Wartakita.id MAKASSAR – Dalam kegiatan pelatihan Fasilitator Daerah untuk buku bacaan berjenjang yang dihadiri oleh 84 peserta dari 13 kabupaten/kota Sulsel dan Papua di Makassar, Jamaruddin Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sulsel menyatakan selama pelatihan para calon fasilitator daerah ini dilatih memfasilitasi siswa melafalkan atau mengucapkan bacaan dengan tepat dan ekspresif.
“Pelafalan membaca yang tepat dan ekspresif semenjak dini saat baru mengenal membaca sangat penting, agar anak membaca dengan intonasi yang benar dan ekspresif. Dengan cara membaca demikian, makna bacaan bisa lebih mudah masuk ke dalam memori,” ujarnya (26/2).
Calon Fasda (Fasilitator Daerah) sedang praktik menggunakan buku bacaan berjenjangSelama ini, menurutnya, para guru kelas awal kebanyakaan mengajar anak terfokus menghafal huruf dan membiarkan anak membaca bacaaan dengan datar tanpa ekspresi, “Hal ini membuat semenjak dini tidak terbangun kesadaran pada diri anak untuk langsung memahami bacaan. Yang terbangun bagaimana membaca dengan lancar dan cepat, tanpa memahami artinya,” ujarnya menambahkan.
Dalam praktik mengajar, guru meminta siswa ketika membaca kata dingin, langsung juga mengekspresikannya, meletakkan kedua tangannya di depan dada dengan ekspresif sambil mengucapkan “dingin”.
Dia juga mengatakan perlunya buku bacaan anak bergambar yang menarik. “Gambar-gambar yang besar yang terkait langsung dengan kata dan kalimat dalam bacaan memiliki banyak fungsi. Salah satunya membuat siswa semenjak kecil dilatih mengasosiasikan dan menghubungkan apa yang dibaca dengan fakta di dunia luar,” ujarnya.
Misalnya, ia contohkan, ketika membaca kata kerbau, dan terlihat ada gambar kerbau di samping kata tersebut, sang anak langsung bisa mengasosiasikan kerbau dalam kehidupan nyata di pikirannya. “Sangat berbeda ketika kata itu berdiri sendiri tanpa gambar. Kata itu tidak langsung segera membimbing anak menghubungkan dengan konteksnya,” ujarnya.
Menurutnya, menumbuhkan kemampuan mengasosiasikan kata atau tulisan dengan konteks sangat penting. “Kalau dilatih semenjak dini demikian, siswa akan terbiasa menghubungkan ilmu dengan konteksnya, menjadikan ilmunya dasar untuk memecahkan masalah dalam kehidupan,” ujarnya kembali.
Buku bacaan berjenjang sendiri memiliki level A-F. Pada level A, satu halaman buku tersebut hanya berisi satu atau dua kata dan halaman lainnya berisi gambar yang besar yang menggambarkan satu dua kata tersebut. Semisal, kata kerbau, maka disampingnya ada gambar kerbau yang besar sebagai ilustrasi kata. “Dengan ada gambar, anak juga bisa langsung dibimbing menebak kata yang harus dibaca. Belajar tidak lagi menekankan penghapalan huruf per huruf tapi langsung menyeluruh satu kata dengan maknanya sekaligus,” ujar Jamaruddin.
Level tersebut meningkat sampai level F dan setiap level berisi beberapa buku. Level A yang paling rendah terdiri dari 21 judul, level B terdiri 9 judul dan seterusnya. “Semakin tinggi levelnya, semakin kompleks kata dan kalimatnya,“ ujar Jamar. (*)