Wartakita.id. MAKASSAR – Menurut warga korban banjir di Antang, Kolam Regulasi Nipa-Nipa malah memperparah banjir di Perumnas Antang. Warga menyebut dalam empat bulan terakhir, Antang sudah sudah tiga kali banjir.
“Barusannya ini banjir di Blok 8 sampai tiga kali, padahal sebelumnya tidak pernah sampai segitunya. Heran juga banjir sampai tiga kali dan dalam kurun waktu berdekatan,” kata Fisabilil, Kamis (11/3/2021).
Fisabilil menduga, air banjir yang menggenang di Blok 8 merupakan luapan air dari Kolam Regulasi Nipa-Nipa. Sebab, hujan telah reda, tetapi ketinggian air masih terus naik.
“Sampah banjir yang kemarin saja belum bersih, ditambah lagi banjir sekarang. Ini membersihkannya kita jadi kerepotan dan butuh tenaga ekstra,” keluhnya.
Keberadaan Kolam Regulasi Nipa-Nipa sedianya diharapkan bisa mengurangi pengurangan risiko banjir di wilayah Kota Makassar, khususnya Kecamatan Manggala dan Biringkanaya.
Kolam yang berada di perbatasan dua kecamatan tersebut, diketahui dibangun sejak 2015 hingga 2019 di bawah tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jenebarang.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun Kolam Regulasi Nipa-Nipa yang berada di wilayah Kabupaten Gowa, Maros dan Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Menurut Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jenebarang Supardji di laman resmi pu.go.id, Makassar memerlukan kolam regulasi karena kondisinya yang hanya satu meter dari permukaan laut.
“Makassar hanya satu meter dari permukaan laut, oleh sebab itu perlu kolam regulasi. Bangunan ini akan menyimpan air untuk sementara waktu selama terjadi puncak banjir melalui pelimpah (spillway) dan mengalirkannya kembali ke hilir Sungai Tallo melalui pintu pengatur dan atau pompa air,” tutur Pompengan Jenebarang Supardji.
Namun, wilayah-wilayah langganan banjir seperti Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, dan BTN Kodam 3, Kecamatan Biringkanaya, hingga tahun ini masih saja dilanda banjir.
Adapun banjir yang melanda kedua wilayah ini tidak hanya diakibatkan faktor cuaca buruk, tapi juga wilayahnya yang berada di bawah permukaan laut. Selain itu, sistem drainase yang tidak terintegrasi dengan baik.
Ketua RT D Blok 8, Johamzah, mengatakan, sejak Rabu (10/3/2021) malam, warga telah mengevakuasi barang-barang elektronik dan kendaraannya di Masjid Al Muttaqin.
“Sementara ini kita belum data berapa jumlah pengungsi, tapi di masjid sudah puluhan warga yang mengungsi. Selain itu, kita belum mendapatkan bantuan apa pun,” terangnya. (*)