DEMAK – Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Demak, sebanyak 8.170 jiwa telah mengungsi ke sembilan lokasi pengungsian hingga Kamis, 8 Februari 2024, pukul 21.00 WIB.
Hujan deras yang mengguyur Demak selama sehari penuh, serta kiriman air dari Grobogan menyebabkan tanggul Sungai Wulan jebol.
Lokasinya di wilayah Dukuh Norowito, Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng).
Ungguh Prakoso, Camat Karanganyar menyampaikan, akibat jebolnya tanggul kanan Sungai Wulan dan Kali Jratun tersebut tidak hanya membuat jalan Pantura Karanganyar macet.
Banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah, terus berdampak luas dengan meningkatnya jumlah pengungsi.
Banjir yang dimulai sejak Senin, 5 Februari 2024, telah merendam 30 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Demak, menyebabkan ribuan warga harus meninggalkan rumah mereka.
Salah satu lokasi pengungsian utama adalah posko Terminal Jati di Kudus, dimana pengungsi korban banjir beristirahat di tenda-tenda yang telah didirikan.
Lokasi pengungsian lainnya juga telah disiapkan untuk menampung korban banjir yang terus berdatangan.
Budiono, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Semarang/Basarnas Semarang, melaporkan bahwa Pos SAR Jepara telah mengirimkan tim untuk melakukan evakuasi korban banjir.
“Evakuasi masih berlangsung hingga malam ini, dan kami telah berhasil mengamankan 39 jiwa dari desa Karanganyar dan mengungsikan mereka ke desa Kedungwaru,” ujar Budiono.
Jumlah korban yang dievakuasi diperkirakan akan terus bertambah seiring berlangsungnya proses evakuasi.
Situasi di desa Karanganyar semakin mendesak dengan banyaknya penduduk yang terjebak banjir, beberapa di antaranya terpaksa mengungsi ke atap rumah mereka.
Budiono berharap tim SAR gabungan dapat segera mengevakuasi penduduk di desa Karanganyar dan segera beralih ke desa Norowito, yang juga membutuhkan bantuan evakuasi.
“Di Desa Ketanjung jumlah pengungsi 300 KK atau 600 jiwa. Sementara ini, lokasi pengungsian berada di rumah Kepala Desa Ngemplik Wetan, Kecamatan Karanganyar,” katanya.
Diketahui, jebolnya tanggul Sungai Wulan dikarenakan curah hujan yang tinggi sehari sebelumnya, serta air kiriman dari Kabupaten Grobogan.
Situasi ini menuntut respons cepat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, relawan, dan komunitas lokal, untuk menyediakan bantuan dan dukungan bagi para pengungsi.
Kebutuhan mendesak seperti makanan, air bersih, pakaian, dan perlengkapan medis menjadi prioritas utama dalam penanganan kondisi darurat ini.