Paus Fransiskus, kelahiran Jorge Mario Bergoglio pada 17 Desember 1936, meninggal pada 21 April 2025 di usia 88 tahun setelah berjuang melawan infeksi pernapasan ganda yang memuncak menjadi pneumonia berat. Sebagai Paus pertama dari Amerika dan ordo Jesuit, ia dikenal atas reformasi sosial, keberpihakan kepada kaum marginal, dan ajaran lingkungan hidup dalam ensiklik Laudato Si serta persaudaraan universal di Fratelli Tutti.
Romo Yusuf, pastor muda dari Indonesia yang bertugas di Vatikan, menyaksikan secara langsung kemunduran kesehatan Bapa Suci dan menjalani dinamika internal Gereja saat faksi konservatif dan progresif bersitegang, hingga mencapai pemahaman baru tentang iman inklusif di saat-saat akhir.
Kehidupan Awal dan Terpilihnya Paus
Paus Fransiskus lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936. Setelah menempuh pendidikan teknik kimia, ia memasuki novisiat Serikat Jesus pada tahun 1958 dan ditahbiskan sebagai imam pada 1969. Karier pemerintahannya di Gereja berkembang pesat: menjadi uskup agung Buenos Aires pada 1998, diangkat kardinal pada 2001, hingga terpilih sebagai Paus pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI. Ia memilih nama Fransiskus sebagai penghormatan kepada Santo Fransiskus dari Assisi, mencerminkan kerendahan hati dan cinta akan kemiskinan.
Warisan Reformasi dan Suara bagi yang Terpinggirkan
Sebagai Paus ke-266, Fransiskus membawa sejumlah gebrakan:
- Ajaran Sosial dan Lingkungan: Melalui ensiklik Laudato Si (2015), ia menyerukan kepedulian atas krisis iklim dan keadilan antar generasi.
- Persaudaraan Universal: Dokumen Fratelli Tutti (2020) menegaskan nilai solidaritas lintas agama dan budaya.
- Kebijakan Progresif: Mendukung seruan hak-hak migran, keterbukaan terhadap pasangan sesama jenis dalam konteks serikat sipil, serta menolak hukuman mati.
- Reformasi Birokrasi Gereja: Ia merombak tata kelola Vatikan, memperkenalkan transparansi keuangan, dan membentuk dewan penasihat laity untuk mendukung pengambilan keputusan.
Sepanjang kepemimpinannya, ia dijuluki “world’s parish priest” karena aksesibilitasnya: memilih tinggal di Casa Santa Marta, bukan Istana Apostolik, serta kebiasaan naik bus ataupun kereta bawah tanah saat masih menjabat uskup. Kata terkenalnya, “Who am I to judge?” tentang kaum LGBTQ+, menegaskan pendekatan pastoral yang penuh belas kasih.
Perjalanan Kesehatan Menuju Pengujung
Sejak muda, Jorge Bergoglio sudah mengalami masalah pernapasan: pernah dioperasi mengangkat sebagian paru-paru karena infeksi serius. Pada 2021, ia menjalani bedah usus besar yang sukses. Namun sejak awal 2025, kondisi kesehatannya memburuk: rawat inap di Rumah Sakit Gemelli selama 38 hari akibat infeksi polymikroba yang berkembang jadi pneumonia bilateral. Meski sempat dipulangkan dengan “protected discharge” pada 23 Maret, ia terus memerlukan oksigenasi tambahan dan pantauan ketat. Momen publik terakhirnya adalah saat memberikan berkat Paskah di Lapangan Santo Petrus pada 20 April 2025.
Pada 21 April pagi, pukul 07.15 waktu Vatican, Paus Fransiskus mengembuskan nafas terakhir di kediamannya, Casa Santa Marta, dikelilingi para imam dan perawatnya. Pengumuman resmi wafatnya disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, dilanjutkan pernyataan duka dari pemimpin dunia seperti Presiden Argentina Alberto Fernández, Perdana Menteri India Narendra Modi, hingga Paus Emeritus Benediktus XVI.
Refleksi Pribadi Romo Yusuf
Romo Yusuf, pastor muda dari Indonesia yang ditempatkan di Sekretariat Negara Vatikan, terpilih menjadi salah satu pendamping rohani Paus Fransiskus di masa-masa kritis kesehatannya. Dalam esai ini, Romo Yusuf menuliskan:
“Saat saya menatap wajah lemah beliau di samping ranjang Casa Santa Marta, terbesit bayangan idealisme kita tentang pelayanan tanpa batas. Kepedulian Bapa Suci kepada yang kecil dan tertindas tidak surut meski tubuhnya tak kuat. Di sinilah saya dihadapkan pada paradoks—antara iman yang menuntun ‘apa pun terjadi’ dan keraguan ‘apakah kita cukup melakukan?’.”
Interaksi harian mereka—mulai doa pagi bersama, momen syukur atas sedikit kemajuan, hingga diskusi teologi tentang human dignity—mengungkapkan sisi humanis Paus yang kerap tersembunyi di balik protokol istana. Ketegangan internal Vatikan, di mana faksi konservatif meragukan reformasi lingkungan dan inklusivitasnya, berseberangan dengan kalangan progresif yang mendukung visi jihad kemanusiaan, kian memuncak saat ia terbaring sakit. Di tengah politik gerejawi, Romo Yusuf menemukan panggilan pribadi: bahwa iman sejati bukan monolog teologis, melainkan dialog penuh kerendahan antara hati yang berharap dan tangan yang membantu.
“Iman di Ujung Waktu”: Pesan untuk Umat
Wafatnya Fransiskus membawa duka mendalam bagi umat Katolik global, termasuk di Indonesia. Namun Romo Yusuf meyakini bahwa “akhir waktu” bukan akhir iman, melainkan panggilan untuk mewariskan warisan inklusif dan berkelanjutan. Dalam esainya:
- Kesetiaan pada Pelayanan: Iman tumbuh bukan hanya saat berlimpah rahmat, tetapi juga di tengah kekurangan daya.
- Harapan Melampaui Kematian: Seperti menara mercusuar yang tetap menyala meski diterpa badai, warisan kasih dan keadilan Paus Fransiskus harus terus berkilau.
- Pentingnya Spiritualitas Inklusif: Keraguan dan keragaman bukan musuh iman, melainkan gerbang untuk memahami Tuhan yang Maha Rahim.
Ia menutup renungannya dengan ajakan agar umat meneruskan semangat Paus: menjaga bumi, merawat sesama, dan tidak gentar menghadapi keraguan, sebab iman sejati lahir dari perjalanan yang tak selalu mulus.
Paus Fransiskus, yang dalam esai ini disebut “Paus Paulus” sebagai simbol “pelayan sederhana”, wafat pada 21 April 2025 setelah menorehkan jejak luar biasa bagi Gereja dan dunia. Melalui lensa Romo Yusuf, kita melihat bukan sekadar peristiwa bersejarah, melainkan panggilan kontemplatif: bahwa di ujung waktu, iman bergantung pada tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata. Warisan kepemimpinan inklusif dan keberpihakan kepada yang terpinggirkan hendaknya terus dihidupkan oleh setiap pribadi, sebagai obituari hidup yang lebih bermakna daripada sekadar kalimat perpisahan.
Daftar Referensi Utama
- AP News – “The Latest: Pope Francis dies at age 88”
- People.com – “Pope Francis Dies at 88 After Health Crisis”
- Business Insider – “Pope Francis, Catholic Church trailblazer and first Latin American pope, dies”
- Vatican News – Laporan convalescence
- AP News – “From Buenos Aires to Rome: Key dates in the life of Pope Francis”
- Time – “Pope Francis, the ‘World’s Parish Priest’ Who Led in an Era of Crisis, Dies at 88”