Wartakita, PALOPO – Tangis haru mewarnai kedatangan samsir ABK kapal tunda Henry asal kota Palopo Sulawesi Selatan saat tiba di rumah Sabtu malam tadi sekitar pukul 23.30 waktu setempat. Puluhan keluarga yang menati di rumah tak dapat menahan tangis saat Samsir turun. Pecah kerinduan Samsir setelah sekian pekan disandera kelompok Abu Sayyaf.
Keharuan ini terasa mendalam ketika ibu Samsir tidak ada di rumah saat Samsir dijemput. Usia ibunda Samsir tidak memungkinkan ikut menjemput, melainkan hanya sanak saudara dan keluarga serta rekan rekannya.
Salah satu dari saudara samsir jatuh pingsan saat duduk bersama di ruang tamu, menyalami dan memeluk Samsir.
Pengakuan Samsir saat dalam penyanderaan, dia makan dengan lauk kelapa tua dan sisa sisa nasi. Mereka berempat diikat disatu pohon selama 25 hari, tak bisa berbuat atau bergerak bebas.
“Jadi waktu makan hanya, makan kelapa tua dan sudah kering, ada juga nasi itupun sisa dari mereka, dan itu nanti bisa makan kalau ikatan tali dilepas, soalnya kami diikat di satu pohon selama 25 hari, ” ucapnya.
Saat ditanya apakah masih ingin melaut dirinya mengatkan masih akan melaut, meskipun sempat trauma dengan kejadian ini.
“Sebenarnya sempat trauma dengan kejadian ini, tapi karena namanya pekerjaan yah apa boleh buat harus tetap melaut,” terangnya.
Untuk meningkatkan keahliannya, Samsir akan melanjutkan pendidikan pelaut dalam waktu dekat. “Saya akan melanjutkan dulu pendidikan saya dibidang kelautan lalu kembali melaut, pungkasnya. (Amir / jurnalis warga)