Apa yang Terjadi? Pelumpuhan Ibu Kota dan Kota-Kota Kunci
Pada akhir pekan tanggal 19 hingga 20 Desember 2025, hujan deras yang tidak pernah terjadi sebelumnya membanjiri jalan-jalan utama, melumpuhkan lalu lintas, dan memaksa pembatalan puluhan penerbangan di bandara internasional Dubai dan Sharjah.
Rekaman video yang beredar luas di media sosial dan dilaporkan oleh berbagai outlet berita internasional menampilkan pemandangan kota-kota ikonik seperti Dubai yang terendam air, dengan kendaraan-kendaraan mewah terperangkap dalam genangan dan warga yang berjuang untuk bergerak.
Intensitas badai ini digambarkan sebagai salah satu yang terberat dalam beberapa bulan terakhir, bahkan mengingatkan banyak pihak pada banjir yang pernah melanda pada April 2024. Dampak langsungnya terasa signifikan, mulai dari terganggunya aktivitas sehari-hari hingga kerugian ekonomi akibat terhentinya operasional bisnis dan pariwisata.
Kapan dan Di Mana Terjadi? Skala Kejadian yang Meluas
Hujan lebat mulai mengguyur pada pagi hari tanggal 19 Desember 2025 dan terus berlanjut hingga keesokan harinya, 20 Desember. Meskipun gelombang utama hujan telah berlalu pada tanggal 20 Desember, efek limpahan dan genangan air masih terasa selama beberapa hari berikutnya, memicu upaya pembersihan dan pemulihan yang intensif.
Emirat utara dan tengah menjadi wilayah yang paling terdampak. Ras Al Khaimah mencatat curah hujan yang luar biasa, mencapai 127 mm dalam kurun waktu dua hari, angka yang secara signifikan melampaui rata-rata curah hujan tahunan di emirat tersebut. Dubai mengalami genangan parah di jalan-jalan arteri yang sibuk, sementara Sharjah menghadapi dampak yang lebih serius, terutama di area strategis seperti Jembatan Al Khan dan Jalan Al Wahda.
Abu Dhabi, meskipun mungkin tidak separah wilayah utara, juga tidak luput dari hujan lebat. Bandara internasional di Dubai dan Sharjah, sebagai gerbang utama UEA, menjadi pusat disrupsi, dengan ratusan penerbangan yang mengalami pembatalan atau penundaan, mengganggu jadwal perjalanan ribuan penumpang.
Siapa yang Terlibat? Korban, Penyelamat, dan Pengamat Global
Dalam krisis ini, korban utama adalah penduduk lokal dan para wisatawan yang mendapati diri mereka terjebak, baik di dalam rumah maupun kendaraan mereka. Ribuan orang harus menghadapi ketidaknyamanan dan bahaya akibat banjir yang melanda. Di sisi lain, otoritas UEA, termasuk Badan Meteorologi Nasional dan pengelola bandara, memainkan peran krusial dalam mengeluarkan peringatan dini, mengkoordinasikan respons darurat, dan mengelola situasi yang berkembang.
Tim penyelamat darurat dikerahkan untuk memberikan bantuan kepada warga yang membutuhkan, melakukan evakuasi, dan memastikan keselamatan publik. Pemerintah emirat, seperti di Sharjah, dilaporkan menunjukkan respons yang cepat dalam upaya pemulihan. Media internasional, termasuk Al Arabiya dan India Today, secara aktif melaporkan peristiwa ini, menyoroti tidak hanya dampak bencana tetapi juga bagaimana UEA, dengan sumber daya dan teknologinya, beradaptasi dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Mengapa Terjadi? Perpaduan Faktor Alam dan Manusia
Penyebab utama dari banjir dahsyat ini adalah kedatangan badai langka yang membawa volume curah hujan yang sangat tinggi ke wilayah gurun seperti UEA, di mana curah hujan tahunan secara historis sangat rendah. Para ilmuwan dan pakar iklim secara konsisten mengaitkan peningkatan intensitas dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem di Timur Tengah dengan perubahan iklim global. Pemanasan global telah mengubah pola cuaca, membuat peristiwa seperti ini menjadi lebih mungkin terjadi.
Selain faktor alam, infrastruktur UEA, meskipun seringkali dianggap canggih, ternyata tidak sepenuhnya siap untuk menampung curah hujan sebesar ini. Sistem drainase perkotaan yang ada, yang dirancang untuk kondisi iklim yang berbeda, kewalahan dan tidak mampu mengalirkan air dengan cepat, menyebabkan genangan yang meluas. Urbanisasi pesat yang telah mengubah lanskap alami UEA juga berkontribusi. Pembangunan gedung dan infrastruktur telah mengurangi area resapan air alami, memperburuk masalah genangan di kota-kota besar yang padat.
Bagaimana Terjadi dan Langkah ke Depan? Adaptasi dan Pencegahan
Hujan dimulai secara mendadak pada 19 Desember dengan intensitas yang sangat tinggi, melampaui kapasitas penyerapan dan pengaliran infrastruktur yang ada. Dalam hitungan jam, jalan-jalan utama berubah menjadi sungai, menyebabkan kemacetan parah dan insiden lalu lintas. Otoritas merespons dengan cepat, mengambil langkah-langkah seperti penutupan jalan-jalan yang tergenang, pembatalan penerbangan, dan penyebaran peringatan darurat melalui berbagai platform media sosial.
Upaya pemulihan segera dilakukan, melibatkan penggunaan pompa air skala besar dan pengerahan tim darurat. Laporan menunjukkan bahwa Sharjah, misalnya, berhasil kembali ke kondisi normal dalam waktu sekitar satu hari berkat respons yang terorganisir. Pengalaman ini membuka diskusi penting mengenai langkah pencegahan di masa depan. Peningkatan sistem drainase perkotaan, investasi dalam teknologi peringatan dini yang lebih canggih, dan bahkan eksplorasi lebih lanjut terhadap teknologi seperti cloud seeding (penyemaian awan), yang telah digunakan UEA untuk meningkatkan curah hujan, menjadi beberapa opsi yang mungkin dipertimbangkan.
Fenomena banjir Desember 2025 ini secara tegas menegaskan kerentanan UEA terhadap perubahan iklim, terlepas dari reputasinya sebagai negara yang berinovasi dalam teknologi cuaca. Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan untuk memperkuat infrastruktur guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan, sambil terus beradaptasi dengan realitas perubahan iklim yang semakin nyata.























