Wartakita.id, GOWA – Upacara Adat Accera Kalompoang diwarnai kericuhan di Istana Balla Lompoa, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (12/9). Aksi lempar batu dan petasan tersebut berlangsung sekitar satu jam. Massa simpatisan Andi Maddusila memaksa masuk ke area Balla Lompoa. Namun, mereka dihalangi ratusan polisi dan satu unit Barracuda.
Kedua kubu saling lempar terjadi antara pendukung Andi Maddusila dengan Satpol PP Gowa di pelataran Istana Balla Lompoa.
Bentrok terjadi saat polisi yang berjaga-jaga di depan Istana Balla Lompoa yang tengah menggelar acara Accera Kalompoang, nampak menyiramkan air dari water canon ke arah ban-ban bekas yang dibakar pengunjuk rasa dari Kerajaan Gowa di bawah pimpinan Raja ke-37 tersebut.
Para hadirin yang berada di pelataran Balla Lompoa sempat kocar kacir mencari tempat perlindungan.
Kericuhan itu tidak memengaruhi prosesi accera kalompoang. Pencucian benda pusaka tetap berlangsung hingga selesai.
Upacara ini merupakan upacara adat yang bertujuan untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Inti dari Upacara Adat Accera Kalompong adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan dan penimbangan salokoa atau mahkota yang dibuat pada abad ke-14. Selain mahkota, ada juga benda-benda kerajaan yang dibersihkan seperti tombak rotan berambut ekor kuda (panyanggaya barangan), parang besi tua (lasippo), keris emas yang memakai permata (tatarapang), senjata sakti sebagai atribut raja yang berkuasa (sudanga), gelang emas berkepala naga (ponto janga-jangaya), kalung kebesaran (kolara), anting-anting emas murni (bangkarak ta‘roe) dan kancing emas (kancing gaukang).
Pencucian benda-benda kerajaan tersebut menggunakan air suci. Ketika dicuci, upacara ini dipimping oleh seorang guru besar atau Anrong Gurua (Guru Besar). Sebelum penyucian dimulai, terlebih dahulu dibacakan surat al-Fatihah secara bersama-sama oleh para peserta upacara.
Setiap ritual yang terdapat dalam upacara ini memliki makna tersendiri. Misalnya saja penimbangan yang bermakna petunjuk bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Jika timbangan mahkota tersebut berkurang, maka itu menjadi pertanda akan terjadi (bala) bencana di negeri mereka. . Sebaliknya, jika timbangan mahkota tersebut bertambah, maka itu menjadi pertanda kemakmuran akan datang bagi masyarakat Gowa.
Upacara adat Accera Kalompoang digelar sekali setahun, yakni setiap usai shalat Idul Adha pada tanggal 10 Zulhijjah di Museum Balla Lompoa. Selain benda-benda pusaka tersebut, beberapa benda impor yang tersimpan di Museum Balla Lompoa turut dibersihkan, seperti kalung dari Kerajaan Zulu, parang panjang, penning emas murni dan medali emas.