Wartakita, JAKARTA – Ada banyak pesan dan kesan saat pelantikan Kapolri kemarin, Rabu 13/07. Tepuk tangan membahana di sekujur penjuru Istana Negara ketika Jenderal Tito Karnavian berpelukan dengan seniornya, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan. Kekakuan yang mungkin ada antara senior dan yunior yang banyak dikuatirkan pengamat tidak terbukti.
Jenderal Pol. Badarodin Haiti memberikan memo kepada suksesornya Jenderal Pol Tito Karnavian setebal 2 centimeter berisi memo tentang keberhasilan dan pencapaian di masa kepemimpinan Jenderal Pol. Badrodin Haiti.
Selain pencapaian, Kaplori baru juga menerima tugas-tugas yang belum sempat diselesaikan di masa bakti Jenderal Pol. Badrodin Haiti. Salah satunya adalah penangkapan kelompok Santoso di Poso.
Selain soal Santoso, Badrodin mengaku memberikan catatan soal peningkatan sumber daya manusia. Menurut dia, pengembangan sumber daya manusia nantinya pada masa kepemimpinan Tito tak boleh fokus pada penambahan jumlah, melainkan pada perbaikan kualitas.
Secara terpisah, Tito mengakui perburuan Santoso akan digalakkan. Menurut dia, tertangkapnya Santoso hanya masalah waktu. “Perburuannya enggak gagal. Jumlah anggota sudah berkurang. Sekarang malah mereka dalam posisi tertekan,” tuturnya.
Citra Kepolisian Republik Indonesia di mata masyarakat saat ini sudah jauh lebih baik bila dibandingkan saat mencapai titik nadir saat skandal Cicak vs Buaya.
Teringat obrolan dengan seorang paman pensiunan perwira menengah kepolisian yang cita-citanya pribadi yang belum terwujud. Ingin melihat Kepolisian RI seperti Scotland Yard, polisi Inggris. Bukan meniru struktur organisasi atau hal teknis lainnya, namun meniru rasa aman yang bisa dihadirkan oleh seorang anggota “Scotland Yard”. Kehadiran satu orang anggota Scotland Yard di tahun 1990-an akan memberi rasa aman pada masyarakat dalam radius 1 kilometer.
Bila melihat keramahan anggota kepolisian di jalan raya, nampaknya Kepolisian Republik Indonesia sedang menuju hal yang sama dengan Scotland Yard, apalagi makin banyak polisi yang berpenampilan menarik dan cantik.
Ketidakpercayaan kepada institusi kepolisian yang sedang terjadi di Amerika semoga tidak terjadi di Indonesia. Nusantara Indonesia tidak memiliki sejarah budaya rasis hingga menimbulkan kebencian atau ketakutan tidak beralasan. Beberapa pertikaian berbau SARA yang pernah terjadi selalu bisa didamaikan saat melihat segala perbedaan tersebut terbingkai dan terjalin dalam kebangsaan yang satu. Nusantara tidak punya sejarah di mana angkatan bersenjata dan kepolisiannya berpihak kepada selain negara dan rakyat. Bahkan saat reformasi 1998, meski mampu mengambil alih kekuasaan, kedua institusi pengawal bangsa dan negara tersebut memilih berpihak kepada kepentingan lebih besar, rakyat dan rakyat.