Valencia, Wartakita.id – Perubahan iklim tak lagi sekadar isu lingkungan yang bisa kita abaikan. Nyata dan terus menghantui, perubahan iklim kian memperparah bencana alam di seluruh dunia. Baru-baru ini, Spanyol mengalami banjir bandang yang menelan ratusan korban jiwa dan merusak ribuan rumah. Ilmuwan dari berbagai institusi internasional, termasuk Imperial College London, menyatakan bahwa cuaca ekstrem yang memicu banjir bandang ini sangat terkait dengan pemanasan global.
Banjir Bandang dan DANA: Apa yang Terjadi di Spanyol?
Fenomena yang terjadi di Spanyol ini dikenal sebagai gota fría atau DANA (Depresión Aislada en Niveles Altos), sebuah fenomena meteorologi khas di wilayah Mediterania. Fenomena ini terjadi saat massa udara dingin yang terisolasi di lapisan atmosfer tinggi turun ke lapisan yang lebih rendah, menciptakan suhu yang kontras dengan udara hangat di sekitar.
Saat udara hangat dan lembab bertemu massa udara dingin ini, terbentuklah awan tebal yang sarat uap air. Akibatnya, hujan deras pun mengguyur dalam intensitas yang tinggi. Ilmuwan iklim dari Imperial College London, Friederike Otto, mengungkapkan bahwa setiap peningkatan sepersekian derajat suhu bumi akibat penggunaan bahan bakar fosil menambah kapasitas atmosfer untuk menahan uap air. Inilah yang menyebabkan curah hujan semakin ekstrem.
“Tidak diragukan lagi, perubahan iklim memperkuat intensitas hujan lebat yang akhirnya memicu banjir,” kata Otto. Ia menambahkan, “Setiap derajat pemanasan global menambah intensitas hujan sebesar tujuh persen. Dampaknya, tanah di area tersebut kesulitan menyerap air dalam jumlah besar, sehingga banjir tak terelakkan.”
Perubahan Iklim Mengubah Pola Cuaca Ekstrem
Selain curah hujan yang meningkat, musim panas di Spanyol juga kian panas, memicu tanah menjadi lebih kering dan keras. Kondisi ini, menurut Mark Smith dari University of Leeds, menurunkan kemampuan tanah untuk menyerap air dengan cepat. Kombinasi antara hujan lebat dan tanah kering ini memperparah banjir, karena air hujan lebih mudah meluap dan mengalir menuju sungai-sungai dengan volume yang melebihi kapasitas.
“Musim panas yang lebih panas memicu pengeringan tanah, sehingga ketika hujan lebat turun, tanah tidak dapat menyerap air dengan baik,” kata Smith. Hasilnya, air mengalir langsung ke sungai, memperkuat arus dan akhirnya menyebabkan banjir yang lebih parah.
Perubahan iklim juga mempengaruhi kecepatan badai yang bergerak di wilayah tertentu, yang memungkinkan curah hujan terus turun di satu tempat dalam waktu yang lebih lama. Bencana semacam ini disebut para ilmuwan sebagai slow-moving disaster atau bencana yang bergerak lambat, karena terjadinya secara perlahan namun pasti. Gelombang banjir di Spanyol menjadi salah satu contohnya.
Dampak Banjir Bandang di Spanyol: Kehilangan Jiwa dan Harta
Di Valencia, salah satu wilayah yang paling terdampak, banjir besar telah menelan korban jiwa lebih dari 150 orang. Pemerintah Spanyol menetapkan tiga hari berkabung nasional sebagai penghormatan bagi para korban. Korban yang hilang terus dicari oleh tim penyelamat di tengah akses yang sulit dijangkau. Koordinator penyelamatan di Valencia, pada Kamis (31/10/2024) lalu, melaporkan bahwa sekitar 155 jenazah telah ditemukan di daerah ini, sementara puluhan lainnya masih hilang.
Menurut Menteri Pemerintah Spanyol, Angel Victor Torres, jumlah korban jiwa diperkirakan bisa bertambah, terutama di wilayah yang sulit dijangkau. Perdana Menteri Pedro Sanchez menyerukan agar masyarakat tetap di dalam rumah, mengikuti petunjuk keselamatan dari layanan darurat, dan mematuhi instruksi otoritas setempat.
Penutupan dan Penghentian Operasional di Valencia
Situs Visit Valencia melaporkan bahwa akibat badai tersebut, sejumlah jalan utama dan transportasi umum mengalami gangguan besar. Bus kota, kereta komuter, dan bahkan kereta cepat menuju Madrid dan Barcelona dihentikan. Bandara di Valencia hanya dapat diakses dengan mobil atau taksi, sementara layanan metro dan bus kota dihentikan total. Wisatawan diimbau untuk memeriksa informasi terkini melalui situs bandara resmi atau maskapai penerbangan masing-masing.
Sebagai tambahan, tempat-tempat wisata seperti Museum Ilmu Pengetahuan Alam, Menara Quart dan Serranos, serta taman dan kebun kota ditutup sementara. Semua acara olahraga di Valencia juga ditunda demi keselamatan masyarakat.
Menghadapi Bencana Alam di Era Perubahan Iklim
Banjir bandang di Spanyol menjadi bukti nyata bagaimana perubahan iklim meningkatkan intensitas dan frekuensi bencana alam. Bencana ini bukan lagi sesuatu yang dapat kita abaikan atau hadapi dengan persiapan seadanya. Pemerintah di seluruh dunia kini perlu memikirkan langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang lebih serius untuk menghadapi bencana terkait iklim.
Peringatan dari ilmuwan menjadi panggilan darurat bagi kita semua untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan, baik dari skala individu hingga kebijakan nasional. Dari mengurangi penggunaan bahan bakar fosil hingga melestarikan hutan, setiap tindakan yang kita lakukan berkontribusi pada stabilitas lingkungan global.
Sebagai pewarta warga, penting bagi kita untuk terus mengabarkan dan mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga bumi. Banjir bandang di Spanyol mengingatkan bahwa perubahan iklim bukanlah cerita masa depan, melainkan kenyataan yang terjadi saat ini. Bumi sedang menunggu kepedulian kita, dan saatnya kita bertindak!