Indonesia ke fase gugur 16 besar Piala Asia untuk pertama kalinya usai menjadi salah satu dari empat tim peringkat ketiga terbaik. Tim Garuda berada di posisi ketiga Grup D dengan tiga angka di bawah Irak dan Jepang.
Menilik dari hal ini, Australia jelas lebih diunggulkan untuk melaju ke perempatfinal. Apalagi, kedua negara punya jarak ranking FIFA yang begitu jauh. Indonesia di peringkat ke-146 sedangkan Australia jauh di atasnya dengan menempati posisi ke-25.
Hal tersebut dibuktikan dengan Indonesia yang selalu mampu mencetak gol di tiga laga fase grup. Irvine sangat menantikan duel menghadapi Indonesia.
“Menyenangkan bermain melawan tim baru yang berbeda, lawan baru, jenis sepak bola yang sangat berbeda dan itu akan sangat menarik. Saya sangat menantikannya,” ujar Irvine dikutip dari Daily Mail.
“Saya telah menonton sebagian besar pertandingannya, dan mereka [Indonesia] melakukannya dengan sangat baik. Kami memperkirakan pertandingan yang sulit seperti biasanya melawan tim yang telah menunjukkan kemampuan mencetak gol,” ungkap pemain St Pauli ini.
Jackson Irvine, gelandang Australia yang siap menghadapi Timnas Indonesia di babak 16 besar Piala Asia 2023, tidak hanya dikenal karena keterampilan sepak bolanya, tetapi juga sebagai raja hipster sepak bola.
Sebagai individu yang membawa budaya pop dan gaya hidup ke dalam dunia sepak bola, Jackson Irvine memiliki kisah yang unik dan tato-tato yang menceritakan perjalanan hidupnya.
Beberapa hari sebelum berangkat ke Piala Asia mewakili Australia, Jackson Irvine duduk di desa pesisir Brunswick Heads, merenung tentang tatonya yang penuh makna. Tato pertamanya, sebuah bunga kecil, adalah awal dari kisah “inkarnasinya”.
Namun, yang paling menonjol adalah tato Buffy yang mencerminkan penghormatannya pada episode kultus “Once More With Feeling” dari serial TV “Buffy the Vampire Slayer.”
Tato-tato Jackson Irvine menjadi jendela ke dalam karakternya dan mencerminkan obsesinya terhadap budaya pop. Dari “Twin Peaks” hingga rapper MF DOOM, setiap tato menceritakan bagian dari dirinya tanpa perlu sepatah kata pun.
Jackson Irvine percaya bahwa tato-tato ini memberikan pandangan yang lebih dalam kepada orang-orang tentang siapa dirinya.
Jackson Irvine tidak menganggap dirinya sebagai pemimpin budaya sepak bola, tetapi dia tahu bahwa suaranya memiliki dampak. Dukungan dari klubnya memberinya kesempatan untuk lebih vokal tentang hal-hal yang dia pedulikan. Baginya, penting untuk membicarakan isu-isu yang membentuk dunia di luar sepak bola.