Wartakita.id – Provinsi Aceh tengah berduka mendalam. Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang sejak akhir November 2025 telah merenggut nyawa ratusan orang dan melumpuhkan kehidupan jutaan jiwa. Skala tragedi ini menuntut perhatian serius dan respons kemanusiaan yang masif dari seluruh elemen bangsa.
Krisis kemanusiaan skala besar tengah melanda Provinsi Aceh. Data terbaru per 18 Desember 2025 mengkonfirmasi bahwa hampir dua juta jiwa, tepatnya 1.987.124 orang dari 522.327 Kepala Keluarga (KK), merasakan langsung getirnya bencana banjir bandang dan tanah longsor. Tragedi ini tidak hanya merenggut infrastruktur, tetapi juga nyawa; 456 warga dilaporkan meninggal dunia, sementara lainnya masih dalam pencarian tim gabungan. Luka fisik pun merajalela, mencatat 474 orang luka berat dan 4.939 lainnya mengalami luka ringan.
Luasnya area terdampak dan simultanitas kejadian di berbagai kabupaten menjadi catatan kelam tersendiri. Dampak ini memaksa 406.360 jiwa atau setara 107.014 KK untuk meninggalkan rumah mereka, mencari perlindungan di titik-titik pengungsian darurat. Upaya evakuasi dan pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi terus diintensifkan oleh pemerintah dan berbagai lembaga kemanusiaan di tengah tantangan yang kompleks.
Lihat postingan ini di Instagram
Aceh Utara Lumpuh: 90% Wilayah Terendam Banjir dan Lumpur
Di antara wilayah yang paling parah terdampak adalah Kabupaten Aceh Utara. Hingga 16 Desember 2025, laporan mencatat bahwa 90% dari total wilayah kabupaten ini terendam banjir dan lapisan lumpur tebal. Banjir bandang yang datang tanpa ampun melumpuhkan hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat.
Dampak langsung terasa pada 428.271 jiwa (124.544 KK) di Aceh Utara. Tragedi paling memilukan adalah hilangnya nyawa 166 warga di kabupaten ini. Fenomena hujan ekstrem menjadi akar masalahnya, menciptakan volume air yang luar biasa besar menerjang permukiman, merusak infrastruktur vital, dan merendam area yang sangat luas. Kondisi ini memaksa 71.637 jiwa atau 18.858 KK untuk mengungsi.
Kerusakan properti di Aceh Utara sungguh mencengangkan. Laporan mencatat:
- 1.219 rumah dilaporkan hilang tersapu arus.
- 117.291 rumah terendam banjir.
- Ribuan rumah lainnya mengalami kerusakan berat hingga ringan.
Proses evakuasi dan distribusi bantuan di wilayah ini menjadi sangat menantang, mengingat skala kerusakan yang masif.
Pidie Jaya Memasuki Pekan Ketiga: Krisis Air Bersih dan Tenda Membayangi Pengungsi
Beralih ke Kabupaten Pidie Jaya, krisis kemanusiaan yang lebih spesifik mulai membayangi ratusan ribu pengungsi. Setelah hampir tiga minggu bencana menerjang, para penyintas yang kini menetap di posko-posko pengungsian menghadapi isu krusial: kelangkaan air bersih dan kekurangan tenda yang memadai.
Ratusan ribu jiwa yang kehilangan rumah kini berjuang bertahan dalam keterbatasan. Krisis ini terasa di berbagai titik pengungsian di seluruh Pidie Jaya, semakin memburuk seiring berjalannya waktu mendekati akhir Desember 2025.
Penyebab utama kelangkaan air bersih adalah kerusakan infrastruktur vital, termasuk sumber air dan jalur distribusinya. Dampak buruknya kian terasa dengan meningkatnya kekhawatiran akan munculnya wabah penyakit seperti diare dan infeksi kulit. Di sisi lain, minimnya tenda layak membuat pengungsi, terutama anak-anak dan lansia, rentan terhadap dinginnya malam, menambah penderitaan mereka.
Ribuan Rumah di Aceh Utara Hilang dan Rusak Berat Diterjang Banjir Bandang
Skala kerusakan properti di Aceh Utara akibat banjir bandang sungguh tak terbayangkan. Kekuatan arus yang membawa material lumpur dan kayu meratakan bangunan, bahkan yang terbuat dari konstruksi beton pun tak luput dari ancaman.
Puluhan ribu keluarga kehilangan tempat tinggal dan harta benda. Rincian kerusakan per pertengahan Desember 2025 menunjukkan gambaran suram:
- 1.219 rumah hilang total.
- 16.793 rumah rusak berat.
- 6.134 rumah rusak sedang.
- 15.126 rumah rusak ringan.
- 117.291 rumah lainnya masih terendam.
Situasi ini mengharuskan penghuni untuk tinggal di pengungsian dalam jangka waktu yang belum dapat ditentukan, menambah daftar panjang penderitaan akibat bencana ini.
Upaya Penanggulangan dan Harapan Pemulihan
Pemerintah Provinsi Aceh bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan berbagai relawan terus bekerja keras. Prioritas utama saat ini adalah memastikan ketersediaan pangan, air bersih, layanan kesehatan, dan tempat tinggal sementara bagi para pengungsi. Pendataan kerusakan dan rencana rekonstruksi jangka panjang juga mulai disusun.
Peran serta masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional, sangat dibutuhkan dalam fase pemulihan ini. Bantuan sekecil apapun akan sangat berarti bagi mereka yang kehilangan segalanya.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Berapa jumlah pasti korban jiwa akibat bencana di Aceh?
Berdasarkan data per 18 Desember 2025, total korban jiwa mencapai 456 orang. Tim penyelamat masih terus melakukan pencarian terhadap orang yang dilaporkan hilang. Jumlah yangb belum dilaporkan jauh lebih banyak, mengingat korban selamat dalam kondisi berusaha bertahan hidup di pengungsian.
Wilayah mana saja di Aceh yang paling terdampak parah?
Kabupaten Aceh Utara dilaporkan mengalami dampak paling parah, dengan 90% wilayahnya terendam banjir dan lumpur. Kabupaten Pidie Jaya juga menghadapi krisis kemanusiaan serius di titik-titik pengungsian.
Berapa banyak warga yang terpaksa mengungsi?
Sebanyak 406.360 jiwa atau setara dengan 107.014 Kepala Keluarga terpaksa mengungsi dari rumah mereka ke lokasi yang lebih aman akibat bencana ini.
Apa saja masalah utama yang dihadapi para pengungsi di Pidie Jaya?
Para pengungsi di Pidie Jaya menghadapi krisis air bersih dan kekurangan tenda yang layak, terutama memasuki pekan ketiga pasca-bencana. Hal ini meningkatkan risiko penyakit dan kerentanan terhadap cuaca.
Bagaimana rincian kerusakan rumah di Aceh Utara?
Di Aceh Utara, tercatat 1.219 rumah hilang total, 16.793 rusak berat, 6.134 rusak sedang, 15.126 rusak ringan, dan 117.291 rumah lainnya masih terendam.
Bagaimana cara saya berkontribusi dalam upaya penanggulangan bencana di Aceh?
Anda dapat berkontribusi melalui donasi ke lembaga kemanusiaan terpercaya yang fokus pada penanganan bencana, atau melalui posko-posko bantuan yang dibuka oleh pemerintah daerah dan organisasi masyarakat.
Aceh berduka, namun semangat gotong royong dan kemanusiaan harus terus menyala. Mari bersama memberikan dukungan dan harapan bagi para penyintas bencana untuk bangkit kembali.























