokasi anggaran yang dinilai tidak efisien. Beberapa kebijakan utamanya meliputi:
- Pemotongan anggaran belanja barang eselon I di kementerian/lembaga hingga 50%.
- Penghapusan PPh untuk buruh dengan gaji di bawah Rp7 juta per bulan.
- Alih dana Rp16,2 triliun untuk 8 program akselerasi, termasuk magang bagi 1 juta anak muda dan subsidi listrik UMKM.
Reaksi Positif Pasar
Pasar merespons positif langkah-langkah yang dinilai tegas dan pro-rakyat ini. Dalam 10 hari pasca-pelantikan, data menunjukkan:
- IHSG menguat 3,8%.
- Rupiah menguat signifikan ke level Rp15.800 per Dolar AS.
- Indeks Keyakinan Konsumen (IKKP) yang dirilis LPS melonjak ke 130,6, level tertinggi sejak 2022.
Fenomena #PurbayaEffect ini menunjukkan kembalinya kepercayaan pasar terhadap disiplin fiskal dan alokasi anggaran yang tepat sasaran.
Warisan Infrastruktur: Efisiensi Jangka Panjang Basuki
Faktor penopang kedua adalah efisiensi investasi yang tercipta dari pembangunan infrastruktur masif era sebelumnya. Basuki Hadimuljono (BHS), yang kini menjabat Kepala OIKN, mewariskan anggaran infrastruktur Rp75,63 triliun untuk tahun 2025.
Dampak Program ‘Cash for Work’
Warisan kebijakan BHS yang masih berjalan, terutama program “cash for work” (padat karya tunai) senilai Rp3,5 triliun, terbukti efektif. Program ini menyerap 609 ribu tenaga kerja di daerah, menjaga daya beli masyarakat lapisan bawah.
Perbaikan ICOR
Namun, warisan terpenting adalah perbaikan efisiensi modal. Pembangunan 139 km jalan nasional dan bendungan baru berhasil menurunkan rasio ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Indonesia dari 6,2 menjadi 5,8.
Artinya, setiap Rp1 investasi kini menghasilkan Rp1,72 PDB, lebih efisien dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Analisis Redaksi: Proyeksi 2026 di Depan Mata
Kombinasi kedua faktor ini—fiskal tegas Purbaya dan infrastruktur efisien Basuki—menjadi fondasi kuat untuk proyeksi ekonomi 2026.
Pemerintah dalam RAPBN 2026 mematok target pertumbuhan optimis di angka 5,4%, dengan asumsi inflasi 2,5% dan kurs Rp16.500. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan di rentang 4,7-5,5%, sementara Bappenas bahkan memproyeksikan 5,8-6,3% jika beberapa program unggulan terealisasi.
Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam sebuah kesempatan, menyebut bahwa “gaya blak-blakan Purbaya” berhasil membangun kepercayaan pasar.
Kesimpulannya, realisasi Semester II 2025 akan menjadi penentu apakah Indonesia dapat menembus target 5% tahun ini. Namun, sinergi antara kebijakan fiskal baru yang berani dan fondasi infrastruktur yang matang telah memberikan landasan kokoh bagi Indonesia untuk mencapai pertumbuhan di atas 5,4% pada tahun 2026.
Penulis: Tim Riset Wartakita.id | Sumber: BPS, Kemenkeu, BI, X Analytics

























