Penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir di Inggris pada akhir September 2024 menjadi penanda bersejarah dalam perjuangan global menuju emisi nol bersih. Langkah ini bukan sekadar menutup lembaran lama tetapi juga membuka jalan bagi inovasi energi terbarukan: menjadikan lokasi bekas pembangkit batu bara sebagai baterai raksasa yang menyimpan energi hijau. Langkah ini, sejalan dengan tujuan Inggris untuk dekarbonisasi, adalah jawaban atas tantangan infrastruktur fosil yang terbengkalai.
Dari Pabrik Batu Bara ke Baterai Raksasa: Transformasi Ratcliffe-on-Soar
Ratcliffe-on-Soar, pembangkit listrik batu bara terakhir di Nottinghamshire, Inggris, kini menjadi simbol transformasi besar. Sebuah instalasi yang sejak 1967 mendominasi lanskap pedesaan dengan menara pendingin dan cerobong raksasa, kini resmi berhenti beroperasi. Dalam waktu dua tahun, lokasi ini akan mengalami proses pembongkaran bertahap, namun pertanyaan utama muncul: bagaimana infrastruktur ini dapat dimanfaatkan di era energi bersih?
Pembangkit listrik yang dulunya menjadi tulang punggung industri Inggris ini digadang-gadang bisa berubah menjadi baterai penyimpan energi terbarukan atau bahkan lokasi eksperimen teknologi seperti reaktor fusi. Dengan mengubah fasilitas yang sebelumnya mengandalkan batu bara menjadi baterai penyimpan energi, Inggris membuka jalan untuk menjaga pasokan energi yang stabil dari sumber terbarukan yang kini mendominasi jaringan listriknya.
Tantangan Penyimpanan Energi Terbarukan
Energi terbarukan seperti angin dan matahari menawarkan keuntungan besar: bersih, murah, dan bebas emisi karbon. Meski begitu, sifat energi terbarukan yang bergantung pada cuaca membuatnya tidak selalu stabil. Contohnya, tenaga surya hanya tersedia saat siang hari, sementara tenaga angin dapat berubah-ubah.
Inilah tantangan bagi negara-negara yang mulai menggantungkan sebagian besar listriknya pada sumber energi terbarukan. Tidak seperti pembangkit fosil yang dapat diatur sesuai permintaan, pembangkit energi terbarukan membutuhkan sistem penyimpanan yang efisien. Penyimpanan energi berbasis baterai, atau Battery Energy Storage System (BESS), adalah solusi yang kini mulai dikembangkan sebagai alternatif untuk menyimpan kelebihan listrik yang dihasilkan dari sumber energi hijau.
Sistem Penyimpanan Energi Baterai (BESS): Solusi Masa Depan
Mengubah lokasi pembangkit listrik tua seperti Ferrybridge di West Yorkshire menjadi situs BESS adalah langkah visioner. Setelah tidak berfungsi selama hampir satu abad, situs ini kini akan memiliki kapasitas baterai sebesar 150 megawatt (MW), cukup untuk memberi daya pada 250.000 rumah. Instalasi baterai yang mulai dibangun pada 2023 ini diproyeksikan selesai dan siap beroperasi pada awal 2024.
BESS dapat menjadi pilihan ideal karena lokasinya sudah terkoneksi dengan jaringan listrik utama. Dengan begitu, BESS diharapkan mampu mengatasi masalah keterbatasan pasokan energi hijau pada saat tertentu, seperti malam hari atau saat kecepatan angin rendah. Heather Donald dari SSE Renewables menekankan, “Menggunakan lokasi bekas pembangkit listrik batu bara untuk baterai adalah cara efektif memanfaatkan infrastruktur yang ada.”
Lebih Banyak Proyek Baterai Raksasa
Inggris menargetkan emisi nol bersih pada tahun 2050, namun untuk mencapainya diperlukan lebih banyak proyek BESS seperti Ferrybridge. Pada tahun 2023, Inggris memiliki kapasitas penyimpanan baterai sebesar 4,7 gigawatt (GW), tetapi angka ini diproyeksikan harus mencapai antara 29 hingga 36 GW pada 2050. Jika tidak, Inggris mungkin harus mengandalkan hidrogen hijau sebagai sumber energi cadangan.
Pengembangan sistem BESS di lahan bekas pembangkit batu bara lainnya, seperti di Fiddler’s Ferry, Cheshire, menjadi proyek serupa yang diharapkan mampu menambah kapasitas penyimpanan energi terbarukan. Transformasi ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana lokasi yang pernah mencemari lingkungan dapat diubah menjadi solusi hijau yang mendukung stabilitas energi.
Inisiatif Internasional: Menuju Masa Depan Hijau
Tidak hanya Inggris, banyak negara lain yang mulai beralih ke solusi penyimpanan energi berbasis baterai. Di Jerman, kompleks tambang batu bara di wilayah Lusatia diubah menjadi pusat energi hijau dengan baterai dan hidrogen sebagai sumber energi utamanya. Begitu pula di Australia, Pembangkit Listrik Liddell di New South Wales yang dulunya berbahan bakar batu bara kini beralih menjadi baterai berkapasitas 500 MW yang siap beroperasi pada 2025.
Langkah serupa terjadi di Nevada, Amerika Serikat, di mana pembangkit listrik batu bara Reid Gardner kini berubah fungsi menjadi fasilitas BESS berkapasitas 220 MW. Semakin banyak lokasi yang diubah menjadi penyimpanan energi hijau, semakin besar pula kontribusinya terhadap penurunan emisi global dan stabilitas pasokan energi.
Kesimpulan Repiw: Jalan Panjang Menuju Energi Bebas Emisi
Langkah Inggris dan negara-negara lain dalam mengonversi bekas pembangkit listrik batu bara menjadi baterai raksasa menunjukkan bahwa transformasi energi terbarukan adalah mungkin dan sangat diperlukan. Memanfaatkan infrastruktur lama untuk penyimpanan energi hijau bukan hanya solusi cerdas tetapi juga cara yang efisien untuk mendorong stabilitas energi tanpa merusak lingkungan.
Dengan berjalannya proyek-proyek seperti BESS, kita semakin dekat menuju masa depan yang sepenuhnya bebas emisi. Teknologi ini terus berkembang, memberi harapan bahwa suatu hari nanti listrik dari energi terbarukan bisa disalurkan kapan pun dibutuhkan. Inggris dan dunia kini sedang membuka lembaran baru dalam sejarah energi, mengubah simbol polusi menjadi ikon energi ramah lingkungan yang penuh harapan.
—
Artikel tech repiw.com untuk pembaca wartakita.id