Wartakita, TAKALAR – Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan merupakan sentra penghasil berbagai hasil bumi seperti padi, jagung, sukun dan lainnya. Dari hasil bumi tersebut biasanya diolah menjadi produk makanan masih banyak bersifat tradisional. Dengan menerapkan metode bioteknologi olahan tersebut dapat menghasilkan produk-produk makanan yang baru, unik dan layak dijual. “Saya mencoba mengarahkan siswa dengan pembelajaran aktif untuk membuat percobaan bioteknologi menghasilkan tape dari berbagai macam bahan makanan seperti sukun, pisang dan talas dan ternyata berhasil dengan baik,” ujar Mukhlis, guru IPA SMPN 2 Takalar kelas 9 (15 Agustus 2016).
Awalnya Muklis membimbing para siswa dalam pelajaran IPA untu mengamati tekstur dan mencoba rasa masing-masing produk bioteknologi sederhana tape yang sudah umum di masyarakat yaitu dari sinkong dan ketan. Setelah itu, mereka diminta membuat tape dari bahan-bahan makanan yang mereka pilih sendiri seperti jagung, kentang, sukun, talas, pisang tua, atau ubi jalar.
Prosedur pembuatannya adalah sebagai berikut; setiap kelompok siswa memilih masing-masing bahan yang akan dijadikan tape yaitu pisang tua, jagung, sukun, talas, kentang dan ubi jalar. Bahan makanan tersebut dicuci sampai bersih dan kemudian dikukus menggunakan panci. Setelah dikukus, bahan makanan dikupas dan dipotong sesuai selera sambil diamati tekstur dan rasanya. Bahan kemudian ditaburi ragi yang sudah dihaluskan dan dibungkus daun pisang dengan rapat. Setelah itu disimpan dalam plastik atau wadah lain yang tertutup rapat di laboratorium selama tiga hari untuk proses fermentasi. “Bahan harus tertutup rapat agar tidak ada bakteri lain yang bisa mencampuri proses-proses fermentasi dan menghasilkan rasa berbeda,” ujar Mukhlis, salah satu fasilitator daerah USAID PRIORITAS Takalar yang konsisten menerapkan pembelajaran aktif di sekolahnya.
Setelah hari ketiga, ternyata semua bahan berhasil berubah menjadi tape. “Namun setelah kami amati dan kami rasakan, rasanya berbeda-beda,” ujar Fatriasi Amiruddin, salah satu siswa kelas 9 yang melakukan percobaan.
Kentang setelah menjadi tape ternyata rasanya menjadi hambar dan talas menjadi sama sekali tidak enak, dengan bau yang sangat menyengat. “Strukturnya menjadi gembur berair dengan warna kecoklatan dan tidak cocok jadi makanan,” ujar Buya Ibnu Fulqan, siswa lainnya.
Sementara sukun, pisang tua dan jagung rasanya berubah jadi unik, kecut-kecut manis dan enak. “Hasil percobaan untuk ketiga bahan ini, kami simpulkan bisa menjadi alternatif makanan yang bisa dijual,” tegas Mukhlis.
Keberhasilan percobaan ini membuat beberapa siswa yang langsung melakukan percobaan berangan-angan memasarkannya suatu saat. “Agar jadi produk alternatif yang lebih menjual, seperti kue dan sebagainya, kita bisa campur dengan bahan-bahan lainnya,” ujar Fatriasi sambil mencicipi bahan makanan baru itu.
Sebelumnya Mukhlis juga berhasil membimbing siswa-siswinya untuk menghasilkan energi baterai dari buah pare. Sebuah penemuan yang mendapatkan apresiasi luar biasa dari pemda Takalar dan USAID PRIORITAS. “Pembelajaran aktif yang kita lakukan memang merangsang siswa untuk banyak berkreasi,” ujarnya menutup.