Selasa, 13 Mei 2025
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK
No Result
View All Result
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK
No Result
View All Result
WartakitaID
No Result
View All Result
Home Warta Nasional

Sumpah Pemuda: Kesepakatan Identitas atau Entitas?

by Ahsan Burhany
29/10/2017
in Warta Nasional
Reading Time: 4 mins read
A A
Sumpah Pemuda: Kesepakatan Identitas atau Entitas?

Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa.

Mungkin tidak terbayangkan oleh organisasi pemuda yang berikrar ingin bersatu dengan menggunakan “Nusa, Bangsa dan Bahasa” sebagai alat pemersatu, ternyata pada tahun 2017 beberapa bahasa daerah asli etnis di Indonesia mulai terancam punah, digantikan oleh bahasa Indonesia. Data tahun 2008 hasil penelitian mahasiswa Arsitektur Universitas Tadulako, Suku Kaili di Sulawesi Tengah memiliki 83 dialek bahasa Kaili, namun dialek dan kosa kata bahasa Kaili yang dominan tersisa dua, dialek orang pedalaman dan Kaili pesisir yang juga telah mengalami asimilasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah etnis pendatang di Sulawesi Tengah.

Kalaupun terpikirkan, kesepakatan yang merupakan keputusan Kongres Pemuda Indonesia tahun 1928 tetap harus diambil atau semangat ingin merdeka dari kolonialisme menguap begitu saja usai kongres. Tanpa identitas nusa, bangsa, dan bahasa, dengan apa menyebarkan semangat ingin merdeka oleh seluruh pemuda ke kampungnya masing-masing sepulangnya dari kongres.

#MayDay Bagaimana Digitalisasi Mengubah Nasib Buruh Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman

Indonesia Maju: Hukum sebagai Panglima, Pendidikan sebagai Fondasi

Lampu Teplok, Anak Durhaka dan #IndonesiaGelap

Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa!

Tidak tercatat kapan tepatnya apakah sebelum atau sesudah proklamasi kemerdekaan, ikrar kesepakatan kongres pemuda Indonesia tahun 1928 di Batavia (Jakarta) benar-benar dijadikan propaganda dan slogan dengan menyebutnya sebagai ‘sumpah’, dan berhasil. Rasanya belum ada negara lain di dunia dengan sedemikian banyak etnis dan ras yang bisa dipersatukan oleh semangat ingin merdeka dan semangat ingin lepas dari penindasan, penderitaan, dan pembodohan kecuali Indonesia.

Etnis dan ras di Amerika Serikat mungkin bisa menyamai jumlah etnis di Indonesia, tetapi berbagai etnis tersebut berdatangan setelah Republik Amerika Serikat berdiri, bukan sebelum memproklamirkan berdirinya sebuah negara seperti di Indonesia.

Satu hal yang terlupakan dalam ikrar kesepakatan Kongres Pemuda 1928 belum mengikrarkan satu negara atau ‘nation’, mungkin karena memikirkan bagaimana bentuk organisasi berupa sebuah negara, mengingat pedihnya penderitaan rakyat di masa penjajahan. Sepakat tinggal, hidup dan mati di tanah dan air yang sama, sepakat bersatu dalam sebuah wangsa atau bangsa Indonesia meski berasal dari berbagai etnis dan ras, dan sepakat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, cukup untuk kondisi pra-kemerdekaan.

Sampai sekarang, masih terasa rancu mana Indonesia yang sebagai negara dan sebagai bangsa. Mana yang identitas dan mana yang entitas?

Perjuangkan Identitas atau Entitas
Sebagai generasi Y yang mengalami usia puber di tahun 90-an, mentahnya keinginan menonjolkan etnis atau bangsa bukan karena pergaulan lintas batas di internet yang baru marak menjelang tahun 2000, tapi karena berpikir jernih akibat dilahirkan jauh dari kampung halaman kedua orang tua, besar di lingkungan dengan berbagai etnis dan budaya, hingga bisa merasa aneh bila menjadikan ras atau etnis sebagai kebanggaan dan basis perjuangan. Padahal ras bukan berasal dari pilihan sadar ingin terlahir dari ras tertentu. Atau mengemukakan agama sebagai identitas padahal beriman atau tidak adalah soal hidayah.

Demokrasi adalah bentuk kompetisi yang mestinya sehat, dan pada setiap kompetisi dibutuhkan dominasi untuk menang. Bila sehat, demokrasi adalah kompetisi ide dan rencana konkret yang ingin mengajak ke arah yang lebih baik, bila masih kekanakan demokrasi akan menjadi perlombaan siapa yang paling dominan identitasnya, baik berupa suku, ras, dan agama, bentuk seolah manusiawi dari evolusi kompetisi di rimba.

Indonesia berbeda dengan Malaysia yang didominasi etnis Melayu, terasa wajar bila pemerintahnya memiliki program khusus untuk mensubsidi ‘bumi putra’ agar bisa sejajar dengan etnis lain. Tidak terasa salah bila di sana negara sekaligus berfungsi sebagai bangsa. Identitas mereka juga sebuah entitas.

Kalau hal serupa diterapkan di Indonesia, Haji Agus Salim bila masih hidup akan mengamuk. Beliau tidak suka dengan persatuan dan kemajuan yang besar dalam proteksi dan subsidi, hanya akan melahirkan generasi yang lembek dan cengeng.

Dengan ratusan, mungkin ribuan etnis, Indonesia harus bisa memisahkan mana identitas dan entitas. Kita berbeda suku, etnis, dan agama itu identitas, tapi kita sudah sepakat Indonesia adalah entitas dimana semua identitas melebur ketika berhadapan dengan kepentingan nasional. Dan ketika kepentingan nasional bertemu dengan kepentingan seluruh umat manusia, nasionalisme juga harus lebur menjadi entitas manusia bumi.

Terima Kasih Internet dan Generasi Milenial
Temuilah generasi muda zaman now, yang sedang berkutat dengan susahnya memenuhi kebutuhan perut dan rasa frustasi hingga untuk melupakannya sejenak membutuhkan bau tajam lem, atau asupan butiran pil koplo PCC, dan yang sedang menikmati nikmatnya pergaulan tanpa batas suku dan ras di internet. Coba sodorkan pada mereka propaganda identitas sebagai basis perjuangan meraih ide dan cita-cita, syukur bila tidak ditertawai, biasanya mereka hanya melengos kemudian mengabaikan.

Zaman telah berubah, kini milik generasi milenial. Di tangan mereka kelak bangsa ini bisa membedakan dan memfungsikan dengan baik mana yang identitas dan mana yang entitas.

Beragama bukan soal apa agamamu, itu masih identitas, teruskan menjadi entitas, setelah beragama engkau menjadi semakin baik atau buruk, membaikkan atau merusak?

Sukumu apa? Bukan soal, selama tidak membebani negara, bangsa, dan bumi, bila belum bisa berkontribusi pada kebaikan.

Bahasamu apa? Terserah, selama yang ingin kau sampaikan kebaikan, bisa dipahami dan dilaksanakan.

Bila generasi selanjutnya bisa membedakan mana identitas dan entitas sebagai bangsa dan negara, maka Undang-undang Ormas 2017 tidak dibutuhkan lagi.

Tags: milenialRedaksianasumpah pemuda
Share5Tweet3Send
Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger

ARTIKEL TERKAIT

16 agustus 1945 pasca peristiwa rengasdengklok dan persiapan proklamasi

16 Agustus 1945 Pasca Peristiwa Rengasdengklok dan Persiapan Proklamasi

16/08/2016
PT. IKI Bangun Floating Dock 8500 DWT

PT. IKI Bangun Floating Dock 8500 DWT

04/03/2016
Tips Menghemat BBM Saat Mudik

Catat, 6 BUMN dan Kementerian yang Siapkan Mudik Gratis 2024

04/03/2024
Launching Starlink, Menteri Kelautan RI Berharap Elon Musk Beri Akses Internet Murah ke Nelayan

Launching Starlink, Menteri Kelautan RI Berharap Elon Musk Beri Akses Internet Murah ke Nelayan

20/05/2024
Next Post
Tiga Poin Wajib Diraih PSM Makassar Dikandang Barito

Tiga Poin Wajib Diraih PSM Makassar Dikandang Barito

Sumpah Pemuda, Ketua TP PKK Kota Makassar Berbagi Dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Sumpah Pemuda, Ketua TP PKK Kota Makassar Berbagi Dengan Anak Berkebutuhan Khusus

Rizki Pora, Momok Pertahanan PSM Makassar

Rizki Pora, Momok Pertahanan PSM Makassar

Eksekusi Lahan Berujung Bentrok di Gunung Merapi Makassar

Eksekusi Lahan Berujung Bentrok di Gunung Merapi Makassar

TERPOPULER-SEPEKAN

  • 10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    1931 shares
    Share 772 Tweet 483
  • 10 Parfum Pria Terbaik 2024: Aroma Elegan untuk Pria Percaya Diri

    1030 shares
    Share 412 Tweet 258
  • Spesifikasi Rekomendasi PC untuk Main Minecraft Java Edition

    1239 shares
    Share 496 Tweet 310
  • Trend Model Rambut Pria 2023

    1963 shares
    Share 785 Tweet 491
  • Smoothing dan Coloring Bersamaan Bisa Merusak Rambut?

    3110 shares
    Share 1244 Tweet 778
  • Tips Praktis Mengatasi Android TV Lemot: Bikin Nonton Makin Lancar

    664 shares
    Share 266 Tweet 166
  • Tren Model Rambut Pria Terbaru 2024

    921 shares
    Share 368 Tweet 230
  • Mengenali Jenis Rambut Dan Cara Merawatnya

    457 shares
    Share 183 Tweet 114
  • Tips Perawatan Rambut Pria: Tetap Rapi dan Stylish di Setiap Kesempatan

    239 shares
    Share 96 Tweet 60
  • Gaya Rambut Lurus Wanita Agar Tampil Percaya Diri

    174 shares
    Share 70 Tweet 44

WARTA-TERKINI

Bill Gates Kunjungi Indonesia: Dorong Transformasi Kesehatan dan Digitalisasi Nasional
Viral

Bill Gates Kunjungi Indonesia: Dorong Transformasi Kesehatan dan Digitalisasi Nasional

08/05/2025

Bill Gates bertemu Presiden Prabowo di Jakarta, membahas kolaborasi dalam pengembangan vaksin TB, nutrisi ibu hamil, dan transformasi digital Indonesia.

Read moreDetails

#MayDay Bagaimana Digitalisasi Mengubah Nasib Buruh Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman

Eropa Gelap Gulita: Misteri Blackout Terbesar di Era Modern

Liverpool Juara Premier League 2025: Era Baru Dimulai di Anfield

Indonesia Maju: Hukum sebagai Panglima, Pendidikan sebagai Fondasi

Paus Fransiskus, “World’s Parish Priest”, Wafat

Menelisik Kesalehan Tanpa Pondasi, Ketika Iman Jadi Ilusi Moral

Anniversary ke-12, Gereja YHS TJB Rayakan Paskah Penuh Suka Cita

Asyik, Long Weekend Paskah 18-20 April 2025! Ini Jadwal Libur Nasionalnya

Forum Walikota Senior Resmi Dibentuk, Buah Dari Temu Alumni Dewan APEKSI di Bandung

Fore Coffee Catatkan Sejarah: IPO Perdana di BEI, Oversubscribe 200 Kali

LINGKUNGAN-HIDUP

Ketika Istanbul Berguncang 6,2 SR saat perayaan Hari Anak
Alam dan Lingkungan Hidup

Ketika Istanbul Berguncang 6,2 SR saat perayaan Hari Anak

24/04/2025

Gempa magnitudo 6,2 mengguncang Istanbul saat Hari Anak Nasional. Lebih dari 150 orang terluka, namun tidak ada WNI yang menjadi...

Read moreDetails

Gempa M 5,6 Guncang Sukabumi, Getaran Terasa Hingga Jakarta Utara, Bandung dan Purwokerto

Siklon Tropis Errol Menggila di Selatan NTT, Tapi Bukan yang Terkuat di 2025!

Gempa M 5,3 Guncang Bayah Banten, Getaran Terasa Hingga Jakarta

Pulau Doi Diguncang Gempa M6,0 pada Dini Hari BMKG: Tidak Ada Ancaman Tsunami, Warga Diminta Tetap Waspada

Gempa Dahsyat Guncang Asia Tenggara: Ribuan Korban dan Infrastruktur Hancur

Gempa bermagnitudo 7,1 mengguncang Tonga dan magnitudo 3,6 di Karo, Sumatera Utara

  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

©2021 wartakita media

  • Login
No Result
View All Result
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK

©2021 wartakita media

wartakita.id menggunakan cookies tanpa mengorbankan privasi pengunjung.