1 Dzulhijjah 1446 Hijriah, akan menentukan jadwal Hari Raya Idul Adha 2026. Prediksi awal berdasarkan perhitungan astronomi menunjuk pertengahan Juni, namun keputusan resmi akan diumumkan Kementerian Agama melalui Sidang Isbat. Kepastian tanggal ini sangat penting untuk perencanaan ibadah haji, puasa sunnah, dan perayaan kurban bagi masyarakat.
Perbedaan metode penetapan yang kerap terjadi di masa lalu sering menimbulkan kebingungan. Oleh karena itu, masyarakat, pemerintah, dan penyelenggara ibadah memerlukan informasi akurat. Ini demi memastikan kelancaran persiapan haji yang sinkron dengan wukuf di Arafah, serta penjadwalan puasa Tarwiyah dan Arafah, hingga perayaan Idul Adha yang memiliki makna spiritual dan implikasi sosial-ekonomi luas.
Kapan Dzulhijjah Dimulai? Intip Prediksi Hisab
Berdasarkan perhitungan astronomis atau hisab, konjungsi bulan dan matahari sebagai penanda awal bulan Dzulhijjah 1446 H diperkirakan terjadi pada Selasa, 16 Juni 2026, pukul 16:30 WIB. Setelah momen ini, penentuan awal Dzulhijjah akan sangat bergantung pada posisi hilal (bulan sabit muda) saat matahari terbenam di hari yang sama.
Jika pada sore 16 Juni 2026, hilal telah memenuhi kriteria visibilitas yang ditetapkan, maka 1 Dzulhijjah 1446 H kemungkinan besar jatuh pada Rabu, 17 Juni 2026. Dengan skenario ini, jadwal ibadah penting lainnya akan berlangsung:
- Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah): Rabu, 24 Juni 2026
- Puasa Arafah (9 Dzulhijjah): Kamis, 25 Juni 2026
- Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah): Jumat, 26 Juni 2026
Namun, jika hilal belum memenuhi kriteria pada 16 Juni 2026, bulan Dzulkaidah 1446 H akan digenapkan menjadi 30 hari. Ini berarti 1 Dzulhijjah 1446 H akan jatuh pada Kamis, 18 Juni 2026, dan Hari Raya Idul Adha akan dirayakan pada Sabtu, 27 Juni 2026. Penting untuk diingat, angka-angka ini adalah prediksi hisab, bukan penetapan resmi.
Kriteria MABIMS: Penjaga Keseragaman Penanggalan
Kriteria Imkanur Rukyat MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) memiliki peran krusial dalam menyelaraskan penanggalan Hijriah di wilayah ini. Kriteria ini mensyaratkan hilal terlihat dengan tinggi minimal 3 derajat dan jarak sudut (elongasi) minimal 6,4 derajat.
Penerapan kriteria ini bertujuan memastikan hilal benar-benar dapat diamati secara objektif, sehingga meminimalkan perbedaan penetapan awal bulan. Ini berbeda dengan metode hisab wujudul hilal yang hanya mensyaratkan hilal sudah di atas ufuk tanpa mempertimbangkan tinggi atau elongasinya, seperti yang kadang diterapkan beberapa organisasi Islam di Indonesia.
Sidang Isbat: Forum Penentu Tanggal Resmi
Di Indonesia, penetapan awal Dzulhijjah, seperti bulan Hijriah lainnya, menjadi kewenangan Kementerian Agama (Kemenag). Proses resminya dilakukan melalui Sidang Isbat. Forum musyawarah ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari pakar astronomi dan falak, perwakilan organisasi masyarakat Islam (Ormas Islam) seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, hingga perwakilan lembaga negara terkait.
Sidang Isbat mengintegrasikan data hisab (perhitungan astronomis) dengan hasil rukyatul hilal (observasi langsung hilal). Tim pemantau hilal Kemenag akan disebar di berbagai titik di seluruh Indonesia untuk melakukan observasi. Hasil pemantauan ini kemudian dipresentasikan dan dibahas dalam Sidang Isbat sebelum diputuskan secara resmi oleh Menteri Agama.
Hisab dan Rukyat: Tradisi Beda, Tujuan Sama
Dinamika antara hisab dan rukyat sering menjadi perbincangan menarik. Muhammadiyah, misalnya, cenderung menggunakan metode hisab wujudul hilal karena dianggap lebih presisi secara ilmiah dan dapat diprediksi jauh hari. Sementara itu, NU dan Kemenag umumnya mengacu pada perpaduan hisab dan rukyat dengan kriteria Imkanur Rukyat MABIMS, yang berpendapat rukyat adalah penyempurna hisab dan bagian dari sunnah Nabi Muhammad SAW. Meski memiliki pendekatan berbeda, koordinasi dan kriteria bersama telah berhasil meminimalkan perbedaan penetapan Idul Adha dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih dari Sekadar Tanggal: Dampak Luas Idul Adha
Penetapan 1 Dzulhijjah memiliki dampak sangat krusial dan berlipat ganda bagi jutaan umat Islam di Indonesia:
Ibadah Haji yang Selaras
Bagi jemaah haji Indonesia di Tanah Suci, penetapan ini kunci waktu wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah. Keselarasan penanggalan antara Indonesia dan Arab Saudi sangat vital untuk kelancaran pelaksanaan rukun Islam kelima ini.
Puasa Sunnah dan Keutamaannya
Penetapan awal Dzulhijjah secara langsung menentukan jadwal puasa sunnah Tarwiyah dan Arafah. Amalan ini sangat dianjurkan menjelang Idul Adha dan memiliki keutamaan besar. Jutaan umat Islam di seluruh Nusantara akan mempersiapkan diri untuk melaksanakannya.
Perayaan Kurban dan Libur Nasional
Selain hari raya besar, Idul Adha adalah momen ibadah kurban. Penetapan tanggalnya memengaruhi perencanaan pembelian, penyembelihan, dan pendistribusian hewan kurban. Ini juga menentukan jadwal libur nasional dan cuti bersama, berdampak pada sektor pendidikan, perkantoran, dan industri.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Secara ekonomi, Idul Adha memicu aktivitas pasar hewan kurban yang signifikan, melibatkan peternak, pedagang, dan sektor logistik. Harga hewan kurban, pasokan, hingga pendistribusian daging qurban bergantung pada kepastian tanggal. Sektor pariwisata domestik juga terpengaruh oleh jadwal libur panjang. Secara sosial, Idul Adha adalah momen berkumpul keluarga, silaturahmi, dan solidaritas melalui pembagian daging kurban kepada yang membutuhkan.
Meskipun prediksi awal berdasarkan hisab menunjukkan 1 Dzulhijjah 1446 H jatuh pada pertengahan Juni 2026, yang berimplikasi pada Idul Adha akhir Juni 2026, keputusan resmi tetap menjadi pegangan utama umat Islam di Indonesia. Masyarakat diimbau untuk selalu merujuk pada pengumuman resmi pemerintah yang dikeluarkan setelah Sidang Isbat oleh Kementerian Agama, demi memastikan keseragaman dan kelancaran ibadah penting ini.























