Wartakita.id, BONTANG, KALTIM – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) melalui Global Model of Models LHASA (Landslide Hazard Assessment for Situational Awareness) telah mengeluarkan peringatan longsor (landslide watch) untuk wilayah Borneo, utara Bontang, Kalimantan Timur.
Peringatan ini berlaku efektif mulai 20 Desember 2025 pukul 14:15:22 UTC hingga 21 Desember 2025 pukul 02:55:18 UTC, mengindikasikan prediksi risiko tinggi terjadinya bencana tanah longsor, banjir bandang, dan kerusakan infrastruktur akibat curah hujan ekstrem.
Fenomena ini merupakan bagian dari ancaman cuaca ekstrem yang sedang melanda Kalimantan, di mana hujan lebat telah memicu banjir di berbagai daerah. Meskipun hingga kini belum ada laporan resmi mengenai kejadian longsor aktual di lokasi yang diprediksi, peringatan ini bersifat mendesak bagi warga di wilayah terdampak untuk melakukan evakuasi dini dan menjauhi area-area yang teridentifikasi rawan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulisnya, mengonfirmasi bahwa peringatan longsor ini menyusul serangkaian prediksi serupa yang telah dikeluarkan sebelumnya.
Peringatan serupa telah dikeluarkan pada 19-20 Desember untuk Pegunungan Menyapa, yang juga berada di utara Bontang, serta peringatan yang lebih awal pada 11-12 Desember. BMKG sendiri telah memprediksi bahwa curah hujan tinggi akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2025, bertepatan dengan puncak musim hujan di Kalimantan Timur yang dimulai sejak November.
Lokasi spesifik yang menjadi perhatian utama adalah wilayah Borneo, khususnya area utara Bontang di Provinsi Kalimantan Timur. Area ini mencakup kawasan pegunungan dan perbukitan yang secara geografis memiliki kontur labil, seperti di sekitar Gunung Telihan dan wilayah perbukitan di Kecamatan Bontang Utara.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bontang telah memetakan sebanyak tujuh kelurahan yang masuk kategori rawan longsor, di antaranya Kelurahan Kanaan dan Telihan. Kerawanan di kelurahan-kelurahan ini diperparah oleh aktivitas galian dan pesatnya urbanisasi yang mengubah bentang alam.
Ancaman serupa tidak hanya terbatas di Bontang. Laporan menunjukkan bahwa risiko serupa juga meluas ke wilayah Samarinda dan area sekitarnya. Di provinsi tetangga, Kalimantan Tengah, banjir parah telah melanda beberapa daerah, termasuk Barito Timur, menambah urgensi kewaspadaan di Kalimantan Timur.
Peringatan ini dikeluarkan oleh NASA melalui model LHASA, sebuah sistem yang dirancang untuk memberikan informasi dini mengenai potensi risiko longsor. Publikasi peringatan ini dilakukan melalui akun resmi @infomitigasi, sebuah platform yang bekerja sama dengan InAWARE untuk penyebaran informasi bencana secara cepat dan akurat. Kelompok rentan yang paling terdampak dari peringatan ini adalah warga lokal di Bontang dan sekitarnya, termasuk para petani dan penduduk yang tinggal di wilayah pegunungan dan perbukitan.
Pemerintah daerah, melalui BPBD Kalimantan Timur, BMKG, dan BNPB, terus berkoordinasi dalam upaya pemantauan dan penyiapan respons darurat. Organisasi kemasyarakatan, seperti Banom NU Bontang, juga dilaporkan aktif dalam penggalangan dana untuk membantu korban bencana serupa yang telah terjadi di wilayah lain, menunjukkan solidaritas dalam menghadapi bencana.
Penyebab utama dari peringatan longsor ini adalah intensitas hujan lebat yang ekstrem, yang diperkirakan berkaitan erat dengan fenomena perubahan iklim global dan puncak musim hujan di wilayah tersebut. Curah hujan yang tinggi secara terus-menerus menyebabkan tanah menjadi jenuh air, sehingga meningkatkan kerentanan lereng terhadap pergerakan tanah. Di Kalimantan Timur, faktor-faktor seperti deforestasi, aktivitas pertambangan yang masif, serta karakteristik kontur tanah yang labil turut memperburuk risiko longsor.
BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan bahwa hujan lebat diprediksi akan berlanjut hingga akhir Desember, sebuah kondisi yang dapat memicu kejadian longsor susulan, sebagaimana yang telah terjadi di Tana Tidung pada 19 Desember. Secara nasional, data menunjukkan bahwa bencana hidrometeorologi mendominasi kejadian bencana sepanjang tahun 2025, dengan ratusan kasus tercatat di wilayah Samarinda saja.
Model LHASA NASA bekerja dengan menganalisis data satelit dan data cuaca global untuk memprediksi risiko longsor dalam rentang waktu 12 jam ke depan. Peringatan yang dihasilkan kemudian disebarkan melalui berbagai platform digital, termasuk media sosial seperti X dan aplikasi InAWARE, dengan tujuan mendesak warga untuk segera mengambil tindakan pencegahan, seperti menghindari lereng curam dan memantau kondisi sungai di sekitar tempat tinggal mereka.
Respons pemerintah daerah mencakup berbagai langkah mitigasi, termasuk pemetaan area rawan bencana yang dilakukan oleh BPBD, penyebaran imbauan kewaspadaan kepada masyarakat, serta persiapan skenario evakuasi jika kondisi memburuk. Di Bontang sendiri, upaya pencegahan telah dilakukan sejak Oktober dengan pemantauan intensif terhadap potensi cuaca ekstrem, fokus pada perbaikan sistem drainase, dan program reboisasi untuk mengurangi dampak erosi di masa mendatang.
Peringatan ini menegaskan kembali pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Diperlukan penguatan strategi mitigasi bencana untuk melindungi keselamatan jiwa dan harta benda masyarakat dari potensi ancaman longsor dan banjir bandang di wilayah Kalimantan Timur.























