Yogyakarta – Status Siaga Gunung Merapi dibuktikan dengan catatan gunung api itu yang kini lebih sering mengeluarkan gemuruh yang terdengar oleh petugas pemantau, dan warga yang masih berada di wilayah kaki Gunung Merapi.
Sepanjang dua hari terakhir 15-16 November 2020, gemuruh Gunung Merapi itu terdengar intensif. Pada Minggu (15 November) sedikitnya terdengar 11 kali gemuruh di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Babadan, Merapi mencatatkan 91 kali gempa guguran.
Pada Senin 16 November 2020, Gunung Merapi kembali mengeluarkan rentetan gemuruh sebanyak tiga kali sekitar pukul 12.00 WIB. Pada periode itu gempa gguguran Merapi tercatat sebanyak 46 kali.
“Sumber suara gemuruh Merapi saat ini berasal dari aktivitas guguran material di gunung itu,” ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Hanik Humaida saat dihubungi, Senin 16 November 2020.
Guguran yang intens di Merapi itu, ujar Hanik, tak lain karena dipicu kuatnya tekanan magma dari dalam yang sedang menuju ke permukaan kawah. “Material yang ada di puncak itu kan ada yang tidak stabil kemudian runtuh dan memunculkan guguran yang suaranya bergemuruh,” katanya.
Untuk masyarakat yang sering mendengar gemuruh dari Gunung Merapi itu, Hanik mengimbau tak perlu panik sepanjang sudah mematuhi imbauan yang berlaku. Menurut Hanik, sebagian besar masyarakat khususnya yang tinggal di lereng sudah mengerti apa yang harus dilakukan dalam menghadapi aktivitas Gunung Merapi ini.
“Utamanya, warga harus berada di jarak aman yakni di luar radius lima kilometer dari puncak Merapi,” kata dia.
Hanik meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sejumlah kabupaten yang wilayahnya mencakup kawasan Merapi juga sudah mulai dan terus bergerak. Mereka disebutnya menjadi tumpuan untuk langkah mitigasi.
Hanik meminta masyarakat yang masih kebingungan mencari kebenaran informasi terkait aktivitas Merapi bisa menghubungi BPPTKG melalui berbagai saluran yang disediakan. Sehingga tidak termakan hoax atau berita bohong.
Bupati Sleman Sri Purnomo sebelumnya menuturkan pemerintah kabupaten setempat telah mengevakuasi tak kurang 185 jiwa yang ada di wilayah rawan bencana erupsi ke dua barak pengungsian. Pemerintah Kabupaten Sleman juga telah menyiapkan jalur evakuasi jika sewaktu-waktu erupsi terjadi.