Wartakita.id – Agustus 2025, sebuah melodi tak terduga dari sudut Jogja berhasil menaklukkan dunia maya. Lagu “Tung Tung Tung Sahur” menjadi fenomena global di TikTok, membuktikan kekuatan konten lokal menembus batas.
Di tengah hiruk-pikuk tahun 2025 yang diwarnai berbagai dinamika politik, sebuah tren yang berawal dari kreativitas sederhana para pemuda di Jogja berhasil mencuri perhatian dunia. Video-video dance yang cenderung absurd dengan iringan lagu “Tung Tung Tung Sahur” mendadak merajai linimasa TikTok, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga menyebar hingga ke berbagai negara di Asia dan Eropa.
Humor sebagai Oase di Tengah Gejolak
Mengapa fenomena ini bisa begitu masif? Para pengamat budaya digital menduga, keberhasilan “Tung Tung Tung Sahur” terletak pada kemampuannya menawarkan pelarian humor yang ringan. Di saat banyak orang merasa terbebani oleh isu-isu serius, konten yang jenaka dan tidak menghakimi ini hadir sebagai katup pelepas stres.
Keunikan tarian yang kerap kali terlihat konyol namun mudah ditiru menjadi daya tarik utama. Netizen dari berbagai belahan dunia ikut serta meramaikan tantangan ini, mengunggah video mereka dengan tagar #TungTungChallenge. Dalam waktu singkat, tagar tersebut telah mengumpulkan lebih dari 100 juta penayangan, sebuah angka fantastis yang menunjukkan jangkauan global.
Dari Lokal Menjadi Global
Fenomena ini bukan hanya sekadar tren sesaat. Keberhasilan “Tung Tung Tung Sahur” menjadi bukti nyata bagaimana kekayaan budaya lokal Indonesia, ketika dikemas secara kreatif dan memanfaatkan platform digital yang tepat, mampu berbicara di kancah internasional. Dampaknya bahkan dirasakan langsung oleh pariwisata Jogja, dengan lonjakan minat kunjungan wisatawan yang ingin merasakan langsung atmosfer kreatif kota tersebut.
Bahkan, beberapa artis dan kreator konten ternama ikut merespons dengan membuat video duet atau berpartisipasi dalam tantangan ini, semakin memperkuat viralitasnya.
Faktor Kunci Viralitas “Tung Tung Tung Sahur”:
- Keunikan Konten: Tarian absurd dan melodi yang mudah diingat.
- Relevansi Emosional: Menawarkan humor sebagai pelarian dari stres.
- Platform Pendukung: TikTok dengan algoritma FYP-nya yang kuat.
- Partisipasi Massal: Gerakan #TungTungChallenge yang digagas citizen journalism.
- Dampak Lintas Budaya: Menarik perhatian audiens global.
Kisah “Tung Tung Tung Sahur” menjadi pengingat bahwa kreativitas tanpa batas, didukung oleh semangat kolaborasi dan pemanfaatan teknologi, mampu menciptakan keajaiban. Di tahun 2025 ini, sebuah lagu dari Jogja telah membuktikan bahwa hiburan otentik bisa menjadi perekat yang mengikat dunia.























