Erupsi Gunung Lewotobi, Warga Diminta Waspada dan Hindari Zona Merah
Maumere – Gunung Lewotobi di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, kembali erupsi pada Senin (4/11) dini hari pukul 02.58 WITA. Letupan pertama terdengar sejak
Minggu malam pukul 23.57 WITA, menandai erupsi kedelapan dari gunung kembar ini, yang terdiri dari Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Lewotobi Perempuan. Erupsi kali ini menimbulkan dampak besar dengan sembilan korban jiwa, termasuk seorang suster biara yang menjadi korban hujan batu vulkanik dan abu panas.
Sejak zaman kolonial, Gunung Lewotobi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar, baik sebagai ancaman maupun berkah bagi ekosistem. Dalam catatan sejarahnya, gunung ini mulai aktif sejak 1921, dengan letusan yang menciptakan hujan abu dan batu. Pada tahun 1932, Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami letupan gas yang cukup besar, diikuti erupsi abu pada tahun berikutnya.
Sejarah aktivitas vulkanik gunung kembar ini terus berlanjut hingga masa kini, dengan letusan-letusan besar lainnya, termasuk pada tahun 1991, 1999, dan terakhir pada 2023 sebelum erupsi terbaru ini.
Letusan besar pada 1999 bahkan memuntahkan lava pijar yang membakar hutan dalam radius 2,5 km, membuktikan betapa besar dampak vulkanik yang dihasilkan. Lontaran material, aliran lava, dan abu yang dihasilkan sering kali merusak lahan pertanian serta mengancam kehidupan warga.
Keadaan ini terekam dalam sebuah video yang dibagikan di akun X/Twitter @karakasyakup, memperlihatkan jalanan dan rumah-rumah yang tertimbun abu vulkanik akibat erupsi terbaru ini.
Dalam situasi terkini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menetapkan status AWAS atau Level 4, tanda bahwa bahaya di sekitar kaki Gunung Lewotobi Laki-Laki dan Perempuan harus diantisipasi dengan sangat serius. Pemerintah juga menetapkan zona merah yang melarang warga mendekati area gunung guna menghindari risiko lanjutan.
Mengingat sejarah panjang aktivitas vulkanik Lewotobi, upaya mitigasi dan persiapan menghadapi bencana ini menjadi hal yang sangat penting. Gunung kembar ini tidak hanya membawa ancaman, tetapi juga menyisakan kekaguman pada daya hidup alam di Flores Timur.