Kamis, 12 Juni 2025
  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK
No Result
View All Result
WartakitaID
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK
No Result
View All Result
WartakitaID
No Result
View All Result
Home Warta Nasional

15 Agustus 1945: Para Pemuda Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta Memproklamirkan Kemerdekaan

by Redaktur
15/08/2020
in Warta Nasional
Reading Time: 8 mins read
A A
15 Agustus 1945: Para Pemuda Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta Memproklamirkan Kemerdekaan

Penyerahan hadiah lomba #17an tingkat Kota Makassar, 2011.

Kabar kekalahan Jepang dan penyerahan kekuasaan Jepang kepada Sekutu telah beredar luas di berbagai radio di Indonesia, khususnya di Jakarta. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Hatta, Soebardjo serta tokoh-tokoh yang semula tidak percaya mengenai berita kekalahan Jepang mendengarkan sendiri melalui siaran radio.

Di tempat terpisah, para pemuda dan mahasiswa melakukan pertemuan guna membahas persoalan langkah-langkah yang dipersiapkan untuk merespon berita kekalahan Jepang dari Sekutu.

Ini Lirik Lagu Indonesia Raya 3 Stanza

16 Agustus 1945: Soekarno dan Hatta Diculik

Pencipta Lagu 17 Agustus Tahun 45 (Hari Merdeka), Seorang Komponis Musik Kebangsaan dan Anak-anak

Lagu Indonesia Raya Berkumandang

Para pemuda dan mahasiswa ini juga sempat mendengarkan kabar dan laporan dari Sutan Syahrir yang mengunjungi Hatta dan Soekarno pada tanggal 14 Agustus 1945. Seorang tokoh pemuda, yaitu Wikana mendesak Soekarno untuk segera melaksanakan proklamasi tanpa melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Tidak menemui hasil, dalam rapat pemuda diputuskan untuk mengambil Soekarno dan Hatta dari rumahnya masing-masing untuk dibawa ke Rengasdengklok. Tanggal 15 Agustus 1945 adalah bagian dari kronik sejarah jelang dilaksanakannya prokalamasi kemerdekaan Indonesia.

Soekarno, Hatta dan Subardjo: Kunjungan ke Rumah Laksamana Tadeshi Maeda

Bersama dengan Mohammad Hatta dan Subardjo, Soekarno mengunjungi kantor Gunseikanbu di Jawa yang beralamat di Gedung Battafsche Petroleum Maatschappij (sekarang Gedung Pertamina Pusat, Jl. Perwira).

Sesampainya di tempat, ternyata Gunseikan tidak ada di tempat. Mereka bertiga kemudian pergi kantor Laksamana Tadeshi Maeda. Saat bertemu dengan Maeda, Soekarno memberitahu perihal berita kekalahan Jepang. Disini Maeda tidak segera merespon. Ia diam sebentar kemudian menerangkan bahwa dirinya belum menerima pemberitahuan resmi dari Tokyo. Menurut Maeda, kabar berita tersebut tidak benar.

Pada saat bersamaan, Jepang juga sedang bergejolak.

Pengumuman yang harusnya berlangsung tanpa halangan ini berlangsung tegang. Sekitar 1.000 tentara yang dipimpin Mayor Kenji Hatanaka menyerbu masuk ke Istana Kaisar dengan tujuan mencari rekaman pengumuman dari Sang Kaisar dan mencegahnya ditransmisikan pada rakyat.

Serangan ini berhasil ditangkal tentara yang setia pada Kaisar Hirohito. Pengumuman menyerah ditunda sehari kemudian, tanggal 15 Agustus, Jepang resmi menyerah pada Sekutu. Siang harinya, Hatanaka yang paling anti-menyerah, mencabut pistol dan menembak kepalanya sendiri.

Di tempat lain pada tanggal 15 Agustus 1945, terjadi pertemuan oleh sejumlah pemuda dan mahasiswa.

Bertempat di asrama mahasiswa kedokteran, Jalan Prapatan 10, sejumlah pemuda dan mahasiswa berkumpul dan membicarakan kemungkinan dilaksanakannya proklamasi. Mereka yakin bahwa Jepang sudah menyerah dan Sekutu telah memberi ultimatum kepada Jepang untuk melakukan serah terima kekuasaan yang dilakukan sebelum tanggal 15 Agustus 1945.

Dalam rapat ini, para pemuda dan mahasiswa kembali menegaskan keputusan sehari sebelumnya bahwa proklamasi harus dilakukan sedini mungkin dan melalui Soekarno dan Mohammad Hatta tanpa campur tangan sama sekali dari pihak Jepang.

Pergerakan Pemuda: Rapat di Jl. Pegangsaan Timur No. 17

Sore harinya, masih di tanggal 15 Agustus 1945, sesuai rencana kemarin malam (14 Agustus 1945), para pemuda dan mahasiswa berkumpul kembali di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi, di Jalan Pegangsaan Timur No. 17 (sekarang Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia).

Di ruangan ini tercatat para pemuda dan mahasiswa yang hadir di antaranya: Djohar Nur, Soebadio Sostrosatomo, Margono, Wikana, Chaerul Saleh, Bonar SK, AB Loebis, Darwis Karimoeddin, Syarif Thayeb, Erie Soedewo, Chandra Alif. Wahidin, Soebianto, dan Nasrun Iskandar.

Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh tersebut membahas tuntutan dan usulan yang akan dikemukakan kepada Soekarno dan Mohammad Hatta, agar agenda proklamasi segera dilaksanakan tanpa terkait dengan Jepang. Para pemuda ini merasa perlu untuk mendesak Soekarno.

Hal ini dilatarbelakangi laporan Sutan Syahrir saat melakukan pertemuan dengan Soekarno dan Hatta pada hari sebelumnya (14 Agustus 1945), keduanya enggan melaksanakan proklamasi karena menganggap kekuatan Jepang masih terlalu kuat dan rakyat yang akan menjadi korban bila memaksakan proklamasi dilaksanakan.

Para pemuda melihat jika tidak segera dilaksanakan, maka Jepang yang menyerah tanpa syarat akan mengalihkan kekuasaannya kepada tentara Sekutu. Mereka sepakat mendesak Soekarno, karena Soekarno baru akan memutuskan agenda proklamasi setelah disampaikan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang akan diselenggarakan besok pada 16 Agustus 1945.

Kunjungan Wikana & Darwis di Kediaman Soekarno

Rapat pemuda dan mahasiswa di Jl. Pegangsaan Timur No. 17 telah selesai. Selanjutnya, para pemuda dan mahasiswa ini membawa hasil rapat ke kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Pemuda yang membawa hasil rapat ini adalah Wikana, Darwis, Soeroto, Koento, dan Soebadio.

Pertemuan dengan Soekarno tidak membawa hasil. Gagal memaksa Seoekano untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan tanpa melalui campur tangan PPKI.

Wikana sempat mengancam Soekarno akan terjadi pertumpahan darah apabila tidak segera dilaksanakan proklamasi. Tapi Soekarno bersikeras untuk melapor lebih dahulu kepada PPKI karena merasa memiliki tanggung jawab sebagai ketua.

Keputusan Rapat Pemuda di Asrama Cikini 71

Pada tengah malam, para pemuda dan mahasiswa kembali berkumpul di salah satu Asrama Cikini 71. Pertemuan mereka ini untuk membahas mengenai hasil pertemuan para pemuda dan mahasiswa sepulang dari kediaman Soekarno.

Dilaporkan oleh Wikana di rapat, bahwa dirinya mengancam akan terjadi pertumpahan darah, apabila Soekarno tidak melaksanakan tuntutan para pemuda untuk melaksanakan proklamasi besok yaitu pada tanggal 16 Agustus 1945.

Wikana bercerita bahwa Soekarno mengatakan, “Inilah leherku. Saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepaskan tanggung jawab saya sebagai Ketua PPKI. Karena itu saya akan tanyakan kepada wakil-wakil PPKI besok.”

Rapat para pemuda dan mahasiswa memutuskan untuk mengambil Soekarno dan Hatta dari rumahnya masing-masing. Seperti diusulkan oleh Djohar Nur, “Segera bertindak, Bung Hatta dan Bung Karno harus kita angkat dari rumah masing-masing” Chaerul Saleh juga menegaskan bahwa pengambilan Bung Karno dan Bung Hatta agar dapat terwujudnya proklamasi tanggal 16 Agustus 1945.

Chaerul Saleh menekankan, “Bung Karno dan Bung Hatta kita angkat saja. Malam ini juga selamatkan mereka dari tangan Jepang dan laksanakan Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945.”

Pelaksanaan tugas diserahkan kepada dr. Soetjipto dari organisasi “Peta Jaga Monyet” dan Sukarni.

Kemudian, dipilihlah daerah Rengasdengklok tempat tujuan di sana ada Surjoputro, seorang Daidanco yang membantu perjuangan kemerdekaan.

Selain itu, juga terdapat Soebono, Soejono Hadipranoto, dan Umar Bachsan, para pimpinan daerah dan asisten wedana di Rengasdengklok.

Rapat selesai, dini hari pada tanggal 16 Agustus 1945, dengan di bawah pengawalan dari Sodanco, bernama Singgih, para pemuda menjemput Soekarno dan Hatta di rumahnya masing-masing dan dibawa ke Rengasdengklok.

Dalam Rapat tersebut menghasilkan keputusan:

  • Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar melepaskan ikatannya dengan Jepang dan harus bermusyawarah dengan pemuda.
  • Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar dengan atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia malam itu juga atau paling lambat 16 Agustus 1945.

Di Rengasdengklok Teks Proklamasi milik Syahrir dikumandangkan Soekarno

Sayangnya Teks Proklamasi versi Syahrir hilang dan tidak ditemukan sampai saat ini. Menurut rumor, saksi sejarah teks itu hanya berisi kami bangsa indonesia tidak mau menjadi alat investasi negara satu dan negara lain.

Pindah ke Cirebon
Begitu Jepang kalah perang, Sjahrir ingin kemerdekaan Indonesia dikumandangkan secepatnya. Proklamasi Cirebon dibacakan lebih cepat.

TUGU berwarna putih dengan ujung lancip menyerupai pensil itu berdiri tegak di tengah jalan di dekat alun-alun Kejaksan, Cirebon. Tugu yang sama, dengan tinggi sekitar tiga meter, menancap di halaman Kepolisian Sektor Waled di kota yang sama.

Tak banyak warga Cirebon tahu dua tugu tersebut merupakan saksi sejarah. Di tugu itu, pada 15 Agustus 1945, dokter Soedarsono membacakan teks proklamasi.

”Hanya para sesepuh yang mengingat itu sebagai tugu peringatan proklamasi 15 Agustus,” tutur Mondy Sukerman, salah satu warga Cirebon yang aktif dalam Badan Pekerja Pengaktifan Kembali Partai Sosialis Indonesia. Kakek Mondy, Sukanda, aktivis Partai Sosialis Indonesia, hadir saat proklamasi ini dibacakan di kota udang itu.

Saat Soedarsono membacakan Teks Proklamasi, sekitar 150 orang memenuhi alun-alun Kejaksan. Sebagian besar anggota Partai Nasional Indonesia Pendidikan. Cirebon memang merupakan salah satu basis PNI Pendidikan. Soedarsono sendiri tokoh gerakan bawah tanah pimpinan Sjahrir di Cirebon.

Setelah siaran radio BBC pada 14 Agustus 1945 mewartakan kekalahan Jepang oleh Sekutu, Sjahrir berambisi menyiarkan kemerdekaan Tanah Air secepatnya. Sjahrir menunggu Bung Karno dan Bung Hatta untuk menandatangani Teks Proklamasi sebelum 15 Agustus 1945. Sjahrir khawatir proklamasi yang muncul selewat tanggal itu dianggap bagian dari diskusi pertemuan antara Soekarno, Hatta, dan Marsekal Terauchi di Saigon. Ternyata harapannya tidak tercapai.

Ada dua versi asal-usul penyusunan teks proklamasi versi Cirebon. Menurut Maroeto Nitimihardjo, lewat kesaksian anaknya, Hadidjojo Nitimihardjo, Soedarsono tak pernah menerima Teks Proklamasi yang disusun Sjahrir. Maroeto salah satu pendiri PNI Pendidikan.

Informasi diperoleh Maroeto ketika bertemu dengan Soedarsono di Desa Parapatan, sebelah barat Palimanan, saat mengungsikan keluarganya selang satu hari sebelum teks dibacakan di Cirebon. Soedarsono mengira Maroeto membawakan teks proklamasi dari Sjahrir.

”Saya sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon,” ungkap Hadidjojo dalam buku Ayahku Maroeto Nitimihardjo: “Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan”. Sayang, jejak teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono tak berbekas. Tak ada yang memiliki dokumennya.

Kisah berseberangan diungkap Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Menurut Des, Teks Proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya.

Penyusunan Teks Proklamasi ini, antara lain, melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dikerjakan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus. Asrama Prapatan kala itu sering dijadikan tempat nongkrong para anggota gerakan bawah tanah.

Des hanya mengingat sebaris teks proklamasi versi kelompok gerakan bawah tanah: ”Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.”

Dalam buku Rudolf Mrazek berjudul Sjahrir, Sjahrir mengatakan Teks Proklamasinya diketik sepanjang 300 kata. Teks itu bukan berarti anti-Jepang atau anti-Belanda. ”Pada dasarnya menggambarkan penderitaan rakyat di bawah pemerintahan Jepang dan rakyat Indonesia tidak mau diserahkan ke tangan pemerintahan kolonial lain,” kata Sjahrir seperti ditulis dalam buku Mrazek. Sjahrir pun mengatakan kehilangan Teks Proklamasi yang disimpannya.

Selain mempersiapkan proklamasi, Sjahrir dengan semangat tinggi mengerahkan massa menyebarkan ”virus” proklamasi. Stasiun Gambir dijadikan arena untuk berdemonstrasi. Stasiun radio dan kantor Polisi Militer pun sempat akan diduduki. Kala itu, Des dan sekelompok mahasiswa bergerak hendak membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir agar Teks Proklamasi tersebar. Usaha tersebut gagal karena Kenpeitai menjaga rapat stasiun radio tersebut.

Namun, simpul-simpul gerakan bawah tanah terus bergerak cepat, menderu-deru dari satu kota ke kota lain, menyampaikan pesan Sjahrir. Dan keinginan Sjahrir agar Proklamasi Indonesia segera didengungkan itu pun sampai di Cirebon.

Diolah dari berbagai sumber.

Tags: agustusanKemerdekaanProklamasiSejarah
Share104Tweet65Send
Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger

ARTIKEL TERKAIT

25 Lokasi Kamera Tilang Elektronik di Jakarta

25 Lokasi Kamera Tilang Elektronik di Jakarta

09/02/2020
Pemilu 2024: Kakanwil Kemenkumham Sulsel instruksikan Jajarannya Menjaga Netralitas

Pemilu 2024: Kakanwil Kemenkumham Sulsel instruksikan Jajarannya Menjaga Netralitas

06/02/2024
pasangan kepala daerah terpilih kabupaten gowa adnan-kio dilantik bulan maret 2016

Pasangan kepala daerah terpilih Kabupaten Gowa Adnan-KIO dilantik bulan Maret 2016

20/01/2016
Jamin Keberhasilan Belajar Siswa dengan Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat

Jamin Keberhasilan Belajar Siswa dengan Akuntabilitas, Transparansi, dan Partisipasi Masyarakat

11/05/2017
Next Post
Dipermalukan Bayern Munchen, Barcelona Dianggap Sedang Bermasalah

Dipermalukan Bayern Munchen, Barcelona Dianggap Sedang Bermasalah

Aksi Total Ketua TP PKK Kota Makassar Jalankan Perintah Presiden RI

Aksi Total Ketua TP PKK Kota Makassar Jalankan Perintah Presiden RI

16 Agustus 1945: Soekarno dan Hatta Diculik

16 Agustus 1945: Soekarno dan Hatta Diculik

Hasil Liga Champions: Lyon Singkirkan Manchester City 3-1

Hasil Liga Champions: Lyon Singkirkan Manchester City 3-1

TERPOPULER-SEPEKAN

  • 10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    10 Model Rambut Pria yang Cocok Untuk Menutupi Pipi Chubby 💈✂️

    2529 shares
    Share 1012 Tweet 632
  • Spesifikasi Rekomendasi PC untuk Main Minecraft Java Edition

    1414 shares
    Share 566 Tweet 354
  • Smoothing dan Coloring Bersamaan Bisa Merusak Rambut?

    3191 shares
    Share 1276 Tweet 798
  • 5 Rekomendasi Potongan Rambut Pria saat Melamar Kerja, Rapi, Simpel dan Stylish

    361 shares
    Share 144 Tweet 90
  • Trend Model Rambut Pria 2023

    2071 shares
    Share 828 Tweet 518
  • 10 Parfum Pria Terbaik 2024: Aroma Elegan untuk Pria Percaya Diri

    1119 shares
    Share 448 Tweet 280
  • Cara Mendapatkan YouTube Music Premium Tanpa Berlangganan

    946 shares
    Share 378 Tweet 237
  • Mengenali Jenis Rambut Dan Cara Merawatnya

    514 shares
    Share 206 Tweet 129
  • Ustaz Yahya Waloni Wafat Usai Sampaikan Khutbah Jumat di Makassar

    20 shares
    Share 8 Tweet 5
  • Timnas Indonesia Tundukkan China 1-0, Branko Ivankovic: Ini Tim Kuat!

    19 shares
    Share 8 Tweet 5

WARTA-TERKINI

Bitcoin, Ethereum & Fungsinya dalam Transaksi, Investasi, dan Smart Contract
Tekno

Bitcoin, Ethereum & Fungsinya dalam Transaksi, Investasi, dan Smart Contract

11/06/2025

Mengenal Cryptocurrency Terpopuler dan Fungsinya dalam Transaksi Belakangan ini, cryptocurrency makin populer di Indonesia. Banyak orang mulai tertarik untuk menggunakan...

Read moreDetails

Taat Hukum Harus Dimulai oleh Penegak Hukum Itu Sendiri

Tips Mengatasi Rambut Rontok untuk Pria dan Wanita

Tips Memilih Bahan Hijab yang Nyaman untuk Kulit Sensitif

Timnas Indonesia Tumbang 0-6 dari Jepang, tapi Masih Punya Harapan Menuju Piala Dunia 2026

Cara Upgrade RAM dan SSD pada Laptop

Chatbot, Analisis Data & Otomatisasi Pemasaran

Memadukan Outerwear dengan Hijab dan Non-Hijab

Tips Memilih Power Bank yang Aman dan Tahan Lama untuk Pengguna Gadget di Indonesia

Tips Memilih Foundation Sesuai Warna Kulit Indonesia

Ini Cara Backup Data Otomatis di Android dan iOS

LINGKUNGAN-HIDUP

Longsor Gunung Kuda: Luka Lama yang Tak Pernah Sembuh
Alam dan Lingkungan Hidup

Longsor Gunung Kuda: Luka Lama yang Tak Pernah Sembuh

05/06/2025

Tragedi longsor di Gunung Kuda, Cirebon, yang menewaskan 21 orang bukan cuma soal bencana alam. Ini soal kelalaian berulang yang...

Read moreDetails

Cara Mengurangi Sampah Plastik di Kehidupan Sehari-hari

Ketika Istanbul Berguncang 6,2 SR saat perayaan Hari Anak

Gempa M 5,6 Guncang Sukabumi, Getaran Terasa Hingga Jakarta Utara, Bandung dan Purwokerto

Siklon Tropis Errol Menggila di Selatan NTT, Tapi Bukan yang Terkuat di 2025!

Gempa M 5,3 Guncang Bayah Banten, Getaran Terasa Hingga Jakarta

Pulau Doi Diguncang Gempa M6,0 pada Dini Hari BMKG: Tidak Ada Ancaman Tsunami, Warga Diminta Tetap Waspada

  • beranda
  • kontak
  • layanan
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

©2021 wartakita media

  • Login
No Result
View All Result
  • 🏠
  • ALAM
  • WARTA
    • #CEKFAKTA
    • HIBURAN
    • HUKUM
    • OLAHRAGA
    • KESEHATAN
    • KEUANGAN
    • KULINER
    • NUSANTARA
    • PENDIDIKAN
    • GLOBAL
  • GAYA
  • MAKASSAR
  • SEPAK BOLA
  • TEKNOLOGI
  • OTOMOTIF
  • KONTAK

©2021 wartakita media

wartakita.id menggunakan cookies tanpa mengorbankan privasi pengunjung.