DEPOK – Menu pencegah stunting dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kota Depok tengah menjadi sorotan usai viral di media sosial.
Dalam unggahan di akun Instagram @depok24jam disebutkan, menu makanan pencegahan stunting pada hari pertama hanya berupa nasi dan sayur sop, sedangkan menu hari kedua cuma dua bungkus otak-otak. Pada foto yang diunggah, terlihat menu berupa nasi putih dalam wadah bening dengan tutup warna-warni dan kuah sup dibungkus plastik.
Anggota Komisi D DPRD Kota Depok Ikravany Hilman mengaku heran dengan menu pencegah stunting yang disajikan. Ikra mempertanyakan kandungan gizi dalam makanan tersebut, mengingat program PMT seharusnya bertujuan untuk menurunkan tingkat stunting di Kota Depok.
“Ini seolah-olah ingin menggugurkan kewajiban saja, padahal anggarannya itu hampir Rp 4,4 miliar,” kata dia.
Program tersebut menelan anggaran sekitar Rp 4,4 miliar, dengan perincian Rp 18.000 untuk satu paket makanan.
Sudah sesuai pedoman Kemenkes, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Mary Liziawati menjelaskan. “Dasar kami adalah buku standar resep ini karena memang ada standar kebutuhan gizi yang harus kita penuhi,” ujar dia. “Kami berusaha menyusun menjadi satu master menu yang bisa dipakai oleh teman-teman puskesmas dan katering untuk diberi kepada balita, dan tentu saja harus disesuaikan dengan standar umur si balita,” tutur dia. Ada biaya lain Mery menyampaikan, anggaran PMT untuk satu bayi adalah Rp 18.000 per hari dengan masa program 28 hari. Target dari program tersebut adalah 9.882 balita di Kota Depok.
“Anggarannya dari DID ya, dari APBN, Dana Insentif Daerah tahun 2023, biaya per anaknya Rp 18.000 per balita per hari,” kata Mary. Mary menjelaskan, anggaran Rp 18.000 per balita bukan hanya untuk makanan, tetapi untuk keseluruhan barang yang dibelanjakan, itu termasuk biaya untuk kemasan, transportasi, hingga biaya admin aplikasi.
“Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Rp 18.000 ini all in ya, yang sampai ke rumah masing-masing sasaran. Ada biaya pajak, administrasi di aplikasi, transportasi, kemudian kemasan dan lain sebagainya,” kata Mary.
Misalnya, untuk menu tahu kukus, menurut Mary, tidak hanya tahu yang disajikan. Tahu itu sudah dicampur daging ikan dan ayam sesuai takaran kebutuhan protein balita. “Ini juga ramai, itu tahu dua biji Rp 18.000, ya nanti kita lihat tahunya itu isinya apa sih? Ya tahu goreng bulat dimasak dadakan? Enggak,” kata dia.
Untuk kemasan makanan, wadah yang digunakan bukan untuk sekali pakai, melainkan bisa dipakai berulang kali. Mary mengatakan, harganya tentu lebih mahal dibanding memakai wadah sekali pakai dengan potensi penumpukan sampah.
“Untuk kudapan (PMT) kita tidak ingin Kota Depok menambah jumlah sampah, jadi kita pastikan jangan pakai wadah sekali pakai. Nanti timbunan sampah Kota Depok 9.882 sampah setiap harinya, mau seperti apa?” kata dia.
“Jadi mereka harus menyediakan dua wadah. Satu buat dipakai, kemudian besoknya pakai wadah yang baru, wadah lama dicuci ya. Jadi tidak menimbulkan sampah,” imbuh dia.
Kemudian, setiap tujuh hari sekali, balita akan diberi paket makanan lengkap yang bukan hanya kudapan sebagaimana tahu kukus dan bola-bola kentang.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Mary luput dari perhatian masyarakat hingga mereka membandingkan harga menu PMT dengan anggaran Rp 18.000 tersebut.
“Nanti kalau beli lagi suruh pakai lagi, sudah berapa biayanya kotak begitu, nanti enggak cukup Rp 18.000 untuk bikin makanan lokal. Hal-hal ini yang kadang bikin kita lupa, lihatnya cuma dua tahu Rp 18.000,” ujar dia.
Terlepas dari harga per satu paket makanan program pencegahan stunting tersebut, menurut Kementerian Kesehatan RI, mengutip laman web resminya, memang tidak harus mahal.
Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Hal ini biasanya terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dan apabila tidak tertangani maka akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Salah satunya dengan mengeluarkan Perpres Nomor 72 tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan stunting. Yang berisi 5 pilar dengan salah satunya adalah peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat.
Salah satu faktor penyebab terjadinya stunting adalah rendahnya tingkat asupan gizi baik pada ibu hamil maupun anak. Seperti yang kita ketahui makanan bergizi tidak harus didapatkan dari makanan yang benilai mahal atau berbahan import.
Penting untuk memperhatikan angka kecukupan gizi (AKG) dalam menyusun menu harian untuk mencegah stunting.
Bahan makanan murah meriah dan mudah didapatkan di sekitar:
- Tempe dan tahu makanan berbahan dasar kedelai. Dengan kandungan protein setiap 100 gram untuk tempe kurang lebih sebesar 14 gram dan 100 gram tahu sebesar 10,9 gram.
- Kacang – kacangan, salah satunya kacang hijau yang setiap 100 gramnya memiliki kandungan protein sebesar 8,7 gram yang banyak digunakan sebagai PMT pada Posyandu Balita
- Telur ternyata juga dapat mencegah stunting, salah satunya dengan menambahkan 1 butir telur pada menu harian baik itu untuk ibu hamil, ibu menyusui maupun balita
- Hati ayam, ternyata dalam setiap 100 gram hati ayam mentah memiliki protein sebesar 27,4 gram jauh lebih tinggi proteinnya jika dibandingkan dengan daging ayam,proteinnya sebesar 18,2 gram .
- Ikan, Indonesia terkenal sebagai negara penghasil ikan. Salah satunya adalah ikan kembung yang nilai gizinya hampir sama dengan dengan ikan salmon. Jadi tak harus merogoh kocek yang dalam untuk mendapatkan bahan makanan yang bergizi.
Selain makanan diatas, ASI juga tak kalah penting manfaatnya untuk menurunkan stunting, tetaplah mengASIhi sampai anak berumur 2 tahun.
Tetap berpedoman pada ISI PIRINGKU untuk setiap kali makan dengan 50 persen buah dan sayur dan 50 persennya karbohidrat dan protein. Mari cegah Stunting sejak dini.