Wartakita.id – Malioboro, Jogja. Suasana berbeda tampak di Malioboro pada Selasa (01/10/2017). Trotoar di sepanjang barat dan timur Malioboro yang biasanya penuh dengan pedagang kaki lima (PKL) tampak lengang. Tak ada satu pun pedagang yang menggelar dagangannya di sana. Meski terlihat lengang, Malioboro tetap memberikan kenyamanan bagi penikmat jalur pedestrian. Apalagi pada momentum tersebut, Pemkot bersama berbagai komunitas dan pelaku usaha turun tangan melakukan aksi bersih-bersih.
Ini bukan kali pertama Malioboro kosong dari pedagang. Selasa Wage dipilih para pedagang untuk beristirahat dari aktivitasnya sesuai dengan program Pemerintah Kota Yogyakarta. Pemilihan Selasa Wage pun tidak sembarangan, hari pasaran Jawa itu bertepatan dengan hari lahir Sultan HB X.
Hal ini dimanfaatkan oleh warga jogja untuk menikmati berbagai macam suguhan kesenian yang diselenggarakan oleh komunitas pecinta seni jogja.Diantaranya ada seni mocopat, hadroh, tari klasik, kirab bergada,kirab batik,campursari,bahkan seni modern seperti suguhan lagu dangdut, atau seni kustik pun tak luput disuguhkan. Suguhan berbagai macam kesenian ini dimulai pukul 12.00 – 21.00.
Masyarakat jogja sangat antusias dengan adanya program selasa wage ini, dari anak – anak hingga lansia bersatu padu guna memeriahkan kawasan Malioboro ini.Berbagai macam komunitas pun turut serta bergabung di sepanjang kawasan Malioboro ini, dari komunitas pecinta fotografi, sepeda ontel, sepeda gunung ,sepeda fiksi,komunitas barber shop bahkan komunitas pecinta anjing pun turut serta memeriahkan program selasa wage di kawasan Malioboro ini.
Tradisi ini diharapkan dapat menambah nilai plus untuk wisata Jogja , sehingga semakin banyak wisatawan domestic maupun mancanegara yang singgah untuk sekedar menikmati budaya jogja maupun turut serta mengenalkan Yogyakarta dengan berbagai keistimewaan yang dimilikinya ke mata dunia.
Artikel kiriman warga pewarta:
Febriana Lindiawati
Mahasiswi Prodi Public Relation ASMI Santa Maria