Sabtu, 20 Desember 2025
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • PEMBELAJARAN
    • HUKUM
    • NUSANTARA
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SEPAK BOLA
    • #CEKFAKTA
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
    • TRAKTIR KOPI
No Result
View All Result
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • PEMBELAJARAN
    • HUKUM
    • NUSANTARA
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SEPAK BOLA
    • #CEKFAKTA
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
    • TRAKTIR KOPI
No Result
View All Result
WartakitaID
No Result
View All Result
Home Arsip 2015-2018

SARA dan Kedewasaan Berdemokrasi

by Redaktur
18/11/2016
in Arsip 2015-2018, Opini
Reading Time: 6 mins read
A A
rekaman raqib dan atid

rekaman raqib dan atid

Amerika, negeri yang sudah meluncurkan wahana ruang angkasa tanpa awak hingga mengorbit planet Pluto, dan wahana Voyager yang kini sedang berada di sisi terluar galaksi Bima Sakti, juga masih menggunakan dan menunggangi isu sesempit SARA untuk mendulang suara dan memenangkan pemilu.

Bedanya, di Amerika gontok-gontokan soal SARA jalan terus, tapi penelitian ilmiah, pembangunan, ekonomi, program pemerintah, tidak terganggu sampai terhenti. Kadang-kadang bingung sendiri, lalu apa fungsinya kepemimpinan politik di sana, romantisme?

Fokus ke negeri sendiri dulu.

Negara-negara di jazirah Arab mungkin tidak semuanya menggunakan sistem demokrasi, tapi sama juga menggunakan isu SARA dalam politik. Isu perbedaan suku, mahzab, moderat dan kolot, beda syiah dan sunni, dan kotak-kotak lain, bisa membuat Iraq, Yaman, Suriah, Libya dan Mesir yang kini mulai pulih, terpecah-belah dan berperang sesama mereka. Pasca wafatnya Rasulullah SAW, banyak dicatat sejarah bagaimana suku-suku di jazirah Arab saling menikam dari belakang dengan menggunakan isu suku, agama, mahzab, bahkan ada yang berani mengklaim dirinya sebagai nabi demi ambisi politik dan kekuasaan.

Di negeri lain kurang lebih sama, masih menunggangi isu SARA, tersamar atau terang-terangan. Tingkat kedewasaan manusia di bumi nyaris setara dalam memandang perbedaan dalam SARA.

Patut disyukuri perbedaan SARA di Indonesia walau selalu ada yang ingin memanfaatkannya sebagai taktik dan strategi berpolitik, masih bisa dipadamkan.

Mau diakui atau tidak, faktanya SARA gorengan empuk di setiap pesta demokrasi, baik oleh yang berkompetisi maupun oleh pihak yang ingin memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari suasana panas sebuah kompetisi. Diingkari atau tidak, konsolidasi sesama suku, agama, dan ras dengan menanamkan fanatisme sempit pasti terjadi dalam setiap pemilihan umum, baik yang terang-terangan atau terselubung.

Bila mendiang Robin Williams (1951-2014) menginginkan politikus peserta pemilihan umum di Amerika menggunakan kostum ala pembalap NASCAR agar ketahuan siapa saja pemodal korporasi dan personal yang bersama setiap kandidat, mungkin harus dilengkapi lagi dengan emblem kelompok unsur SARA yang bersamanya.

Salah? Belum tentu.

Tujuan pemilihan umum mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya, penggunaan semua potensi untuk meraih suara dan dukungan malah terasa wajar dan demokratis. Ketimbang malu-malu dan munafik, lebih baik terbuka dan dipaksa dewasa memandang perbedaan dan melihat kenyataan demokrasi adalah sistem yang mahal di masyarakat yang masih pusing memenuhi haknya untuk sejahtera ketimbang memikirkan bagaimana memanfaatkan sebaik mungkin hak politiknya berupa suara.

Bila dewasa adalah kemampuan membedakan baik dan buruk, salah dan benar, maka kotak-kotak SARA bukan sesuatu yang harus dikhawatirkan.

Politisi, kandidat dan pemilik suara mau tidak mau akan lebih dewasa bila ingin menjadikan unsur SARA sebagai tunggangan maupun acuan dalam memilih kandidat.

Pada masyarakat yang dewasa memandang SARA, hasutan kebencian, spin-off isu, fitnah, dan fakta, tidak perlu dijerat dengan undang-undang ITE, penistaan, ajakan kebencian dan lain-lain, tidak akan ditanggapi masyarakat.

Pola ‘pemasaran’ para politisi akan bergeser, dari memandang potongan kue SARA sebagai potensi pasar untuk digarap, menjadi satu kue utuh tanpa potongan, di mana hanya potensi kepemimpinan dan kemampuan sejahterakan pemilik suara yang laku di jual. Raja-raja kecil dalam kelompok SARA juga kehilangan jualan musiman.

Pertanyaannya, bagaimana agar masyarakat Indonesia bisa lebih dewasa dalam memandang SARA? Masyarakat tergantung para politisi dan pemimpinnya.

Dukungan suara yang berbasis SARA akan selalu ada, siapa yang bisa melarang rasa bangga dan rasa terwakilkan karena kesamaan salah satu dari tiga unsur SARA yang berada pada kontestan.

Politisi yang tidak dewasa dan tidak ingin mendewasakan masyarakat tentu akan memandang kue SARA sebagai makanan empuk, memandang SARA sebagai kue demografi mayoritas dan minoritas pemilik suara, bukan sebagai manusia pemilik hak suara, yang ingin dimanusiakan dan mengamanatkan tanggung jawab kepadanya.

Kedewasaan para politisi dan masyarakat bukan proses sejajar dan paralel. Ada banyak unsur yang menyebabkan saling ‘over-lap’ dalam proses menuju dewasa. Saling mendahului dalam tahapan mendewasakan diri.

BACA JUGA:

Kopral Azmiadi dan Kisah Pelayanan Tanpa Batas: Ketika Seragam Melebur dalam Pengabdian Tulus

Benteng Aman Para Pencari Selamat: Saat Kritik dan Perbedaan Pendapat Dilindas Atas Nama Stabilitas

Jolly Roger di Bawah Merah Putih: Perlawanan Simbolik atau Salah Paham Kebangsaan?

Qurban dan Keberanian Melepaskan yang Kita Cintai

#MayDay Bagaimana Digitalisasi Mengubah Nasib Buruh Indonesia: Antara Peluang dan Ancaman

Ketika seorang politisi berhasil memandang dirinya dan masyarakat bukan sebagai bagian kecil kelompok SARA, masyarakat yang belum benar-benar dewasa dengan SARA akan terkejut ketika calon pemimpin yang tidak berasal dari kelompok SARA mayoritas. Kadang sama kagetnya dengan dengan kelompok minoritas SARA yang memang memiliki kapabilitas memimpin sebuah daerah. Sama-sama belum dewasa memandang perbedaan SARA. Meskipun demokrasi berdasarkan suara paling banyak tanpa embel-embel berasal dari suara kelompok SARA mayoritas atau minoritas.

Sebelum kepanikan membesar dan makin mudah ditunggangi oleh siapapun. Semua kelompok dalam SARA mari jujur dan sportif dengan diri sendiri.

Apa poinnya menjadikan SARA patokan memilih politisi yang mencalonkan diri?

Bila kandidat berasal dari kelompok SARA minoritas, yang akan dipimpinnya kelak kelompok SARA mayoritas yang berbeda dengannya, pemilik kekuasaan sebenarnya dalam demokrasi karena pemilik suara terbanyak. Bila berasal dari kelompok SARA mayoritas, kelompok minoritas yang akan dipimpinnya juga memiliki ‘nilai tukar’ yang seimbang dengan jumlah kelompok mayoritas, hukum kesimbangan dan keadilan.

Belum ada poin logis menjadikan SARA sebagai patokan memilih. Romantisme semata? Mungkin kurang dalam dan kurang sensitif menggali SARA, bagaimana dengan perbedaan akidah?

Apakah akidah seseorang bisa menjamin akan menjadikannya pemimpin yang adil? Belum tentu.

Akidah dari agama apapun bila masih melihat perbedaan tidak berasal dan sepengetahuan Tuhan yang sama, akidahnya belum lurus. Akidah yang masih memandang dirinya paling selamat tapi belum mati dan bertemu Tuhan untuk membenarkan klaimnya, klaimnya tanpa dasar. Masih lebih berdasar akidah seseorang yang ingin meraih keselamatan di kehidupan sesudah mati dengan menjadi pembawa keselamatan bagi sesama saat hidup tanpa memandang perbedaan kemasan akidah.

Kegaduhan pilkada di DKI Jakarta yang masih bereskalasi dan masih ada yang berusaha menggorengnya hingga hangus meski telah ditetapkan tersangka, berasal dari salah satu poin penting akidah umat Islam, salah satu rukun iman, percaya pada kitab-kitab suci (taurat, injil dan qur’an).

Berlarut-larut dan melebar kemana-mana jelas tidak sehat untuk sebuah negeri yang sistem dan orang dalam organisasi tata negaranya belum sestabil Amerika, kembali masyarakat yang menjadi korban.

Kecuali bila ingin mengagendakan kebencian dan lain-lain, untuk melawan dugaan agenda terselubung yang mulai dihembus-hembuskan. Menjadikan kasus ini sebagai batu loncatan untuk melawan banyak hal sekaligus, rasanya tidak dewasa. Hanya membuktikan jumlah mayoritas tapi masih miskin kualitas bersaing dalam sebuah kesepakatan sistem.

Redaktur pribadi, sebagai warga negara, awam, dan muslim, yang masih bisa berbaik sangka bahwa politik masih bisa dijadikan saluran membaikkan diri sendiri dan sesama, memandang surah Al Maidah 51 sebagai koreksi bagi politisi dan masyarakat, baik yang mengimani atau tidak.

Surah berikut ayat yang turun saat Baginda Nabi SAW. mengalami beberapa kali pengkhianatan dari kaum Nasrani dan Yahudi, adalah kesempatan mengoreksi sejarah bagi umat Nasrani dan Yahudi, bahwa apa yang dilakukan oleh pendahulunya terhadap Rasulullah SAW dan umat Islam, tidak akan terulang pada generasi kini, dan sudah ada yang membuktikan sebelumnya bisa setia. Kalau pun terulang, NKRI memiliki mekanisme hukum yang berusaha membingkai perbedaan SARA menjadi keutuhan NKRI seadil mungkin.

Juga kesempatan mengoreksi diri bagi umat Islam, bila sampai tak memiliki pemimpin atau kawan setia yang berasal dari sesama muslim, ada yang salah. Atau bila masih memiliki pemimpin yang beragama Islam tapi tidak mampu berlaku adil baik pada yang seiman mapun yang berbeda keyakinan, juga masih ada yang salah, karena pemimpin adalah gambaran masyarakat yang dimpimpinnya. Tenang dan berserah diri, toh tidak ada kebaikan atau keburukan yang akan ditimpakan kecuali dengan sepengetahuan dan seijin Tuhan.

Kekuasaan, sama seperti kebahagiaan bukan tujuan hidup, tapi alat dan cara menjalani hidup agar lebih bermanfaat.

Tags: IndonesianaPolitikSARA
Share4Tweet3Send
Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger

ARTIKEL TERKAIT

di balik curah hujan 400mm

Di Balik Curah Hujan 400mm: Menguji Logika “Sawit Tak Bisa Disalahkan” dalam Banjir Sumatera

08/12/2025
menyewa hutan 3

Membajak “Senjata” Korporasi: Mengapa Pandawara Harus Berhenti Ingin ‘Membeli’ dan Mulai ‘Menyewa’ Hutan

08/12/2025
preventif atau reaktif antisipatif

Rp 51,8 Triliun untuk Pemulihan: Sebuah Kalkulasi Jujur Andai Dana Bencana Sumatera untuk Pencegahan

08/12/2025
inisiatif pandawara group patungan beli hutan wartakita.id

Patungan Beli Hutan: Mimpi Liar Pandawara Group Jadi Gerakan Nasional

07/12/2025
Status Bencana Nasional dan Ironi Izin Konsesi: Ketika Alam Menagih Tunai Segala Risiko Pada Rakyat Setempat

Status Bencana Nasional dan Ironi Izin Konsesi: Ketika Alam Menagih Tunai Segala Risiko Pada Rakyat Setempat

04/12/2025
Tragedi Siklon Senyar: Birokrasi Gagap, Relawan Tumbang, Pejabat dan Wakil Rakyatnya Sibuk Ngonten

Tragedi Siklon Senyar: Birokrasi Gagap, Relawan Tumbang, Pejabat dan Wakil Rakyatnya Sibuk Ngonten

03/12/2025
Mendidik ‘Manusia Renaissance’ di Era AI: Insinyur Masa Depan Wajib Belajar Filsafat dan Sastra

Mendidik ‘Manusia Renaissance’ di Era AI: Insinyur Masa Depan Wajib Belajar Filsafat dan Sastra

26/11/2025
Wabah ‘Gila Gelar’: Ketika Ijazah Menjadi Berhala dan Matinya Tradisi Intelektual di Kampus

Wabah ‘Gila Gelar’: Ketika Ijazah Menjadi Berhala dan Matinya Tradisi Intelektual di Kampus

26/11/2025

TERPOPULER-SEPEKAN

  • img 1765443169 47a1c7497e177018

    Pajak Donasi Bencana? Begini Fakta Terbaru Bansos Diaspora

    552 shares
    Share 221 Tweet 138
  • UPDATE Banjir Bandang dan Longsor Sumatra: 995 Tewas, 226 Hilang Saat Evakuasi Berlanjut

    78 shares
    Share 31 Tweet 20
  • Bantuan 30 Ton Beras UEA Dikembalikan ke Asal, Ini Alasan Wali Kota Medan

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • 10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    3733 shares
    Share 1493 Tweet 933
  • Bantuan Banjir Aceh Menumpuk: Viral Warganet Ungkap Sebagian Birokrasi Lumpuhkan Donasi

    38 shares
    Share 15 Tweet 10
  • Komet Antarbintang Dekati Bumi: Momen Langka 19 Desember 2025

    24 shares
    Share 10 Tweet 6
  • Kembali Kokoh: Gedung DPRD Sulsel & Makassar Dibangun Ulang

    22 shares
    Share 9 Tweet 6
  • Drone Ilegal Picu Serangan WNA Cina ke TNI di Ketapang

    21 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Harga Kopra Sulawesi Bergerak Liar: Petani Kelapa Terjepit, Hilirisasi Jadi Harapan

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Darah di Menorah dan Keberanian Ahmed: Saat Penjual Buah Muslim Menjadi Perisai Hanukkah di Bondi

    19 shares
    Share 8 Tweet 5
Unduh Buku Saku “SIAGA BENCANA” dari BNPB

Unduh Buku Saku “SIAGA BENCANA” dari BNPB

02/11/2023

Buku saku siaga bencana ini tidak menjamin keselamatan Anda. Namun, memberikan pedoman secara umum untuk kesiapsiagaan.

Read moreDetails

WARTAKITA

Insta360 GO 3S Hadir dengan Video 4K dan Dukungan Apple Find My
Gadget

Insta360 GO 3S Hadir dengan Video 4K dan Dukungan Apple Find My

25/07/2024
Jisoo BLACKPINK dan Dyson: Rahasia Rambut Sehat Berkilau
Gadget

Jisoo BLACKPINK dan Dyson: Rahasia Rambut Sehat Berkilau

21/11/2025
Ingin Rambut ‘Badai’ ala Jisoo Tapi Budget Terbatas? Ini 3 Alternatif Hair Styler Canggih Mulai 300 Ribuan!
Fashion & Kecantikan

Ingin Rambut ‘Badai’ ala Jisoo Tapi Budget Terbatas? Ini 3 Alternatif Hair Styler Canggih Mulai 300 Ribuan!

29/11/2025
Rahasia Kulit Glowing di Rumah: Spa Mandiri & Perawatan Diri untuk Beauty Besties
Fashion & Kecantikan

Rahasia Kulit Glowing di Rumah: Spa Mandiri & Perawatan Diri untuk Beauty Besties

23/11/2025
Vespa Primavera vs. Sprint 2025: Dua Jiwa, Satu Mesin, Pilihan Anda?
Otomotif

Vespa Primavera vs. Sprint 2025: Dua Jiwa, Satu Mesin, Pilihan Anda?

30/11/2025
img 1764471350 26f1c112a772ad44.jpg
Fashion & Kecantikan

Azzaro The Most Wanted: Parfum Pria yang Memikat dengan Aroma Melenakan

14/12/2025
Smoothing vs Rebonding vs Keratin: Mana yang Terbaik untuk Rambutmu?
Fashion & Kecantikan

Smoothing vs Rebonding vs Keratin: Mana yang Terbaik untuk Rambutmu?

16/11/2025
Ancaman Senyap di Meja Kerja: Hindari 5 Kebiasaan Buruk WFH Ini Demi Kesehatan Anda
Gaya Hidup

Ancaman Senyap di Meja Kerja: Hindari 5 Kebiasaan Buruk WFH Ini Demi Kesehatan Anda

21/11/2025
Aroma yang Tak Terlupakan: Rahasia Kepercayaan Diri Pria Modern
Gaya Hidup

Aroma yang Tak Terlupakan: Rahasia Kepercayaan Diri Pria Modern

02/12/2025
Tren Hijab 2025-2026: 25+ Gaya Fashion Muslim Kekinian
Fashion & Kecantikan

Tren Hijab 2025-2026: 25+ Gaya Fashion Muslim Kekinian

14/11/2025
Bukan Sekadar Skuter: Panduan Memilih Vespa Impian Anda di Tahun 2026
Otomotif

Bukan Sekadar Skuter: Panduan Memilih Vespa Impian Anda di Tahun 2026

23/11/2025
Parfum Lokal Wangi Sultan: Mirip Niche Eropa, Harga Murah!
Gaya Hidup

Parfum Lokal Wangi Sultan: Mirip Niche Eropa, Harga Murah!

04/12/2025
tips keselamatan saat gempa bumi
Alam dan Lingkungan Hidup

Tips Keselamatan Saat Gempa Bumi

23/12/2015

Gempa bumi tidak seperti kejadian alam lainnya yang masih bisa diprediksi jauh-jauh hari dengan lebih akurat.

Read moreDetails
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

©2021 wartakita media

  • Login
No Result
View All Result
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • PEMBELAJARAN
    • HUKUM
    • NUSANTARA
    • OLAHRAGA
    • TEKNOLOGI
    • KULINER
    • OTOMOTIF
    • SEPAK BOLA
    • #CEKFAKTA
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • TEKNOLOGI
  • KONTAK
    • Mari Bermitra
    • Tentang Wartakita
    • Tim Redaksi
    • Kebijakan Privasi
    • TRAKTIR KOPI

©2021 wartakita media

wartakita.id menggunakan cookies tanpa mengorbankan privasi pengunjung.