Wartakita.ID, Jakarta – Relawan kemanusiaan sekaligus penyelam yang sigap membantu ketika ada tragedi kecelakaan, meninggal dunia ketika tengah membantu evakuasi korban JT-610.
Ia hidup tak hanya untuk bekerja mencari nafkah bagi keluarganya, tapi ia mempertaruhkan nyawanya dalam berbagai misi kemanusiaan. Tak hanya kali ini, dahulu ketika Air Asia dari Surabaya jatuh ketika menuju Singapura, ia pun tak absen, bahkan timnya pertama yang berhasil memasuki kabin dan mengambil enam jasad yang tertinggal. Kemarin pun ia baru saja selesai dari perjalanan kemanusiaan di Palu. Semangat membantu sesama manusia yang mengalami musibah, sudah mendarah daging di dadanya.
Kali ini takdir menentukan lain bagi pahlawan kemanusiaan kita ini. Semoga beliau mendapat pahala syahid, dan semoga Allah SWT menerimanya sebagai jiwa yang tenang di sisi-Nya.

Kronologis
Dua orang personel tim SAR naik ke haluan kapal meneriaki kapal RIB 01 Basarnas yang biasanya bertugas untuk mendistribusikan logistik, orang, puing pesawat, atau jenazah. Tampak sebuah obyek hitam mengapung dengan jarak sekira 200 meter dari KN SAR Basudewa. Sebagian personel Basarnas di geladak utama berkasak-kusuk.
“Ada orang! Ada orang! Coba dekati pakai rubber boat!” teriak seorang lelaki berkemeja Basarnas dari anjungan kapal KN SAR Basudewasekira pukul 17.00 WIB pada Jumat (2/11/2018).
“Rubber boatnya belum kembali! Panggil kapal RIB!” jawab seorang personel Basarnas di buritan. Seketika, belasan personel Basarnas yang sedang istirahat di buritan kapal langsung berlari menuju geladak utama.
“Angkat itu! Angkat!” kata dua personel Basarnas sambil menujuk sebuah obyek hitam yang mengapung.
Kebetulan, kapal tersebut berada hanya sekira 100 meter dari tempat orang tersebut terapung sedangkan KN SAR Basudewa berjarak sekira 200 meter. Dua orang personel Basarnas di kapal RIB 01 melompat ke laut dan berenang mendekati obyek hitam tersebut.
Gelombang ombak yang sudah cukup besar sejak siang kerap membuat kapal bergoyang ke kanan dan ke kiri 45 derajat. Sementara itu seorang petugas Basarnas di geladak kapal coba mengontak dua Sea Rider berisi anggota Kopaska yang tengah terapung 200 meter lokasi membelakangi RIB 01.
Tak lama, dua kapal Sea Rider Kopaska mendekati kapal RIB 01. “Kami sedang mencari penyelam,” jawab petugas di kapal Sea Rider Kopaska.
Dua orang personel Kopaska lalu lompat dari Sea Rider dan berenang membantu mengangkat obyek hitam tersebut ke atas kapal RIB 01. Butuh waktu sekira 8 sampai 10 menit untuk bisa membawa obyek hitam tersebut ke atas kapal.
“Copot dulu gear dive-nya!” teriak peronsel Basarnas dari haluan KN SAR Basudewa. Kapal RIB 01 kemudian membawa obyek tersebut merapat ke buritan KN SAR Basudewa.
Suara lelaki di pengeras suara meminta agar sejumlah wartawan di KN SAR Basudewa untuk menonaktifkan kamera. “Wartawan jangan ada yang ambil gambar!” teriak seorang lelaki berkemeja SAR di buritan kapal.
Ketika merapat, ternyata obyek hitam tersebut adalah seorang lelaki yang mengenakan baju dan alat selam lengkap. Enam orang personel SAR lalu melompat ke kapal RIB 01 mencoba memberikan pertolongan pertama.
“Kasih CPR! Terus! Kasih CPR!” kata seorang personel SAR di buritan KN SAR Basudewake personel yang terus menerus menekan dada penyelam tersebut.
Seorang personel SAR lalu melompat dari buritan kapal membawa sebuah tabung oksigen. Personel SAR tersebut lalu tampak berusaha memasukan oksigen lewat selang ke dalam mulut penyelam tersebut.
“Dokter! Dokter! Bawa dokter ke sini!” teriak seorang personel SAR dari RIB 01 yang masih merapat di buritan kanan KN SAR Basudewa. Seorang dokter perempuan yang berada di kapal kemudian turun ke RIB 01.
Baca: Cerita Rekan-rekan Penyelam Syachrul sebelum Meninggal saat Proses Evakuasi Korban Lion Air JT 610
Setelah berdiskusi dengan dokter, diputuskan bahwa penyelam tersebut harus dibawa ke kapal Victory milik Pertamina yang punya peralatan medis lebih lengkap.
Personel SAR masih terus memompa dada penyelam tersebut ketika RIB 01 lepas dari KN SAR Basudewa dan bergerak menuju kapal Victory sekira pukul 17.30 WIB.
Kegiatan di kapal KN SAR Basudewa berangsur normal.
Beberapa wartawan yang sejak pagi berada di KN SAR Basudewa mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Seorang wartawan senior yang kebetulan juga penyelam memberikan analisanya sambil berbincang santai dengan wartawan lain di kabin kapal.
“Saya lihat busa di mulutnya tadi. Biasanya itu karena naik ke permukaannya terlalu cepat. Kalau sudah begitu paru-parunya pasti jebol. Dekompresi, itu salah satu resikonya,” kata wartawan tersebut.
Sementara itu, personel SAR di kapal belum ada yang memberikan komentar. Seorang wartawan menemukan nama Syachrul Anto di data penyelam yang di fotonya pada Kamis (1/11/2018) di tenda Basarnas di dermaga JICT 2.
Nama Syachrul Anto tercantum dalam data penyelam dari Indonesian Diver bersama 17 penyelam lainnya. Wartawan kesulitan untuk mencari informasi lebih lanjut tentang Syachrul Antokarena minimnya jaringan internet.
Sekira pukul 18.30 WIB, seorang personel SAR datang ke kabin mencari tas berisi peralatan dokter. “Katanya, denyut nadinya masih terasa di Victory,” kata seorang personel di kabin.