Wartakita.id, SUMATERA – Banjir dan longsor di Sumatra per 12 Desember 2025 pagi menewaskan 995 orang. Sebanyak 226 lainnya masih hilang. Ribuan orang luka-luka dan mengungsi. Upaya pencarian terus dilakukan di tengah cuaca buruk.
Wilayah terdampak paling parah adalah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ribuan rumah dan infrastruktur penting rusak parah. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 10 triliun.
Presiden Prabowo Subianto langsung memimpin respons bencana. Gubernur Aceh Muzakir Manaf menetapkan status darurat selama 14 hari. Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Palang Merah Indonesia (PMI) nasional bekerja keras di lapangan. Bantuan internasional dari Malaysia dan Singapura juga mulai tiba di Aceh.
Upaya Evakuasi dan Bantuan Logistik
Evakuasi korban dan warga terdampak terus dilakukan hingga dini hari. Hujan deras memperlambat proses pencarian dan memperburuk kondisi para pengungsi. Pendistribusian bantuan logistik seperti makanan dan tenda menjadi prioritas utama.
Kelangkaan air bersih menjadi isu krusial bagi para pengungsi. BNPB mengerahkan drone SAR dan satelit untuk membantu pencarian korban hilang. PMI mendirikan 500 posko kesehatan untuk menangani korban luka.
Komunitas lokal berkoordinasi melalui grup WhatsApp untuk menyalurkan bantuan. Donasi online yang terkumpul sudah mencapai Rp 2 miliar. Presiden Prabowo mengalokasikan dana darurat sebesar Rp 7 triliun untuk penanganan bencana dan memerintahkan rekonstruksi segera.
Dampak Jangka Panjang dan Mitigasi
Pemerintah berencana memindahkan pemukiman warga dari zona rawan bencana. Ini merupakan langkah mitigasi jangka panjang untuk mencegah korban serupa di masa mendatang. Pemulihan infrastruktur dan ekonomi diperkirakan memakan waktu lama.
Peristiwa ini menjadi ujian kredibilitas bagi pemerintahan baru. Harapan besar tertuju pada ditemukannya korban hilang agar keluarga dapat mengikhlaskan duka mereka. Media sosial diramaikan dengan tagar #BencanaSumatra yang telah dilihat lebih dari satu juta kali.
Sungai Batanghari dan pantai barat Sumatra kini masuk zona rawan longsor tambahan. Para nelayan dan petani menjadi kelompok rentan utama akibat bencana ini.























