Seorang pria membawa poster dengan tulisan ‘Islam bukan ISIS’ berjalan di sekitar kawasan Jakarta Timur, dengan membawa ransel besar di punggungnya.
Sepanjang perjalanan, orang-orang melihat dengan heran, beberapa memotret dan merekam aktivitas pria itu dengan kamera ponsel mereka.
Muhamad Wahyu Priadi yang dipanggil Ahmad, mulai dikenal sejak fotonya muncul di Facebook. Seorang wartawan majalah mingguan di Jakarta, Dion Hertasha mengunggah fotonya ketika tak sengaja bertemu di jalan Pramuka Jakarta Timur, pada akhir Januari lalu.
Fotonya telah dibagikan ke lebih dari 12 ribu pengguna Facebook lainnya.
“Saya bertemu dengan pak Ahmad, saat melewati jalan Pramuka, lalu saya berhenti mengobrol sebentar dan memfotonya, saya pikir apa yang dia lakukan itu layak untuk disebarkan di media sosial karena mempromosikan Islam yang damai, yang menolak kekerasan,” jelas Dion.
Usai menyantap sarapannya, soto Surabaya, dia bercerita tentang perjalanannya.
Dia mengaku mengawali perjalanan setelah sembuh dari luka-luka yang dideritanya akibat kecelakaan mobil. Luka itu menyisakan kakinya yang agak pincang jika berjalan, dan sebuah bekas luka di leher.
“Saya memulai perjalanan sekitar 2014 lalu, dari Jakarta ke Surabaya sebagai musafir, awalnya untuk lebih memahami apa itu Islam, “ jelas dia.
Dalam perjalanan itu, Ahmad mengaku sempat singgah di sejumlah kota untuk belajar tentang pengobatan tradisional, mengurut dan bekam. Dengan modal kemampuannya itu, dia pun dapat membiayai perjalanannya.
“Saya menawarkan kepada orang-orang jika ada yang mau dibekam, atau urut, tapi kadang ada juga sih para dermawan yang memberi lebih, tapi saya tidak meminta-minta,” jelas dia.
Selama perjalanan Ahmad mengaku lebih banyak menginap di masjid, kecuali jika di kota itu dia memilki kenalan, di rumah merekalah dia akan tinggal.
Tetapi ketika ditanya tentang keluarganya, dia enggan menjawab.
Ahmad mengaku dia membawa poster bertuliskan “Islam bukan ISIS” sejak tahun lalu, karena dia merasa Islam seringkali dianggap sebagai agama yang mengajarkan kekerasan, apalagi setelah kelompok ISIS menyebarkan tindakan brutal mereka melalui media.
“Bahkan sempat juga ada orang mencurigai saya dalam perjalanan -mungkin mereka menyangka saya bagian dari teroris, karena penampilan saya dan juga membawa ransel besar,” jelas Ahmad sambil tersenyum.
Ahmad mengatakan ISIS justru merusak nama Islam sebagai agama damai.
“ISIS.. ISIS.. kenapa malah merusak, berapa rasul didustakan, berapa agama dinodai, berapa negara dihancurkan, Islam itu damai rahmatan lil alamin, tapi apa yang dibuat, mengatasnamakan Islam buat teroris, Islam itu tidak takut mati, tetapi bukan berarti tidak punya nurani,” ungkap Ahmad.
Ahmad mengatakan seharusnya kampanye Islam secara damai juga dilakukan olah para pemuka agama, tapi dia meyayangkan terkadang justru ada juga yang mengajarkan kekerasan dan saling membenci.
“Itu terjadi kalau di masjid, ada juga dalam khotbah-khotbah di masjid seringkali menyampaikan ajaran radikal,” jelas dia.
Hampir satu jam mengobrol, Ahmad pun melanjutkan perjalanan dan ketika ditanya kapan akan menghentikan perjalanannya.
“Saya menyerahkan kepada Allah saya, selama masih bisa berjalan saya akan terus melanjutkan perjalanan, karena banyak pengetahuan yang saya dapat juga selama perjalanan,” jelas dia sambil kembali mengendong ranselnya. (BBC Indonesia)