Wartakita.id – Desember 2025 menjadi bulan krusial bagi Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengeluarkan peringatan serius. Cuaca ekstrem mengancam hampir seluruh wilayah nusantara. Potensi hujan lebat disertai angin kencang kian nyata. Ini bukan sekadar ramalan, tapi panggilan untuk kesiapsiagaan.
Ancaman Nyata di Depan Mata
BMKG merilis peringatan dini per 7 Desember 2025. Dinamika atmosfer seperti gelombang Rossby dan Kelvin memicu potensi bencana hidrometeorologi. Munculnya bibit siklon tropis di Laut Arafura menambah kekhawatiran. Dampaknya bisa sangat luas: banjir, longsor, genangan air, pohon tumbang, hingga puting beliung.
Periode 7-8 Desember 2025 memperlihatkan ancaman hujan sedang hingga lebat di banyak daerah. Meskipun tidak ada kategori “Awas” untuk hujan sangat ekstrem, angin kencang patut diwaspadai. Wilayah seperti Jawa Barat, Maluku Utara, NTT, dan Sulawesi Utara masuk dalam daftar kewaspadaan.
Sumatera, termasuk Riau dan Sumatra Barat, juga berisiko. Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah dan Bali, tidak luput dari ancaman. Kalimantan dan Sulawesi juga diminta waspada. Risiko utama di wilayah ini adalah banjir di daerah dataran rendah dan longsor di kawasan perbukitan.
Fokus Khusus di Sulawesi Utara
Khusus untuk periode 6-8 Desember 2025, Sulawesi Utara menjadi sorotan. Hujan lebat berpotensi memicu bencana hidrometeorologi di beberapa daerah. Kabupaten/kota seperti Bitung, Tomohon, dan Minahasa diminta siaga penuh. BMKG mengimbau warga di area rawan bencana, terutama dekat sungai dan lereng curam, untuk segera melakukan evakuasi. Tindakan ini perlu dilakukan bahkan saat cuaca terlihat cerah di pagi atau siang hari.
Luasnya Dampak dan Risiko Bencana
Peringatan BMKG mencakup periode lebih luas, dari 2 hingga 10 Desember 2025. Curah hujan tinggi diprediksi mencapai 300-500 mm per bulan di 11 wilayah. Daerah seperti NTT, Sulawesi Selatan, Papua, dan Jawa Barat termasuk dalam daftar ini. Selain itu, potensi banjir rob juga mengintai pesisir Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat. Fenomena supermoon dan fase perigee memperparah risiko ini.
NTT dan Sulawesi Selatan masuk kategori “Awas”. Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, dan Jawa Tengah masuk kategori “Siaga”. Sementara itu, Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat masuk kategori “Waspada”. Pemantauan informasi terkini dari situs resmi BMKG dan aplikasi Info BMKG sangat penting. Koordinasi dengan pemerintah daerah menjadi kunci mitigasi yang efektif.
Jawa Barat secara spesifik disebut sebagai wilayah paling rawan bencana hidrometeorologi sepanjang 2025. Frekuensi banjir dan longsor di provinsi ini tercatat paling tinggi. Ini menunjukkan perlunya perhatian khusus dan langkah pencegahan yang lebih intensif di wilayah tersebut.
Rekomendasi Strategis dari BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hadir dengan pandangan strategis. Berbeda dengan BMKG yang fokus pada peringatan harian, BRIN memberikan rekomendasi berdasarkan riset mendalam. Per 4-5 Desember 2025, BRIN mengevaluasi dampak bencana hidrometeorologi di Sumatra. Banjir dan longsor akibat Siklon Tropis Senyar, dengan curah hujan mencapai 300 mm per hari, menjadi studi kasus.
Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Bencana BRIN, Joko Widodo, mendorong penyusunan ulang peta kerawanan bencana nasional. Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat menjadi prioritas utama. Peta yang ada saat ini perlu dikaji ulang. Perubahan pola hidrometeorologi akibat pemanasan global telah mengubah lanskap ancaman bencana.
Pemanasan global memicu siklon tropis dan hujan ekstrem yang lebih sering terjadi. Peta kerawanan yang lama tidak lagi akurat menghadapi ancaman baru ini. BRIN menekankan pentingnya riset untuk mengantisipasi fenomena ini. Pemantauan siklon tropis hingga delapan hari sebelumnya menjadi salah satu rekomendasi. Kolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga krusial untuk pencegahan dini.
Dampak Ekonomi dan Solusi Jangka Panjang
Bencana hidrometeorologi bukan hanya ancaman fisik, tapi juga pukulan telak bagi ekonomi. BRIN memprediksi potensi penurunan target pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal IV 2025 hingga 5,7% secara tahunan. Kerugian lingkungan, seperti pembukaan lahan masif untuk pemulihan, juga menjadi masalah serius.
Fenomena La Niña lemah yang mulai aktif November-Desember 2025 diprediksi memperburuk risiko. Sekitar 70% dari 2.942 kejadian bencana alam nasional hingga November 2025 didominasi oleh banjir (49%) dan cuaca ekstrem (22%). Angka ini menunjukkan betapa rentannya Indonesia terhadap perubahan iklim.
BRIN menegaskan pentingnya adaptasi dan mitigasi berbasis sains. Pembaruan peta kerawanan bencana, pemantauan cuaca yang lebih akurat, dan edukasi masyarakat adalah langkah fundamental. Upaya ini harus dilakukan secara berkelanjutan untuk mengurangi kerugian dan melindungi masyarakat.
Bagaimana Anda Bisa Bertahan?
Informasi adalah kunci utama. Pantau terus akun resmi @infoBMKG di X/Twitter dan situs BMKG (bmkg.go.id) serta BRIN (brin.go.id). Jika Anda tinggal di wilayah yang teridentifikasi rawan bencana, siapkan rencana evakuasi dini. Kenali jalur evakuasi dan tempat pengungsian terdekat. Hindari aktivitas luar ruangan saat hujan deras, terutama di area yang berisiko tinggi.
Kesadaran akan ancaman cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga riset, dan masyarakat adalah pondasi utama dalam menghadapi tantangan ini. Indonesia harus siap menghadapi musim hujan yang lebih ekstrem, demi keselamatan bersama.























