Jalur Majene-Mamuju yang Sempat Tertutup Longsor Akhirnya Bisa Dilewati, Kendaraan Logistik Didahulukan

18 Januari 2021

Triwulan I 20210 Dipastikan Belum Digelar Sekolah Tatap Muka

Pertamina Sigap, Berikan Bantuan Medis untuk Korban Gempa Sulbar

Selain 2.500 Sembako, Kalla Group Kerahkan 3 Ekskavator Penanganan Gempa Sulbar

Peduli Gempa Sulbar, Pelindo IV Salurkan Bantuan

Gaji Januari Pemkot Makassar Belum Dibayarkan, TPP Juga

Dompet Dhuafa Respons Cepat Gempa Sulbar, Sediakan Layanan Kesehatan dan Evakuasi Korban

Rencana Pemkot Makassar untuk Eks Terminal Toddopuli, Tempat Parkir atau RTH

Gubernur Sulsel Kembali Raih Penghargaan dari OJK RI

Jalan Trans Sulawesi di Mamuju Akhirnya Dibuka Pascalongsor

Update COVID-19 Indonesia 16 Januari: Catat Rekor Tertinggi, Bertambah 14.224 Kasus Baru

Pemprov Sulsel Siapkan Rumah Sakit untuk Perawatan Korban Gempa Sulbar

Warning BMKG, Gempa Sulbar Pernah Memicu Tsunami pada 1967 dan 1969

Pemberkasan CPNS Pemkot Makassar Terlambat, Penerbitan SK Ikut Terlambat

KURS IDR HARI INI

wartakita.id
Senin, Januari 18, 2021
  • #TurnBackHoax
  • nusantara
  • opini
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • MAKASSAR
    • BUKU FOTO DANNY POMANTO
  • BUDAYA
  • HUKUM
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • KIRIM ARTIKEL
Wartakita
Selasar Opini

Mengubah “-isme” dan “is Me” Menjadi “is Us”, Mari

dari Redaksi Wartakita
19 November 2019
dalam Opini
Reading Time: 4min read
51
Menjunjung dan Memikul

Sekitar pertengahan tahun 1990 sampai 2005, “Google’ belum mendominasi mesin pencari, alamat surel dominan “Yahoo” berikut Ymessenger, ada mesin pencari “AltaVista”, Astalavista”, “Lycos” dan “Astaga!” buatan Indonesia, dan bila mencari dengan mesin pencari apa pun, menggunakan kata kunci pencarian: “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” mesin pencari menampilkan indeks pecarian situs merujuk ke halamanweb porni.

Fakta yang meresahkan bagi sebagian orang, sementara sebagian yang lain asyik-asyik saja apatis.

Salah seorang warganet–belum ada istilah netizen atau warganet ketika itu, yang ada warga channel MIRC (Internet Relay Chat, M singkatan nama aplikasinya) via server DALnet, dan warga situs media sosial friendster (pertama sebelum MySpace) pelengkap percakapan di MIRC setelah menanyakan ASL (age, sex, location), diikuti permintaan halaman profil friendster–dia yang resah dan gelisah tersebut, berinisiatif mengubah fakta aktual hasil pencarian mesin pencari untuk “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” yang memalukan dan membahayakan moral generasi penerus bangsa menjadi fakta tekstual.

Saat anak-anak sekolah (SD, SMP, SMA, S1, S2, S3) mengakses internet kemudian menggunakan mesin pencari dengan kata kunci di atas, pasti terpapar halaman porni tanpa dibentengi pemahaman yang cukup tentang perbedaan antara aktivitas seks sebagai kebutuhan biologis dengan seks sebagai industri dan komoditi.

Seks sebagai industri di tangan pemuda dan pemudi baru puber, sekejap mengubah syahwat sebesar nyamuk jadi lebih besar dari kuda. Sementara citra “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” di internet oleh mesin pencari dirujuk ke situs-situs porni, berdasarkan algoritma kebiasaan pengguna internet di Indonesia. Demikianlah faktanya kebiasaan pengguna mesin pencari menggunakan kata kunci “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah” saat mencari konten porni.

Ide tersebut naif, bodoh, tidak berguna, unfaedah, demikian komentar kaum yang bermasalah dengan solusi. Kaum yang menggunakan perspektif hitam putih (yang kontrasnya tajam dan radikal seperti yang sering kita gunakan menentang radikalisme) biasanya sepasang dengan semangat berkobar-kobar rentan disisipi kebencian dan fanatisme pada kebenaran dan kebaikan (entah mengapa terasa agak menggelitik ketika menambahkan ‘fanatisme’ sebelum ‘kebenaran’ dan ‘kebaikan’), mengapa tidak perang terbuka, membuat down server porni tersebut–melakukan serangan DDoS, ping flood dan semacamnya ke server di luar negeri yang menggunakan leased line minimal berkecepatan 100MBps dari terminal berkoneksi dial-up sekian KBps?–atau membanjiri kolom komentar halaman situs porni dengan kemarahan (komentar tersebut dikoreksi sendiri setelah seseorang yang mengerti ketertinggalan teknologi jejaring internet kita saat itu), atau meminta pemerintah memblokir semua situs porni.

Tentu, saran di atas bisa dilaksanakan, tapi tidak menyelesaikan masalah sampai tuntas.

Lomba tersebut, meminta para blogger menulis artikel dengan menggunakan tag atau label, dan kategori “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” dengan konten tekstual sesuai kata kunci tadi, bukan hanya menghilangkan gejala, tetapi menyentuh dan mengobati sumber penyakitnya.

Lomba tersebut tidak memicu peperangan tanpa akhir, seperti virus dan anti-virus, teror dan anti-teror. Peperangan yang sebenarnya bisa sekali merupakan komoditi bisnis, seperti hal-hal di dunia yang juga saling berlawanan, tetapi sungguh keterlaluan jika menghamba pada pasar harus sampai menggadaikan moral generasi mendatang yang menjadi target pasar industri seks dan pornigrafi. Lomba unik tersebut berusaha membuka pikiran, wawasan, dan perasaan para pengguna internet yang ingin mencari situs porni menggunakan kata kunci pencarian “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” membuat algoritma mesin-mesin pencari berhenti menautkan kata kunci pencarian tersebut ke situs porni.

Inisiator lomba tersebut tidak sendirian. Di internet, ide paling naif sekalipun tetap punya peminat atau pendukung, apalagi idenya memang masuk akal dan menyelesaikan masalah.

Internet mulai dibanjiri beragam artikel yang menggunakan tag atau label, dan kategori “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” namun berisi konten positif. Mulai dari kegiatan ekstra kurikuler anak sekolah dan abg sampai artikel berdedikasi yang isinya menasehati para pencari situs porni dengan kata kunci pencarian “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” saat terjebak dengan arahan index mesin pencari yang algoritmanya mulai ‘insaf’ dibuat berkunjung ke artikel buatan para peserta lomba dan kegiatan tersebut.

Perlahan tapi pasti, indeks hasil pencarian kata kunci, “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” dialihkan oleh mesin-mesin pencari ke konten positif. Para penikmat situs pornigrafi online jika ingin memenuhi hasratnya dipaksa jujur mengakses situs porni langsung, kemudian mencari konten porni sesuai seleranya di sana. Fakta aktual akhirnya selaras dengan fakta tekstual. Hore.

Kasus di atas menarik jika menjadi pembanding cara pemerintah, ormas, dan diri kita sendiri dalam memandang (kemudian berusaha mengatasi) “radikalisme”.

Diakui atau tidak, paling mudah membuat orang kita, orang Indonesia, berkerumun, menarik kesimpulan bermodal asumsi, saling bertentangan dan berhadap-hadapan. Karakter tersebut terbawa ke dalam alam bawah sadar, sampai-sampai menjadi standar pemikiran ketika menghadapi perbedaan.

Dengan berasumsi mustahil “radikalisme” termasuk komoditi atau bisnis yang menghasilkan uang, yang lebih mudah jika dilawan dengan cara pebisnis, memutuskan rantai suply and demand misalnya, pikiran kita secara tak sadar langsung menawarkan solusi dalam bentuk ‘perang’ terbuka. Radikalisme harus dilawan dengan anti-radikalisme. “Isme” yang satu harus dilawan dengan “isme” lainnya yang dipandang lebih baik.

Padahal “isme” apa pun sama saja, tidak bertujuan membangun pola pikir yang konstruktif dan adaptif.

Sama-sama tatanan ilusi yang bertujuan mempengaruhi orang banyak agar mau bergerak bersama meraih dan mencapai tujuan dan cita-cita yang dianut oleh “isme” tersebut.

Radikalisme makin subur karena ketidakadilan. Tanpa insentif ekonomi (kabarnya selain jaminan surga, para ‘pengantin’ juga mendapat jaminan ekonomi untuk keluarga yang mereka tinggalkan, yang celakanya tidak bisa mereka pantau dan tuntut jika melanggar kontrak setelah melakukan bom bunuh diri) walau dengan iming-iming jaminan jalan pintas ke surga, tidak ada orang yang tertarik mau menjadi ‘pengantin’ bom bunuh diri jika target pembomannya adalah insitusi, lembaga, ormas, atau individu yang telah memperlakukan dirinya atau kelompoknya dengan adil. Setelah keadilan tercipta, potensi keuntungan politis dan bisnis bagi para oportunis yang sekujur hatinya dipenuhi tato ‘TEGA’ akan kehilangan suply, sekalipun pasar masih memiliki demand yang tinggi.

Radikalisme semakin subur bertemu “isme” lain lagi, narsisme yang menjadikan pemahaman yang berbeda dengan mereka sebagai olok-olok pemuas kesombongan, yang mestinya berdialog berdua, bukan di depan umum, seperti nasihat Ali bin Abu Thalib R.A., menasihati itu di ruang tertutup, kalau di tempat umum mempermalukan yang dinasehati (maupun yang menasehati).

Lomba penulisan artikel walaupun bisa disebut perang kata kunci pencarian, mereka tidak ego sentris, tidak melawan fanatisme penikmat porni dengan fanatisme lain yang dipandang lebih baik. Namun, berusaha membuka ruang dialog, meletakkan dasar berpikir konstruktif, memandang kata kunci pencarian “anak sma, abg, anak smp, anak sekolah,” yang ditautkan oleh mesin pencari ke situs porni sebagai kesalahan kita bersama. “Is us” jika tidak peduli generasi mendatang yang kelak bisa sekali menjadi pemimpin kita.

Jangan-jangan masalah “isme” tidak pernah tuntas di muka bumi, karena sifat ego-sentris manusia, dari “isme” kemudian “is me”, belum “is us”.

Tags: Redaksiana
Share31Tweet19SendShare
loading...
Hosting Unlimited Indonesia

BACA JUGA

Kecerdasan Buatan Tanpa Muatan Kepentingan Bisa Lebih Cerdas Dari Yang Membuatnya

Kecerdasan Buatan Tanpa Muatan Kepentingan Bisa Lebih Cerdas Dari Yang Membuatnya

24 Oktober 2020
Menjunjung dan Memikul

Hotel Ayam Di Palmerah Selatan

10 September 2020
Selamat Jalan Buya Kamba

Selamat Jalan Buya Kamba

21 Juni 2020
Menjunjung dan Memikul

Tim ‘XIV’

23 Oktober 2019
Punggung Baginda Nabi Muhammad SAW.

Punggung Baginda Nabi Muhammad SAW.

7 Oktober 2019
“Memahami (Lagi) Maksud WS. Rendra dalam ‘Rakyat Belum Merdeka’, Sebuah Paradigma Budaya”

“Memahami (Lagi) Maksud WS. Rendra dalam ‘Rakyat Belum Merdeka’, Sebuah Paradigma Budaya”

17 Agustus 2019

ARTIKEL TERKINI

Jalur Majene-Mamuju yang Sempat Tertutup Longsor Akhirnya Bisa Dilewati, Kendaraan Logistik Didahulukan

Triwulan I 20210 Dipastikan Belum Digelar Sekolah Tatap Muka

Pertamina Sigap, Berikan Bantuan Medis untuk Korban Gempa Sulbar

Selain 2.500 Sembako, Kalla Group Kerahkan 3 Ekskavator Penanganan Gempa Sulbar

Peduli Gempa Sulbar, Pelindo IV Salurkan Bantuan

Gaji Januari Pemkot Makassar Belum Dibayarkan, TPP Juga

Dompet Dhuafa Respons Cepat Gempa Sulbar, Sediakan Layanan Kesehatan dan Evakuasi Korban

KURS RUPIAH HARI INI

[SALAH] "Cairan nya Masih Utuh Udah di Cabut Aaaja Mao Bohongin Rakyat Hadehhh"

[SALAH] “Cairan nya Masih Utuh Udah di Cabut Aaaja Mao Bohongin Rakyat Hadehhh”

17 Januari 2021
[SALAH] Potongan Video "Banjir Kalimantan Selatan #PrayForKalsel banyak sapi warga yang terhanyut"

[SALAH] Potongan Video “Banjir Kalimantan Selatan #PrayForKalsel banyak sapi warga yang terhanyut”

17 Januari 2021
[SALAH] Bantuan Pulsa Sebesar Rp200 Ribu untuk Guru, Dosen, dan Pelajar

[SALAH] Bantuan Pulsa Sebesar Rp200 Ribu untuk Guru, Dosen, dan Pelajar

17 Januari 2021
[SALAH] Jokowi Bukan Disuntik Vaksin, Melainkan Suntik Vitamin

[SALAH] Jokowi Bukan Disuntik Vaksin, Melainkan Suntik Vitamin

17 Januari 2021
[SALAH] “LUPA SEMUANYA , SBY SEMAKIN PARAH KASIHAN! SBY JADI BEGINI”

[SALAH] “LUPA SEMUANYA , SBY SEMAKIN PARAH KASIHAN! SBY JADI BEGINI”

17 Januari 2021
Hosting Unlimited Indonesia

REDAKSIANA

Kecerdasan Buatan Tanpa Muatan Kepentingan Bisa Lebih Cerdas Dari Yang Membuatnya

Hotel Ayam Di Palmerah Selatan

Selamat Jalan Buya Kamba

Mengubah “-isme” dan “is Me” Menjadi “is Us”, Mari

  • kontak
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

© 2019 wartakita media

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • MAKASSAR
    • BUKU FOTO DANNY POMANTO
  • BUDAYA
  • HUKUM
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • KIRIM ARTIKEL

© 2019 Wartakita.ID - Jejaring Pewarta Warga.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Log In

Sign In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Back to Login

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Accept

Add to Collection

  • Public collection title

  • Private collection title

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.