Wartakita.id – Musim hujan dan cuaca ekstrem mungkin akan sedikit mereda di tahun 2026. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis proyeksi iklim yang cenderung lebih ‘bersahabat’, dengan indikasi melemahnya fenomena La Nina dan transisi menuju kondisi netral di Samudra Pasifik.
Prediksi Iklim 2026: Angin Perubahan dari BMKG
Kabar baik datang dari BMKG mengenai proyeksi iklim Indonesia di tahun 2026. Berdasarkan analisis mendalam terhadap indikator iklim global, terutama dari Samudra Pasifik dan Hindia, diperkirakan tahun depan akan membawa perubahan signifikan dibandingkan kondisi beberapa tahun terakhir yang sering diwarnai cuaca ekstrem.
Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa fase La Nina lemah yang tengah berlangsung diperkirakan akan berakhir pada kuartal pertama 2026. Ini berarti periode intensitas hujan yang tinggi akibat La Nina akan segera menyudahi perjalanannya.
Transisi Menuju Keseimbangan: Pasifik Netral dan IOD yang Stabil
Setelah fase La Nina usai, Samudera Pasifik diprediksi akan kembali ke kondisi netral. Transisi ini diperkirakan terjadi sekitar Maret, April, dan Mei 2026, dan kondisi netral ini akan bertahan hingga akhir tahun.
Lebih lanjut, indikator Indian Ocean Dipole (IOD) juga diprediksi akan berada dalam fase netral sepanjang 2026. IOD netral umumnya tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan curah hujan di Indonesia, yang berarti kita tidak akan melihat anomali cuaca yang disebabkan oleh perbedaan suhu permukaan laut yang ekstrem di Samudra Hindia.
Suhu Udara 2026: Tetap Dalam Kisaran Normal
Dengan mempertimbangkan kondisi laut tersebut, BMKG memperkirakan suhu rata-rata tahunan di Indonesia pada 2026 akan berada dalam kisaran normal yang telah teramati dalam beberapa tahun terakhir. Angka prediksinya berkisar antara 25 hingga 29 derajat Celsius.
Namun, terdapat variasi suhu berdasarkan topografi. Wilayah dataran tinggi seperti Bukit Barisan, Pegunungan Latimojong, dan Pegunungan Jayawijaya diprediksi akan memiliki suhu udara yang lebih sejuk, berkisar antara 19-22 derajat Celsius, karena kerapatan udara yang lebih rendah.
Di sisi lain, beberapa wilayah diprediksi mengalami suhu rata-rata tahunan yang relatif lebih tinggi, yaitu di atas 28 derajat Celsius. Area ini mencakup sebagian Sumatera bagian selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, kawasan pesisir utara Jawa, serta sebagian wilayah Papua Selatan.
Secara keseluruhan, BMKG menegaskan bahwa suhu rata-rata di Indonesia pada tahun 2026 masih dalam rentang yang familiar, sehingga tidak diperkirakan akan sepanas tahun 2024.
Dampak Proyeksi Iklim 2026 Bagi Anda
- Pertanian: Perubahan pola hujan yang lebih moderat dapat membantu petani dalam perencanaan tanam dan panen, mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan ekstrem atau banjir.
- Kesehatan: Cuaca yang tidak terlalu ekstrem dapat mengurangi potensi masalah kesehatan terkait panas atau dingin yang berlebihan.
- Ketersediaan Air: Prediksi yang cenderung kering namun tidak ekstrem membutuhkan kesiapan dalam pengelolaan sumber daya air.
- Perencanaan Perjalanan: Mengetahui proyeksi iklim dapat membantu dalam merencanakan aktivitas luar ruangan dan perjalanan.
Tips Menghadapi Proyeksi Iklim 2026
- Simpan Air: Meskipun tidak ekstrem, musim kemarau tetap berpotensi mengurangi ketersediaan air bersih. Mulailah praktik konservasi air sejak dini.
- Perhatikan Kesehatan: Tetap jaga kesehatan dengan hidrasi yang cukup dan perlindungan dari paparan sinar matahari berlebih, terutama di wilayah yang diprediksi lebih panas.
- Pantau Informasi BMKG: Selalu perbarui informasi cuaca dan iklim terkini dari sumber resmi BMKG untuk adaptasi yang lebih baik.
FAQ: Pertanyaan Seputar Proyeksi Iklim 2026
1. Apakah berarti tahun 2026 akan benar-benar bebas hujan?
Tidak. Proyeksi BMKG mengindikasikan cenderung kering dengan minim hujan, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Hujan tetap akan turun, namun intensitas dan distribusinya mungkin berbeda.
2. Mengapa La Nina melemah dan Pasifik menjadi netral?
Fenomena iklim seperti La Nina dan El Nino adalah siklus alami lautan. Melemahnya La Nina dan transisi ke netral adalah bagian dari siklus tersebut yang dipantau secara ketat oleh ilmuwan iklim.
3. Apakah suhu 25-29 derajat Celsius itu normal?
Ya, kisaran suhu tersebut dianggap normal untuk rata-rata suhu tahunan di Indonesia berdasarkan data historis dan tren beberapa tahun terakhir.
4. Wilayah mana yang perlu lebih waspada terhadap suhu lebih tinggi di 2026?
Sebagian Sumatera bagian selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, pesisir utara Jawa, dan sebagian Papua Selatan diprediksi memiliki suhu rata-rata tahunan di atas 28 derajat Celsius.
5. Bagaimana dampak IOD netral terhadap cuaca di Indonesia?
IOD netral umumnya tidak menyebabkan anomali cuaca signifikan. Ini berarti gangguan seperti peningkatan hujan drastis akibat laut hangat di Samudra Hindia cenderung tidak terjadi.
Proyeksi iklim BMKG untuk 2026 memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang bisa kita antisipasi. Dengan informasi ini, masyarakat dapat lebih siap dan adaptif dalam menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada. Terus pantau informasi resmi dari BMKG untuk perkembangan terbaru.























