Jumat, 2 Juni 2023
  • kontak
  • beriklan
  • privasi
  • perihal
wartakita.id
  • BERANDA
  • PERUBAHAN IKLIM
  • DUKUNG UMKM
  • KONTAK
  • LAYANAN
No Result
View All Result
wartakita.id
  • BERANDA
  • PERUBAHAN IKLIM
  • DUKUNG UMKM
  • KONTAK
  • LAYANAN
No Result
View All Result
wartakita.id
No Result
View All Result
ads ads ads
Home Alam dan Lingkungan Hidup

Mengejar minus 2 derajat celcius

14 Desember 2015
in Alam dan Lingkungan Hidup, Esai
Reading Time: 3 mins read
A A

Pada konferensi perubahan iklim global di Paris barusan (1/12), para negara peserta (COP21) konferensi internasional termasuk Indonesia, sepakat kenaikan suhu permukaan bumi tahun depan (2016) dipertahankan maksimal 2 derajat celcius. Beberapa negara bahkan ingin agar lebih rendah, kenaikan suhu permukaan bumi yang dibolehkan hanya 1,5 derajat celcius.

Indonesia mengambil 1.5 sebagai daerah “hati-hati” dan 2 derajat sebagai “bahaya”. Agar pembangunan fisik tetap berlangsung. Sesuai hukum fisika, setiap gerakan, aksi, dan konversi hampir selalu diikuti dengan pelepasan panas. Upaya mengerem pemanasan suhu permukaan bumi yang disepakati di Paris amat realistis. Bila belum bisa menurunkan suhunya, setidaknya perlambat.

Rekor Panas Tertinggi di Vietnam Mencapai 44,1 Derajat Celcius

BNPB: Gempa Mentawai Terasa Kuat Selama 30 Detik

BMKG: Peringatan Dini Tsunami Gempa 7,3 Sudah Berakhir

Kita Bisa Lebih
Lebih dari sekedar perlambat kenaikan suhu permukaan bumi, sampai menurunkan. Di konferensi resmi lazim bila hanya membicarakan hal-hal formal, bila tidak bisa disebut basa-basi. Maklum, amat panjang rantai proses antara komitmen yang disepakati dengan aksi nyata, banyak kepentingan di sana. Dari kepentingan industri, pelaku bisnis, NGO sampai pertumbuhan ekonomi nasional.

Berbeda bila aksinya bersifat individu, orang-per-orang melakukan hal yang sama. Apa yang tidak terjangkau oleh kesepakatan COP21, apa yang butuh waktu dan proses panjang untuk diwujudkan COP21, ambil alih. Masih banyak penyumbang kenaikan suhu permukaan bumi yang belum terjangkau oleh COP21.

Mestinya begitu sesama penghuni bumi dalam menjaga huniannnya. Lakukan apa yang masih bisa dilakukan. Tidak pasif menunggu aksi heroik COP21, jadilah pahlawan itu sendiri. “Heroes, We Could Be.”

Keserakahan, kebencian, amarah dan dendam tidak dimasukkan karena sulit mencari bentuk konkritnya. Bagaimana semua hal tersebut menyumbang panas, bagaimana mengukurnya.

Sebenarnya mudah, dalam setiap peperangan keserakahan, kebencian, amarah dan dendam memiliki andil besar. Bisa diukur berapa derajat celcius andil setiap letupan mesiu, ledakan granat dan hantaman bom terhadap kenaikan suhu permukaan bumi.

Menghentikan peperangan yang berkecamuk di beberapa belahan bumi, COP21 belum tentu mau dan mampu, namun setiap manusia di bumi bisa mencegah dan menghentikan. Rangkul kemarahan, kebencian dan dendam di sekitar, sejukkan dengan cinta. Utopis? Tidak.

Secara personal setiap saat manusia melakukannya, bagaimana kendalikan keserakahan, amarah, kebencian, dan dendam dengan skala yang berbeda-beda tiap orang. Mereka yang bisa menahan diri tidak meletupkan amarah sebesar gunung, berbagi pengalaman pada yang sedang berjuang agar tidak membunuh semut yang menggigit pipinya.

Sambil memberi waktu pada diri sendiri memahami bagaimana keserakahan, kebencian, amarah dan dendam punya andil yang tidak kalah besar dengan deforest-sasi, emisi gas buang, dan hal nyata lain pada kenaikan suhu permukaan bumi, bisa dimulai sekarang lakukan hal-hal kecil keseharian. Kurangi penggunaan kantong plastik, lebih banyak gunakan angkutan umum, mulai gunakan sumber energi listrik yang ramah lingkungan. Dan masih banyak hal lain dari ujung kepala sampai ujung kaki yang sebenarnya menyumbang kenaikan suhu permukaan bumi.

Untuk Indonesia misalnya yang memiliki hutan hujan terbesar di dunia, sekaligus penyumbang emisi karbon terbesar musiman, saat musim membuka lahan dengan membakar hutan. Siapkan satu bibit pohon di pos pelaporan sebelum mendaki, satu orang pendaki membawa satu bibit pohon ke atas gunung yang didakinya.

Sebagai contoh, gunung Bawakaraeng di kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada tahun 1998 truk pengangkut hasil hutan sudah masuk sampai pos III, kabar terakhir kini masuk sampai pos V menuju pos VI. Baru sebagian kecil pendaki yang berhasil menaikkan kadar kecintaannya pada gunung, dari eksistensi sebagai pendaki, kemudian penikmat, lalu ikut menjaga.

Bila di setiap gunung disiapkan satu bibit pohon untuk satu pendaki. Atau lebih baik lagi jadi syarat, setiap pendaki harus membawa satu bibit pohon dan menanamnya di wilayah gunung yang telah dipetakan sebelumnya, sebagai syarat untuk bisa mendaki, proses kesadaran bagaimana menjaga alam akan dipercepat. (AB)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
Tags: GlobalMusikpemanasan globalSemesta Alam

ARTIKEL TERKAIT

Rekor Panas Tertinggi di Vietnam Mencapai 44,1 Derajat Celcius
Alam dan Lingkungan Hidup

Rekor Panas Tertinggi di Vietnam Mencapai 44,1 Derajat Celcius

10 Mei 2023
BNPB: Gempa Mentawai Terasa Kuat Selama 30 Detik
Alam dan Lingkungan Hidup

BNPB: Gempa Mentawai Terasa Kuat Selama 30 Detik

25 April 2023
Alam dan Lingkungan Hidup

BMKG: Peringatan Dini Tsunami Gempa 7,3 Sudah Berakhir

25 April 2023
Foto-Foto Gerhana Matahari Hibrida dari Merauke Papua Barat
Alam dan Lingkungan Hidup

Foto-Foto Gerhana Matahari Hibrida dari Merauke Papua Barat

21 April 2023
Gerhana Matahari Cincin (GMC) Hari Ini Melintasi Makassar
Alam dan Lingkungan Hidup

Gerhana Matahari Hybrid Melintasi Indonesia 20 April 2023

19 April 2023
Alam dan Lingkungan Hidup

Gempa Terkini: 41 KM Tenggara Sigi Sulawesi Tengah

27 Februari 2023
https://www.youtube.com/watch?v=X4SEeEg658w
Bunda PAUD Kota Makassar dan 32 Kepsek Disambut Menteri Singapura Masagos Zulkifli

Bunda PAUD Kota Makassar dan 32 Kepsek Disambut Menteri Singapura Masagos Zulkifli

28 Mei 2023

Bunda PAUD Kota Makassar dan 32 Kepsek Belajar Inklusi dan Disabilitas di Singapura

27 Mei 2023

Diterima Dubes RI Untuk Singapura, Bunda PAUD Kota Makassar Bahas Pendidikan

25 Mei 2023

Bunda PAUD Kota Makassar Study Banding Bersama 32 Kepsek di Singapura

24 Mei 2023

Lautan Manusia Sambut Tim Nasional Indonesia U-22 di SUGBK

19 Mei 2023

Indira Yusuf Ismail Hadiri Hari Kesatuan Gerak PKK ke 51 di Medan

17 Mei 2023

ESAI REDAKSI

Asib Ali Bhore

Belikan Anak-Anak Komputer, Informatika Nanti Jadi Kebutuhan Manusia Keempat

Agama dan Kejadian Alam

Tidak Terlalu Cepat Untuk Lailatul Qadr

Vaatu dan Raava

  • kontak
  • beriklan
  • privasi
  • perihal

© 2021 wartakita media

  • Login
  • Sign Up
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • PERUBAHAN IKLIM
  • DUKUNG UMKM
  • KONTAK
  • LAYANAN

©2021 wartakita media

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Go to mobile version