Wartakita.id – Indonesia tengah dihantui ancaman ganda: cuaca ekstrem dan peningkatan aktivitas vulkanik. Tiga gunung api kini berstatus Siaga, mengintai jutaan jiwa di sekitarnya, menuntut kewaspadaan ekstra di tengah potensi bencana yang kian kompleks menjelang libur akhir tahun.
Musim liburan akhir tahun seringkali diidentikkan dengan kehangatan keluarga dan suka cita. Namun, bagi jutaan warga yang tinggal di sekitar kawasan rawan bencana, periode ini juga membawa potensi risiko yang signifikan. Pemerintah melalui Posko Nasional Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 telah mengaktifkan langkah antisipasi, dengan salah satu fokus utamanya adalah peningkatan kewaspadaan terhadap aktivitas gunung api yang terus menunjukkan grafik peningkatan.
Tiga Gunung Api Berstatus Siaga: Potensi Ancaman Nyata
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis data terkini yang patut menjadi perhatian serius. Saat ini, terdapat tiga gunung api yang berstatus Level III atau Siaga. Ketiga gunung api tersebut adalah:
- Gunung Merapi (Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah)
- Gunung Semeru (Jawa Timur)
- Gunung Lewotobi Laki-laki (Nusa Tenggara Timur)
Lebih mengkhawatirkan lagi, sebanyak 24 gunung api lainnya terpantau berada pada status Level II atau Waspada. Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Priyatin Hadi Wijaya, mengungkapkan bahwa total penduduk yang bermukim di sekitar gunung api berstatus Siaga dan Waspada bisa mencapai sekitar 15 juta jiwa. Angka ini menegaskan besarnya potensi dampak jika mitigasi dan kesiapsiagaan tidak dijalankan secara optimal.
Kombinasi Maut: Hujan dan Aktivitas Vulkanik
Tantangan pengamanan akhir tahun kali ini dipandang lebih kompleks oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Ahmad Erani. Hal ini dikarenakan puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung dari pertengahan Desember 2025 hingga akhir Januari 2026, bertepatan dengan peningkatan aktivitas vulkanik.
Kombinasi dua faktor ini berpotensi memicu bencana ikutan yang dampaknya bisa jauh lebih luas. Selain erupsi gunung api, Badan Geologi juga mengingatkan akan potensi bahaya lanjutan seperti awan panas guguran, hujan abu, dan aliran lahar. Terutama di wilayah hulu sungai dan lereng gunung, risiko longsor dan banjir bandang menjadi kian nyata.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan rekomendasi spesifik untuk Gunung Semeru, yang terus menunjukkan aktivitas erupsi. Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak. Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta menjaga jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan, dan dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah/puncak karena potensi lontaran batu pijar.
Pentingnya Kesiapsiagaan Lintas Sektor
Indonesia, yang berada di jalur Cincin Api Pasifik, secara inheren memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana geologi. Dari sekitar 500 gunung api, 127 di antaranya berstatus aktif dengan karakter ancaman yang beragam. Oleh karena itu, kesiapsiagaan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Posko Nasional ESDM yang beroperasi selama 22 hari, mulai 15 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026, tidak hanya berfungsi menjaga pasokan energi, tetapi juga menjadi pusat koordinasi mitigasi bencana. Seluruh pemangku kepentingan diminta untuk memastikan kesiapsiagaan tetap terjaga, terutama di jalur transportasi yang ramai dilalui masyarakat selama libur Natal dan Tahun Baru.
Koordinasi lintas sektor dan antisipasi yang matang sangat krusial. Pemerintah daerah diharapkan bergerak cepat dalam menyiapkan langkah-langkah mitigasi, sementara masyarakat diimbau untuk selalu mematuhi arahan dari otoritas terkait guna meminimalkan risiko bencana. Keselamatan adalah prioritas utama di tengah ancaman alam yang nyata.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
Mengapa aktivitas gunung api meningkat menjelang akhir tahun?
Peningkatan aktivitas gunung api bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor geologis, namun seringkali aktivitas ini dipantau secara intensif dan dilaporkan lebih luas menjelang periode mobilitas tinggi seperti libur akhir tahun untuk memastikan kesiapsiagaan publik.
Apa perbedaan status Waspada (Level II) dan Siaga (Level III) untuk gunung api?
Status Waspada (Level II) menandakan adanya peningkatan aktivitas gunung api di atas normal, namun belum membahayakan masyarakat luas. Sementara itu, status Siaga (Level III) menunjukkan potensi letusan yang lebih besar, sehingga masyarakat diwajibkan mengikuti rekomendasi jarak aman yang dikeluarkan oleh PVMBG.
Bagaimana cara masyarakat bisa mendapatkan informasi terkini mengenai status gunung api?
Masyarakat dapat memantau informasi resmi melalui situs web Badan Geologi Kementerian ESDM, akun media sosial resmi PVMBG, serta melalui posko-posko bencana daerah dan pemberitaan media terpercaya.
Selain erupsi, bahaya apa saja yang perlu diwaspadai dari gunung api berstatus Siaga?
Bahaya lain yang perlu diwaspadai meliputi awan panas guguran, hujan abu vulkanik, aliran lahar, gas vulkanik berbahaya, dan potensi longsoran di lereng gunung, terutama saat terjadi hujan lebat.
Apa yang harus dilakukan jika saya tinggal di dekat gunung api berstatus Siaga?
Jika Anda tinggal di dekat gunung api berstatus Siaga, patuhi instruksi evakuasi jika dikeluarkan oleh pihak berwenang, siapkan tas siaga bencana, dan selalu perbarui informasi dari sumber yang terpercaya. Ketahui jalur evakuasi dan tempat pengungsian terdekat.
Pewarta Warga akan terus hadir memberikan informasi yang transparan dan terverifikasi untuk menjaga kewaspadaan kita bersama.























