SIDRAP — Forum Koordinasi Pimpinan di Kecamatan (Forkopimcam) di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel), menggelar salat Istisqa bersama warga masyarakat untuk meminta hujan di tengah kekeringan panjang pada musim kemarau ekstrem.
Pelaksanaan salat Istisqa ini digelar di Lapangan Andi Cammi, Kelurahan Rappang, Kecamatan Panca Rijang, Kabupaten Sidrap.
Kapolsek Panca Rijang, Kompol Nano hadir langsung dalam kegiatan ini mengatakan, salat Istisqa dilakukan untuk meminta rahmat Allah agar diturunkan hujan di tengah kemarau panjang beberapa bulan terakhir ini.
“Salat Istisqa adalah sholat sunnah untuk meminta diturunkan hujan. Salat ini dilakukan karena terjadi kemarau yang lumayan panjang di wilayah Sidrap ini khususnya di Kecamatan Panca Rijang,” katanya.
Ia juga mengingatkan setiap kejadian pasti ada sebab musababnya, sehingga manusia harus melakukan koreksi diri. Selanjutnya, sesuai petunjuk Agama Islam bermohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT) agar hujan turun dengan melaksanakan salat Istisqa.
“Kami menganjurkan agar Salat Istisqa ini bisa dilaksanakan di seluruh rumah ibadah, lapangan, dan alun alun. Bagi umat agama lain diimbau agar bisa melaksanakan doa dan ibadah sesuai ajaran dan keyakinannya di tempat ibadah masing masing,” tutur Kompol Nano.
Tiga Daerah di Sulsel Berlakukan Status Darurat Kekeringan
Teknologi modifikasi cuaca atau hujan buatan diupayakan dapat diterapkan di daerah yang berstatus tanggap darurat kekeringan.
Tiga daerah di Provinsi Sulawesi Selatan telah memberlakukan status tanggap darurat kekeringan, yakni Kota Makassar, Kabupaten Maros, dan Kabupaten Jeneponto.
Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin di Makassar, Selasa (12/9/2023), mendukung pemerintah kabupaten dan kota tersebut memberlakukan status tanggap darurat kekeringan.
“Saya setuju dengan itu. Ini hasil tindak lanjut dari rapat kami kemarin,” katanya merujuk pada rapat yang dilakukan bersama para bupati dan wali kota di Sulawesi Selatan.
Bahtiar mengatakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait untuk menerapkan teknologi modifikasi cuaca guna mengatasi kekeringan.
2.000 hektare sawah di Kabupaten Sidrap, terdampak kekeringan.
“Kurang lebih 2.000 hektare terdampak kekeringan sekarang di Kecamatan Panca Lautan,” ungkap petani, Samsumarlin.
Samsumarlin menuturkan salah satu wilayah terdampak berada di Kecamatan Panca Lautang. Samsumarlin mengaku ada padi yang sudah keluar bulirnya namun tidak berisi.
“Sudah keluar buah padi tetapi tidak ada isinya karena kan butuh air itu tetapi kering kondisinya. Ini sudah maumi gagal panen,” keluhnya.
Selama ini menurut dia, petani hanya mengandalkan air dari sungai dan air bor. Namun kebutuhan air kerap tidak cukup untuk memenuhi ribuan hektare sawah yang berada di sekitar sungai.
“Sawah tadah hujan memang. Jadi hanya andalkan air Sungai Bilokka dan juga bor di situ tapi itu nda cukup,” ungkap Samsumarlin.