Lembaga Keuangan Global Mundur dari Komitmen Hijau: Ancaman bagi Masa Depan Keberlanjutan?
Upaya global untuk mencapai emisi nol bersih menghadapi tantangan serius. Terbaru, perusahaan manajemen aset terbesar dunia, BlackRock, menarik diri dari Net Zero Asset Managers Initiative (NZAMI), sebuah aliansi keuangan global yang bertujuan mengurangi emisi gas rumah kaca. Langkah ini memicu kekhawatiran tentang masa depan aksi iklim sektor keuangan.
Menurut laporan Reuters (10 Januari 2025), BlackRock, dengan total aset kelolaan sebesar US$11,5 triliun, sebelumnya melihat keanggotaan di NZAMI sebagai langkah strategis. Dua pertiga kliennya telah berkomitmen pada target nol emisi. Namun, keanggotaan tersebut justru memicu penyelidikan hukum dari berbagai pejabat publik, terutama di Amerika Serikat.
“Keanggotaan ini telah menciptakan kesalahpahaman tentang kebijakan internal kami,” jelas BlackRock dalam suratnya kepada klien. Meski keluar dari NZAMI, perusahaan tersebut menegaskan tetap berkomitmen terhadap pengelolaan risiko perubahan iklim dalam portofolionya.
Gelombang Mundur dari Komitmen Iklim
Langkah BlackRock bukanlah kasus tunggal. Sebelumnya, enam bank besar AS, termasuk JP Morgan, Citigroup, dan Bank of America, meninggalkan Net-Zero Banking Alliance (NZBA). Langkah ini diambil menjelang pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS ke-47, yang dikenal menentang kebijakan iklim dan memprioritaskan deregulasi sektor energi.
Menurut laporan The Guardian, keputusan ini mencerminkan tekanan politik yang semakin meningkat dari sayap kanan AS. Paddy McCully dari Reclaim Finance menyebut langkah tersebut sebagai “kompromi politik yang pengecut”.
Beberapa tahun terakhir, bank-bank besar mempromosikan komitmen mereka terhadap keberlanjutan. Namun, dengan perubahan arah politik, aksi iklim tampaknya tak lagi menjadi prioritas utama.
Apa Artinya bagi Aksi Iklim Global?
Keluarnya lembaga keuangan besar dari inisiatif keberlanjutan seperti NZAMI dan NZBA memunculkan pertanyaan besar: apakah ini akhir dari komitmen keuangan global terhadap aksi iklim?
Meski terlihat sebagai kemunduran, analis percaya ini bukanlah akhir dari perjuangan menuju ekonomi rendah karbon. Toby Kwan dari Carbon Trust menyatakan, meskipun bank-bank AS keluar, NZBA tetap memiliki 141 anggota aktif, termasuk bank-bank besar Eropa yang memiliki pengaruh signifikan.
“Keluarnya institusi keuangan besar memang menimbulkan keraguan, tetapi anggota yang tersisa masih memegang kendali atas 40% aset perbankan global,” jelas Kwan.
Keputusan ini bisa memberikan fleksibilitas bagi institusi yang keluar untuk menetapkan strategi keberlanjutan mereka sendiri. Namun, hal ini juga bisa memperlambat laju aksi kolektif global dalam menghadapi krisis iklim.
Di tengah dinamika ini, tanggung jawab tetap ada pada semua pihak untuk memastikan bahwa transisi menuju ekonomi hijau tidak hanya menjadi retorika, tetapi juga aksi nyata yang konsisten.