Sudah nonton “Moneyball” (2011)? Film yang diangkat dari kisah nyata Billy Beane saat menjadi General Manager klub baseball A’s Oakland.
Billy Beane datang dengan pencerahan bagaimana mestinya sebuah klub baseball dikelola, bagaimana pemain mestinya bermain. Pola yang selama ini dianggap pakem oleh pelatih dan klub peserta liga baseball dirombaknya habis-habisan. Apa yang diyakininya sebagai pencerahan berhadapan dengan kegelapan tuduhan bahwa konsep yang dibawa Beane telah merobek hati dan jiwa para pencinta baseball.
Dengan konsep bermain baseball yang matematis berdasarkan data statistik, Beane berhasil membawa klubnya A’s Oakland memecahkan rekor demi rekor yang pernah dicapai klub-klub lain hingga nyaris menjuarai liga nasional. Pola permainan dan kepelatihan yang selama ini mengandalkan naluri dan instinktif berubah menjadi angka-angka matematis di tangannya.
Naluri dan ruh permainan baseball menjadi lebih kokoh dengan memiliki dasar perhitungan yang logis. Satu-persatu pola permainan dan kepelatihan klub yang masih konvensional, murni instinktif dan naluriah rontok saat berhadapan dengan klubnya A’s Oakland.
Red Sox, klub baseball terbesar, klub yang paling pertama tersadar bahwa Beane telah melakukan revolusi dalam permainan baseball berusaha mengontrak Beane untuk menjadikannya general manajer Red Sox. Pemilik klub menegaskan Red Sox akan mengikuti perubahan yang dibawa Beane atau bubar, beradaptasi atau mati. Mereka ingin Beane yang mengubah Red Sox.
Beane menolak, meskipun telah diberikan pertimbangan logis oleh asistennya, sarjana MIT, seorang ilmuwan matematis yang sejak awal Beane memanajeri A’s Oakland direkrut untuk membantunya mengubah kapasitas dan kapabilitas pemain menjadi angka-angka statistik.
Bahkan setelah Beane diputarkan rekaman pertandingan sebagai metafora situasi Beane sekarang. Rekaman saat seorang pemain baseball yang tidak pernah berhasil mencapai base I melangkah gontai usai berhasil memukul bola, karena yakin dia pasti gagal lagi mencapai base pertama. Sampai seluruh penonton bersorak, pukulannya ‘home run’. Beane tetap menolak.
“Bagaimana kau bisa menganggap permainan ini tidak romantis?” Kata Beane ke asistennya yang memang memandang permainan baseball sebagai angka-angka usai menonton rekaman home run pemain yang menganggap dirinya tidak mampu.
“Rekaman tadi metafora untuk kondisimu, bukan buatku. Terimalah tawaran Red Sox, orang-orang memang akan memakimu bahwa ini soal uang, namun kau sendiri tahu bahwa tawaran besar Red Sox adalah gambaran kapasitasmu. Bukan uangnya, tapi apa yang menyebabkan uang sebesar itu ditujukan buatmu.” Asisten Beane berusaha meyakinkan.
Beane tetap menolak, apalagi setelah mendengar rekaman suara putrinya yang menyanyikan “The Show” (cover version Lenka), yang meledeknya di lirik terakhir “You such a loser Dad, such a loser Dad..”
Heart, Mind, Body, and Soul
“1000 jurus yang dilatih berkali-kali bisa kalah oleh satu jurus tendangan yang dilatih 1000 kali“. Kutipan dari mendiang Bruce Lee tumbang oleh re-evolusi Beane di A’s Oakland.
Bila sebelum perombakan yang dilakukan Beane permainan baseball hanya mengandalkan rasa (heart) dan semangat (ruh) dan fisik (body) namun menganaktirikan sains (mind).
Oleh Beane rasa, pikiran, tubuh dan ruh menjadi satu. Apa yang ditakutkan oleh penentangnya permainan baseball akan kering dari cinta dan romantisme karena mensejajarkan sains dengan emosi dan semangat tidak terbukti.
Baine menggabungkan empat jurus menjadi satu dan itulah yang dilatihnya ribuan kali.