Selamat Pagi. Sudah bersiap-siap ke pasar? Bila ingin belanja daging, ada baiknya membaca tips berikut, bagaimana memilih daging berkualitas, sehat dan aman dikonsumsi.
Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Di antaranya cara pemeliharaan, yang meliputi : pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan. Kualitas daging juga dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi sesudah hewan dipotong.
Daging yang Baik
Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal.
Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada wkatu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa.
Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetic dan usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging sapi muda lebih pucat daripada daging sapi dewasa.
Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap.
Kelembaban permukaan daging yang baik relatif kering sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Bila disentuh terasa basah dan tidak berlendir.
Kriteria Daging yang Tidak Baik
Bau dan rasa tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hewan sakit terutama yang menderita radang bersifat akut pada organ dalam yang akan menghasilkan daging berbau seperti mentega tengik.
Hewan dalam pengobatan terutama dengan pengobatan antibiotic akan menghasilkan daging yang berbau obat dan berwarna pucat.
Kekenyalan daging rendah jika ditekan dengan jari akan terasa lunak, apaila disertai dengan perubahan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi. Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pembusukan dapat terjadi karena penanganan yang kurang baik pada waktu pendinginan, sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena terlalu lama dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relative lama pada suhu kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh enzim – enzim dalam daging yang menghasilkan amoniak dan asam sulfide.
Daging Ayam Berformalin. Berwarna putih mengkilat. Konsistensi sangat kenyal. Permukaan kulit tegang. Bau khas formalin. Biasanya tidak dihinggapi lalat.
Daging Ayam Tiren. Warna kulit kasark terdapat bercak – bercak darah pada bagian kepala, ekor, punggung, sayap, dan dada. Bau agak anyir. Konsistensi otot dada dan paha lembek. Serabut otot berwarna kemerahan. Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah. Warna hati merah kehitaman. Bagian dalam karkas berwarna kemerahan. Ayam setelah di cabuti bulunya jika dimasukkan plastik akan keluar cairan memerah dalam plastik. Warna daging kebiruan dalam proses pembusukan. Daging ayam setelah digoreng bila diumpankan ke kucing tidak mau dimakan.
Daging Sapi Gelonggong Warna daging merah pucat. Konsistensi daging lembek. Permukaan daging basah. Biasanya penjual tidak menggantung daging tersebut karena jika digantung akan banyak mengeluarkan air sehingga berat daging berkurang.
Daging Mati Sebelum Disembelih. Bau khas bangkai. Irisan leher / bekas pemotongan rapi. Adanya darah yang membeku pada arteri / pembuluh darah dan vena jugularis. Warna daging kehitaman ( 3 – 5 jam setelah kematian ). Usus berwarna kebiruan. Paru, jantung dan organ lain masih ada darah. Konsistensi daging lama sekali bahkan sampai berlubang. Darah terkumpul sesuai saat terjatuh.
Daging Segar yang Diawetkan Dengan Es Batu. Warna daging agak pucat. Organ dalam agak mengeras. Bau khas daging berkurang. Permukaan daging agak basah.