Wartakita.id, JAKARTA/IPOH/HANOI/BANGKOK — Asia Tenggara sedang berduka. Sebuah sistem badai monster bernama Siklon Tropis “Senyar” telah mengubah wajah kawasan ini menjadi lautan air keruh dan lumpur. Hingga Jumat siang (28/11/2025), data kolektif dari empat negara mencatat angka kematian yang mengerikan: 245 jiwa.
Ini bukan sekadar banjir tahunan. Ini adalah krisis kemanusiaan lintas batas yang menghantam Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Malaysia secara serentak.

Peta Kehancuran: Vietnam & Indonesia di Garis Depan
Siklon Senyar tidak pandang bulu. Dua negara dengan populasi terbesar di kawasan ini menanggung beban terberat:
- Vietnam: Menjadi “ground zero” dengan 98 korban jiwa. Hujan tanpa henti sejak akhir Oktober memicu banjir berulang yang melumpuhkan kota wisata Nha Trang dan Dalat. Di provinsi Dak Lak, lebih dari 80.000 hektar sawah—sumber pangan utama—hancur total. Kerugian ekonomi diperkirakan masif dengan 3,2 juta ternak hanyut.
- Indonesia (Sumatra): Menyusul dengan 90 korban jiwa. Pulau Sumatra, khususnya Sumatera Utara dan Barat, lumpuh. “Kami tidak tidur semalaman, cuma memperhatikan air,” ujar Misniati (53), warga Sumbar yang nyaris terseret arus deras sepulang shalat subuh. Akses komunikasi dan jalan raya di banyak titik masih terputus total, menyulitkan evakuasi udara yang direncanakan Polda Sumut.
Tragedi di Thailand: Kamar Jenazah Penuh
Kisah paling memilukan datang dari Hat Yai, Thailand Selatan. Banjir yang naik secepat kilat hingga menyentuh plafon lantai dua memaksa rumah sakit setempat mengambil langkah darurat.
“Kamar jenazah sudah melebihi kapasitas,” ungkap Charn, petugas RS Songkhla. Pemandangan truk-truk pendingin (kontainer) yang diparkir di halaman rumah sakit untuk menampung jenazah menjadi saksi bisu betapa cepatnya maut menjemput 55 warga di sana.
Pemerintah Thailand merespons keras dengan menskors Bupati Hat Yai, yang dinilai gagal memberikan peringatan dini yang efektif.
Malaysia: Siaga di Utara
Meski angka korban jiwa “hanya” dua orang di Perlis, Malaysia tetap dalam status siaga tinggi. Badai yang kini berstatus depresi tropis masih membawa curah hujan lebat yang memperparah genangan di wilayah utara yang berbatasan langsung dengan Thailand.
Mengapa Ini Terjadi? Anomali Iklim yang Mematikan
Para ahli meteorologi sepakat: ini adalah wajah nyata perubahan iklim.
“Pola badai kini menjadi unpredictable,” catat laporan AFP. Suhu udara yang lebih hangat bertindak seperti spons raksasa yang menyerap uap air lebih banyak, lalu menumpahkannya kembali sebagai hujan ekstrem. Diperparah dengan suhu permukaan laut yang memanas, badai tropis seperti Senyar mendapatkan “bahan bakar” tambahan untuk bertahan lebih lama dan menghantam lebih keras.
Asia Tenggara kini menghadapi realitas baru: musim hujan bukan lagi sekadar basah, tapi berpotensi mematikan.























