Dunia kripto baru saja melewati badai. Bukan sekadar gerimis, tapi badai yang bikin dompet digital terasa dingin dan hati deg-degan. Bitcoin, si raja aset digital, tergelincir lebih dalam dari yang diperkirakan banyak orang, menyeret serta altcoin kesayangan seperti Ethereum ke dasar jurang. Krisis likuiditas ala Oktober 2025 itu bukan sekadar angka di layar; ia adalah gambaran nyata bagaimana pasar yang seringkali diagung-agungkan bisa goyah. Tapi, di tengah reruntuhan ini, ada pertanyaan yang lebih penting: kapan kita bisa melihat matahari terbit lagi? Dan, siapa sebenarnya yang memegang kendali saat badai datang?
Ketika Bitcoin Menangis, Altcoin Ikutan
Kita semua tahu, Bitcoin itu punya ‘pengaruh’. Ibarat kapten tim sepak bola, gerak-geriknya selalu diikuti oleh para pemain lain. Ketika Bitcoin merosot tajam, jangan harap altcoin seperti Ethereum (ETH), Binance Coin (BNB), atau Solana (SOL) bisa santai. Mereka cenderung ikut terseret. Mengapa? Sederhananya, sentimen pasar terhadap Bitcoin itu menular. Jika investor mulai panik melihat BTC ambruk, mereka akan buru-buru menarik dananya dari aset yang dianggap lebih berisiko, termasuk altcoin.
Krisis likuiditas Oktober 2025 itu menjadi bukti nyata. Ketika para pelaku pasar kesulitan menjual aset mereka tanpa membuat harganya anjlok lebih parah, efek domino pun tak terhindarkan. Ini bukan sekadar masalah teknis, tapi masalah kepercayaan. Prospek altcoin dalam jangka menengah? Tergantung banyak hal. Mereka memang punya potensi untuk tumbuh, tapi selama Bitcoin masih menjadi ‘batu loncatan’ utama, denyut nadinya akan selalu mengikuti sang raja. Bisakah mereka benar-benar lepas dari bayang-bayang Bitcoin? Jawabannya masih abu-abu, sangat abu-abu.
Sang Penjaga Gawang Pasar: Siapa Itu Market Maker?
Di tengah kekacauan, ada satu pemain kunci yang seringkali luput dari perhatian awam: market maker. Bukan cuma sekadar investor besar, mereka adalah tulang punggung likuiditas di pasar kripto. Anggap saja mereka ini seperti penjaga gawang yang siap menahan bola kapan pun dibutuhkan, atau sebaliknya, memberikan umpan cepat saat momentum tepat. Tugas utama mereka adalah menyediakan ‘stok’ aset yang siap dibeli atau dijual, memastikan selalu ada lawan tanding di setiap transaksi. Tanpa mereka, pasar akan terasa seperti pasar tradisional di hari libur; sepi dan tidak ada yang mau berjualan.
Peran market maker ini sebenarnya mirip dengan bank sentral di pasar keuangan konvensional. Mereka menjaga agar pasar tetap ‘hidup’, mencegah volatilitas yang terlalu ekstrem (walaupun kadang mereka juga bisa jadi sumbernya, oops). Dampak krisis likuiditas yang kita lihat? Itu terjadi ketika market maker kesulitan menjalankan fungsinya. Mereka mungkin kehabisan modal, atau terlalu berhati-hati akibat ketidakpastian. Studi kasus crash Oktober 2025 itu menunjukkan, ketika likuiditas mengering, efeknya bisa sangat dahsyat dan meluas ke seluruh ekosistem. Ibaratnya, saat penjaga gawang utama cedera, tim jadi kehilangan arah.
Menjinakkan Liarnya Kripto: Strategi Bertahan Hidup
Mari kita jujur. Kripto itu ibarat menunggangi banteng liar. Jauh lebih bergejolak dibanding saham apalagi emas. Harganya bisa naik ratusan persen dalam sebulan, lalu terjun bebas di bulan berikutnya. Jadi, bagaimana cara kita, para investor kecil, agar tidak ikut terciprat lumpur saat banteng itu mengamuk?
- Manajemen Risiko Itu Wajib: Jangan pernah taruh semua telur dalam satu keranjang. Gunakan stop loss untuk membatasi kerugian jika harga bergerak tak sesuai harapan. Begitu juga dengan take profit, jangan serakah! Tentukan kapan harus keluar untuk mengamankan keuntungan.
- Bermain dengan Kepala Dingin: Panik selling (menjual karena panik) dan FOMO (Fear Of Missing Out) adalah musuh terbesar Anda. Kripto menguji kesabaran. Pelajari kapan harus menunggu, bukan terburu-buru mengambil keputusan.
- Analisis Itu Penting: Jangan cuma asal beli. Pelajari technical analysis (melihat grafik dan pola harga) dan fundamental analysis (melihat proyek di baliknya). Keduanya punya peran, jangan pilih salah satu saja.
Strategi dasar seperti buy and hold masih relevan, tapi membutuhkan kesabaran ekstra. Trading harian? Siapkan mental baja dan waktu ekstra. Tapi ingat, investasi kripto bukan untuk orang yang lemah jantung.
Prediksi: Kapan Kiamat Kripto Berakhir?
Setiap kali pasar terguncang hebat, pertanyaan yang sama selalu muncul: kapan pulihnya? Sejarah mencatat beberapa kali kejatuhan besar, seperti di tahun 2018 dan 2022. Analisis historis menunjukkan bahwa pasar cenderung membutuhkan waktu untuk bangkit. Beberapa analis, seperti Tom Lee, memperkirakan siklus pemulihan bisa memakan waktu sekitar 8 minggu setelah titik terendah.
Namun, ini bukan sekadar menunggu. Ada faktor eksternal yang sangat berpengaruh. Kebijakan moneter global, seperti suku bunga bank sentral, bisa menjadi penentu arah. Adopsi institusional – ketika perusahaan besar mulai ‘main’ di kripto – bisa memberikan dorongan signifikan. Dan tentu saja, regulasi. Negara-negara besar mulai merancang aturan main, dan ini bisa menjadi pedang bermata dua: kepastian hukum yang menarik investor besar, atau pembatasan ketat yang menghambat inovasi.
Skenario optimis untuk 2026? Bisa jadi kita melihat Bitcoin kembali menembus level-level psikologis baru, didorong oleh adopsi dan inovasi teknologi blockchain. Namun, skenario pesimis juga tak bisa diabaikan. Jika regulasi semakin mencekik atau krisis ekonomi global memburuk, pasar kripto bisa saja tertahan lebih lama. Satu hal yang pasti, pasar kripto akan terus berubah. Yang bisa kita lakukan adalah beradaptasi, belajar, dan berinvestasi dengan bijak.
Vonis Repiw: Beli atau Skip?
Setelah menimbang semua data, Bitcoin dan pasar kripto secara umum sedang berada di persimpangan jalan. Kejatuhan ini memang menyakitkan, tapi juga menjadi momen untuk evaluasi. Bagi Anda yang sudah punya aset kripto, fokuslah pada manajemen risiko dan tetap tenang. Bagi Anda yang baru melirik, ini bisa jadi kesempatan emas untuk masuk di harga yang ‘lebih ramah’, asalkan Anda siap dengan volatilitasnya dan melakukan riset mendalam (jangan cuma ikut-ikutan).
Market maker memegang peran krusial dalam menstabilkan pasar, namun mereka juga tidak kebal terhadap gejolak besar. Pemulihan pasar akan bergantung pada kombinasi sentimen investor, kebijakan ekonomi global, adopsi institusional, dan perkembangan regulasi. Intinya, tidak ada jaminan instan. Tapi, bagi mereka yang punya pandangan jangka panjang dan pemahaman mendalam, peluang selalu ada di tengah badai. Jadi, worth it nggak? Tergantung seberapa kuat mental Anda dan seberapa dalam riset Anda. Jangan tanya ke saya, tanya ke diri Anda sendiri.
—
Artikel tech repiw.com untuk pembaca wartakita.id





















