Kejadian mencekam terjadi di Polsek Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, pada Senin malam, 17 Maret 2025. Ratusan warga dari Dusun Batu Jompang, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, menyerbu dan membakar kantor polisi tersebut. Sejumlah sepeda motor di halaman polsek hangus dilalap api, sementara pintu dan jendela hancur akibat lemparan batu dan pukulan kayu. Aksi massa ini dipicu oleh kesalahpahaman tragis yang berujung pada kematian seorang warga.
Kronologi bermula dari tuduhan pencurian ponsel di sebuah gerai Alfamart di wilayah Kayangan. Seorang warga berinisial RW, yang belakangan menjadi korban, berbelanja dan menitipkan ponselnya untuk dicas di gerai tersebut. Setelah kembali untuk mengambilnya, RW ternyata salah mengambil ponsel milik pegawai Alfamart. Sadar akan kesalahannya, RW berniat mengembalikan ponsel tersebut, namun sang pegawai telah melaporkannya ke Polsek Kayangan. Proses mediasi dilakukan, dan kedua belah pihak sepakat damai. Sayangnya, cerita tak berhenti di situ.
Menurut informasi yang beredar, usai mediasi, seorang oknum polisi diduga meminta uang kepada RW dengan ancaman bahwa kasusnya akan dilanjutkan ke proses hukum—bahkan penjara hingga lima tahun—jika tidak membayar. Merasa tertekan dan diteror, RW pulang dalam kondisi depresi. Tak lama kemudian, pada Kamis, 13 Maret 2025, ia ditemukan meninggal dunia akibat gantung diri saat waktu buka puasa. Kabar ini menyebar cepat di kalangan warga, memicu kemarahan yang tak terbendung.
Pada Senin malam, amarah warga memuncak. Mereka menyerbu Polsek Kayangan, merusak fasilitas, dan membakar kendaraan yang ada di lokasi. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan kekacauan: api membubung tinggi, kaca pecah berserakan, dan massa berteriak menuntut keadilan. Mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api, sementara polisi berupaya mengendalikan situasi.
Kasi Humas Polres Lombok Utara, Made Wiryawan, membenarkan insiden ini namun membantah adanya permintaan uang damai oleh oknum polisi. “Kami masih di TKP bersama Kapolres untuk investigasi lebih lanjut,” ujarnya kepada media pada 18 Maret 2025. Pihak kepolisian kini tengah menyelidiki kronologi lengkap dan motif di balik aksi massa tersebut.
Tragedi ini menjadi sorotan publik, menambah daftar insiden bentrokan antara warga dan aparat di Indonesia pada Maret 2025. Kasus serupa, seperti penyerangan polisi di Bihar, India, akibat konflik dengan masyarakat, mencerminkan betapa sensitifnya hubungan antara penegak hukum dan publik. Masyarakat kini menanti tindakan tegas untuk memastikan keadilan bagi RW dan keluarganya, sekaligus mencegah peristiwa serupa terulang.