Juni 2025 akan dicatat dalam buku sejarah diplomatik Indonesia sebagai bulan yang menegangkan. Insiden “srempetan” di Laut Natuna Utara bukan sekadar gesekan fisik antar kapal, melainkan benturan dua hegemoni besar yang menyeret Indonesia ke tengah pusaran.
Berbeda dengan respons tahun-tahun sebelumnya yang cenderung soft, tahun 2025 Indonesia menunjukkan gigi. Pengiriman nota protes diplomatik yang diikuti dengan gelar latihan gabungan “Garuda Shield” terbesar dalam sejarah di bulan Juli adalah sinyal tegas.
Analis pertahanan menilai langkah ini berisiko namun perlu. Di satu sisi, Indonesia menjaga kedaulatan. Di sisi lain, Jakarta harus bermain cantik agar hubungan dagang dengan mitra ekonomi utama di Utara tidak runtuh. Inilah seni diplomasi tingkat tinggi: memegang perisai di tangan kanan, dan menjabat tangan dagang di tangan kiri.
Keluarnya dokumen “Jakarta Framework” di akhir tahun menjadi bukti bahwa Indonesia memilih jalan ketiga: bukan memihak blok Barat atau Timur, melainkan memimpin blok stabilitas ASEAN. Sebuah pertaruhan mahal yang sejauh ini berhasil menjaga marwah bangsa.























