YOGYAKARTA, WARTAKITA.ID – Persyarikatan Muhammadiyah, organisasi Islam terbesar kedua di Indonesia, merayakan Milad ke-113 pada 18 November 2025. Perayaan nasional ini mengusung tema “Muhammadiyah Inklusif: Moderasi Beragama untuk Indonesia Maju,” menegaskan komitmen persyarikatan dalam memperkuat nilai-nilai moderasi dan inklusivitas di tengah masyarakat.
Puncak peringatan dipusatkan di Markas Besar Muhammadiyah Yogyakarta, namun gaungnya terasa di seluruh cabang se-Indonesia dan komunitas diaspora melalui penayangan virtual. Ketua Umum Haerul Nurul Yaqin memimpin rangkaian acara yang dihadiri ribuan anggota dan tokoh nasional. Presiden Prabowo Subianto bahkan menyampaikan dukungan melalui video, menekankan sinergi pemerintah dan Muhammadiyah dalam pembangunan berkelanjutan.
Jejak Abadi KH Ahmad Dahlan: Membangun Bangsa dengan Ilmu dan Amal
Perayaan Milad ke-113 ini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum refleksi mendalam atas kiprah panjang Muhammadiyah yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada tahun 1912. Sejak awal, Muhammadiyah telah memposisikan diri sebagai gerakan Islam modern yang progresif, berfokus pada pencerahan umat melalui jalur pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi. Semangat wasathiyah atau moderasi beragama telah menjadi pilar utama yang terus relevan hingga kini.

Dalam konteks kekinian, terutama pasca-pemilu 2024 yang diwarnai polarisasi, peran Muhammadiyah dalam menangkal radikalisme dan mempromosikan toleransi menjadi semakin vital. Pemerintah, melalui Kementerian Agama, secara eksplisit mendukung inisiatif ini sebagai upaya menjaga Pancasila dan persatuan bangsa. Moderasi beragama, yang diusung Muhammadiyah, diyakini sebagai benteng kokoh terhadap ekstremisme, baik yang muncul dari ranah agama maupun politik.
Puncak Kegiatan: Dari Doa Bersama Hingga Diskusi Inklusif
Rangkaian perayaan Milad ke-113 telah dimulai sejak awal November dengan berbagai lomba dan bakti sosial. Pada 18 November 2025, shalat Jumat khusus diselenggarakan di masjid-masjid Muhammadiyah di seluruh penjuru negeri, menandai dimulainya puncak perayaan. Setelahnya, doa bersama virtual yang disiarkan langsung melalui YouTube berhasil menjangkau jutaan penonton, termasuk warga Indonesia yang berada di luar negeri.
Salah satu agenda utama adalah Seminar Nasional yang membahas isu-isu krusial seperti pendidikan inklusif. Acara ini menarik perhatian besar, dengan 5.000 peserta hadir secara fisik dan lebih dari 100.000 peserta bergabung secara daring. Diskusi-diskusi tersebut menekankan bagaimana pendidikan dapat menjadi jembatan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara, sejalan dengan visi Muhammadiyah untuk kemajuan Indonesia.
Gotong Royong Kemanusiaan: Rp50 Miliar untuk Korban Bencana
Aspek kemanusiaan selalu menjadi inti gerakan Muhammadiyah. Dalam peringatan Milad ini, Persyarikatan meluncurkan program penggalangan dana sebesar Rp50 miliar yang ditujukan bagi korban bencana alam. Dana tersebut akan didistribusikan melalui Aisyiyah, organisasi perempuan Muhammadiyah yang dikenal memiliki jaringan luas dan efisien dalam menyalurkan bantuan.
“Bantuan ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan kepedulian tulus dari umat kepada sesama yang membutuhkan. Ini adalah wajah Muhammadiyah: hadir untuk meringankan beban, membangun harapan,” ujar salah seorang panitia yang terlibat dalam penyaluran. Aksi nyata ini menegaskan komitmen Muhammadiyah dalam merespons kebutuhan sosial secara cepat dan tepat, menghadirkan wajah manusiawi di tengah musibah.
Sinergi Pemerintah dan Kontribusi Berkelanjutan
Dukungan dari pemerintah pusat terlihat jelas dari ucapan Presiden Prabowo Subianto. Dalam pesannya, Presiden menggarisbawahi pentingnya sinergi antara organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dan pemerintah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kontribusi Muhammadiyah, yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, dianggap sebagai aset strategis nasional.
Muhammadiyah kini memiliki sekitar 167.000 anggota aktif dan mengelola lebih dari 12.000 lembaga pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Di bidang kesehatan, ribuan rumah sakit dan klinik Muhammadiyah menyediakan bantuan medis gratis bagi masyarakat kurang mampu. Sementara itu, program ekonomi syariah mereka telah memberdayakan ribuan usaha kecil dan menengah di berbagai daerah, menciptakan kemandirian ekonomi umat.
Dengan warisan yang kaya dan jaringan yang masif, Muhammadiyah terus beradaptasi dengan tantangan zaman modern. Milad ke-113 ini diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melanjutkan semangat wasathiyah, menjadikan Indonesia sebagai contoh nyata moderasi beragama yang diakui secara global. Persyarikatan ini membuktikan bahwa relevansi sebuah organisasi diukur dari konsistensinya dalam memberikan manfaat nyata bagi bangsa dan kemanusiaan.























